Chapter 5
Sick"Sakit, jika hal tidak diingin-inginkan terjadi. Sakit, karna hal itu kejadian pada Kejora. Dan Kejora benci itu."
HARI ini, entah kenapa rasanya aneh bagi Kejora. Badannya seperti ingin remuk. Rasanya ia ingin memuntahkan seluruh isi perutnya. Abang dan Bunda-nya sudah melarang-nya untuk ijin tidak masuk sekolah, namun sikap keras Kejora tak mampu di elak. Meski dalam hatinya ia merasa sakit, tapi senyum manisnya mampu menipu segala kemungkinan.
"Beneran, lo gak apa-apa, dek?" Reval khawatir.
"Gak apa-apa, Bang. Serius!" Sambil mengacungkan tangan membentuk V.
Mobil Reval melaju di bawah rintikan sang awan hitam. Hanya gerimis. Cuaca kali ini benar-benar tak mendukung, selain gelap seperti senja. Petir menggelegar membuat siapa-pun kaget mendengarnya. Tak heran, sejak tadi Kejora menutup kedua telinga-nya.
"Kamu takut?" Reval bertanya, dan cukup dijawab dengan anggukan singkat.
"Sini deket abang!" Kepalanya langsung diletakkan di dada bidang milik Reval."Dasar penakut!" Ujarnya malah mengolok.
"Hish.. bodo!" Kejora mencebikkan bibirnya.
Perjalanan masih setengah sebelum sampai sekolah, akibat hujan, hari ini macet karena banyak orang yang menggunakan mobil. Hujan memang tidak terprediksi, tapi kali ini, hujan sangat terlihat. Sejak subuh tadi, gemeletuk dari langit sudah terdengar menggelegar. Dan buktinya, sekarang hujan. Mungkin tadi hanya gerimis, namun gerimis itu berubah menjadi hujan yang lebat.
"Bang, gue tidur bentar ya. Ngantuk! Nanti kalo udah nyampe, bangunin gue aja." Alibi Kejora, sebenarnya ia ingin tidur karena kepalanya dilanda pusing yang sungguh mencekat.
"Yaelah, kebo dasar!" Olok Reval, bermaksud bercanda.
"Ssttt... mau bobo, jangan berisik!" Katanya menginterupsi Reval. Reval hanya bisa tersenyum seraya mengacak-ngacak kepala sang adik.
Perlahan, mata-nya mulai tertutup. Wajahnya begitu tenang, deru nafasnya teratur, rambutnya rapih dikuncir, lugu, kira-kira seperti itu gambarannya.
Mobil melaju dengan kecepatan standar. Sebentar lagi Reval akan memasuki area sekolah. Hujan sedari tadi deras, kini berhenti. Langit berubah lumayan cerah, jalanan yang masih basah menghiasi daerah sekitar. Tepat lima belas menit sebelum bel mobil Reval sudah terpampang tepat di area parkir.
Reval segera menepuk pelan pipi Kejora. Pipinya hangat, apa mungkin Kejora...
"Jo, bangun... Udah sampai sekolah nih," dengan tenang, Kejora menggeliat kecil. Lalu matanya terbuka.
"Udah nyampe ya, Bang? Kenapa gak nge-bangunin sih," Reval memutar bola matanya malas.
"Dari tadi kali, gue bangunin. Hadehh, gini nih kalo jadi anaknya Bapak Utama."
"Lah, lo anaknya siapa? Anak tuyul, suka ngaco, deh!"
Mereka berdua masuk melewati koridor bersama dengan sebuah payung yang melindungi keduanya.
***
Bintang sedari tadi mendengus kesal. Sepatu, tas, dan bajunya basah akibat hujan yang tiba-tiba turun deras saat ia tengah menyetir motor. Bunda-nya sudah mengingatkan untuk membawa jas hujan. Namun sifat ngeyel Bintang, tak mampu dihilangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Kejora
Roman pour AdolescentsSifatnya berbeda 180°, segala tentang mereka bahkan bagai langit dan bumi. Bagai api dan air. Sulit dipersatukan. Namun satu hal yang unik, namanya Bintang dan Kejora. Yang membuat orang menyangka kalau mereka adalah sepasang manusia serasi. Bintang...