Chapter 4
Bintang"Ku petik bintang, hingga cahayanya pudar bersamaku. Indah namamu mengingatkan, satu Bintang yang ingin bisa ku miliki."
GURU mata pelajaran di kelas cukup menjengkelkan. Sedari tadi, tak berhentinya mengoceh bak Ketua Partai. Dari mulai menjelaskan tentang variabel lah, ini, itu. Bikin otak meledak, dan rasa ingin muntah. Bintang, jangan tanyakan dia sedang apa? Yang pasti, dia sedang tidak menghiraukan guru di depan. Tentu saja bagian bangku paling depan masih tetap bertahan dengan posisinya, namun ada beberapa murid yang sampai terantuk meja karena mengantuk. Bintang masih tetap pada pertahanannya. Melingkup di balik jaket abu miliknya.
Dan pada akhirnya sang guru tau.
"Bintang Dego!" Panggil sang guru.
"Bin.. bintang, Bu Noni manggil noh. Bangun bego!" Johan, karibnya sekaligus teman tempat duduknya mencoba membangunkan Bintang.
"Apaan sih, Han? Berisik!!" Jawabnya sampai menggema ke seluruh ruang kelas.
Bu Noni—guru ter-killer di SMA Semesta Jaya, meghampiri tempat duduk Bintang. Dan, dimulai-lah aksinya.
"Kamu ini, saya jelasin malah enak-enakan tidur. Mulai badung ya?" Sambil menjewer telinga Bintang.
Bintang memutar bola matanya, malas. Wajahnya tak menyerukan ekspresi apa-pun. "Saya tau, saya bakal keluar tanpa anda suruh." Bu Noni melepaskan jewerannya. Lalu Bintang melenggang pergi meninggalakan Bu Noni yang sedang menggelengkan kepala.
Pintu kelas ditutup oleh Bintang dengan sangat keras. Sehingga menimbulkan suara dobrak yang mencuak di telinga. Bukannya pergi ke lapangan untuk menjalankan hukuman seperti biasa, ia malah menaiki tangga menuju rooftop sekolah. Tak ada yang asing diatas sana, hanya ada pemandangan langit dan juga lapangan sekolah yang terlihat kecil. Dan disini-lah tempatnya mencurahkan seluruh rasa yang sedang bergejolak di dalam hati rapuhnya.
"Ja, lo tau gak. Bokap udah gak peduli lagi sama gue. Lo tau kenapa, karna anak dia cuma lo. Ya, cuma lo, dan gak akan pernah bisa digantiin." Ungkapan isi hatinya saat ini.
"Bokap selalu menyalahkan gue, seakan-akan gue yang menyebabkan lo gak ada. Sebegitu kejinya-kah gue? Ja, gue gak benci sama lo. Cuman.. gue selalu pengen berada di posisi lo." Air mengalir di ujung kelopak matanya.
"Ja, gue kangen lo." Begitu terasa menyesakkan, tangisan seorang Bintang yang rapuh.
Bintang selalu bersinar, selalu bersinar jika ada rembulan. Maka, jika rembulan hilang, bintang terlihat redup tanpa sinar. Bahkan gelap tak bercahaya.
"Permisi!" Suara seorang gadis menginterupsi.
"Gue boleh disini?"
"Gak, ini tempat gue. Sekarang, lo pergi!" Bintang melarang.
Ada kilat kecewa dari kedua mata gadis itu,"Please.. gue pengen disini aja sebentar."
"Gak, gak boleh. Lo denger gak sih?" Terserah, siapapun dia sekarang, yang ingin Bintang lakukan saat ini adalah menyendiri.
Sudah dua kali, Bintang mengatakan 'gak' namun gadis itu malah duduk tepat di samping kanan Bintang.
"Seseorang yang punya masalah itu wajar, tapi gak wajar kalo lo nimbun masalah lo sendiri. Mending lo cerita!" Ucapnya lantang.
"Sok kenal!" Jawaban singkat tiada tara.
"Gue tau lo kok, lo Bintang 'kan?"
"Lo tau, disaat lo dihadapi sama masalah, cara yang paling ampuh untuk meringankan masalah lo itu adalah "teriak", sekarang lo coba deh!"
![](https://img.wattpad.com/cover/86019478-288-k807821.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Kejora
Teen FictionSifatnya berbeda 180°, segala tentang mereka bahkan bagai langit dan bumi. Bagai api dan air. Sulit dipersatukan. Namun satu hal yang unik, namanya Bintang dan Kejora. Yang membuat orang menyangka kalau mereka adalah sepasang manusia serasi. Bintang...