•Bintang Kejora•
×Ada Apa Dengan Kejora?×
VENA merasa curiga dengan gerak-gerik Kejora yang sedari tadi memegang perutnya. Vena dengan pelan mengikuti langkah gusar Kejora menuju toilet. Semakin dekat, Vena semakin panik. Dia takut terjadi apa-apa dengan sahabatnya itu. Dari luar, Vena bisa mendengar suara Kejora yang merintih kesakitan. Tanpa peduli apapun, Vena masuk ke dalam dan melihat Kejora yang terduduk di lantai."Jo, lo gak apa-apa?"
Kejora kaget,"Lo ngapain kesini? Gue gak apa-apa Ven. Sana masuk, sekarang kan pelajarannya Pak Herdi. Nanti lo kena marah lagi." Dan Vena hanya menurut, ia mengangguk.
Kejora memaksakan tersenyum. Selanjutnya, Vena berjalan keluar meninggalkan toilet.
Rasa perih dalam perutnya makin tak karuan. Sakitnya bukan main. Keringat sedari tadi mengucur deras. Sampai-sampai tangan Kejora dingin. Ia berusaha meraih dinding untuk masuk ke dalam bilik kamar mandi. Dengan susah payah, akhirnya Kejora berhasil di depan pintu. Dengan rasa sakit yang masih menjalar, ia masuk ke dalam bilik lalu menguncinya. Kejora merogoh kantong roknya, berusaha menemukan ponselnya. Sampai ia mendapatkannya, Kejora menekan tombol hingga satu panggilan terhubung.
Masih berusaha terhubung.
Dan..
"Halo, Jo. Telfonnya nanti aja ya. Abang lagi lomba. Gue udah mesen es krimnya, lo tenang aja. Udah ya, bye."
Sambungan terputus.
"B..ba..ngg!"
Kejora kembali menekan satu nomor, dan sambungan terhubung.
"Halo, sayang. Bentar ya, mama lagi sibuk nih. Ada arisan. Nanti mama telfon lagi, love you."
Lagi, sambungan terputus.
Ketiga kalinya, Kejora menekan tombol hijau dan sambungan kembali terhubung.
"Pa!!" Rintihnya.
"Sayang, papa lagi ada meeting. Nanti aja ya telfonnya."
Kembali terputus.
Bagaimana ini? Ia sudah tidak kuat menahannya, air matanya turun saking sakitnya menahan. Gigi Kejora bergemeletuk, nafas nya tersenggal, tangannya masih setia memegang perutnya. Sampai terdengar suara gedoran pintu dari luar.
"Jo, KEJORA. BUKA PINTUNYA! LO NGAPAIN?"
"Ven-, gu-ue g..gak kuat!" Katanya bersusah payah.
Tangan Kejora meraih slop pintu, dan pintu terbuka. Vena terkejut, sehingga air matanya tumpah tak terkendali.
"Jo, lo bilang sama gue. Apa yang sakit? Dasar bodoh, kenapa sih pake pura-pura sehat." Rutuknya.
"Lo tunggu disini, gue panggil Bintang dulu." Kejora mengangguk, matanya mulai memburam. Dahinya mengkerut.
Matanya makin buram dan semuanya hitam seketika.
"JO, KEJORAA!!" Teriak Vena histeris.
Sebelumnya, dia mendengar suara itu. Suara orang khawatir, jauh berbeda dengan kemarin. Kali ini suaranya begitu lembut dan terdengar cemas. Tubuhnya seakan melayang. Dan setelahnya tidak ada rasa apa pun.
***
Reval merasa gelisah, entah karena apa. Tapi sedari tadi hatinya tidak enak. Sebetulnya lomba sudah selesai, Reval bohong karena ingin memberikan kejutan untuk adiknya. Sekarang Reval sedang mengendarai mobilnya menuju sekolah untuk menjemput Kejora. Pikirnya, Kejora pasti senang mendapatkan kejutan seperti ini. Apalagi Reval membawakannya es krim kesukaannya.
Reval sampai tepat di depan gerbang dan baru saja bel pulang berbunyi. Senyumnya tidak luntur sedari tadi, ia terus saja melihat ke luar jendela barang kali batang hidung adiknya akan terlihat, dan tiba-tiba ponselnya berdering. Satu line tertera di layar kunci ponselnya. Dari Vena. Reval langsung membukanya.
VGaluhA: kak, kejora masuk rumah sakit. Dia koma
Senyuman yang sedari tadi terbit dari bibir Reval, kini luntur juga. Matanya memandang jalanan kosong. Ia hidupkan mesin, lalu menancap gas tak peduli berapa kecepatannya. Pikirannya benar-benar kalut sekarang. Ia mengepalkan tangan kanannya. Reval meraih ponsel yang terletak di samping jok mobil, lalu menelpon seseorang.
"Ge, Kejora koma. Lo ke rumah sakit sekarang! Kabarin ke nyokap bokap gue. Gue minta tolong kali ini."
Sama halnya, reaksi si penerima telfon itu sama dengan Reval. Menatap kosong ke depan, rasanya jantungnya berhenti berdegup sekarang.
***
Tubuhnya lemah tergulai. Napasnya tidak teratur, jantungnya lemah, dan tubuhnya penuh selang. Diluar ruangan terdapat lima orang menunggu dengan raut wajah yang tak begitu bisa di ungkapkan. Mungkin campuran dari khawatir, cemas, takut, merasa bersalah semuanya ada. Terutama dengan laki-laki yang memakai jaket berwarna navy itu. Hatinya remuk melihat gadisnya itu lemah tak berdaya.
Dengan tergesa-gesa Reval datang dengan keadaan yang begitu kacau. Baju seragam yang tadi ia pakai untuk lomba, berantakan. Rambutnya tidak teratur. Sebegitu hancurnya kah Reval. Lalu bagaimana dengan Gepra? Dia lebih hancur dua kali lipat dibanding Reval. Bintang tidak tau harus berbuat apa maka dari itu dia bersama kedua temannya—yang juga teman reval, hanya bisa diam. Sampai dokter memanggil nama Reval.
***
Ruangan putih yang seringkali ia kunjungi dengan Kejora itu terasa memuakkan.
"Ada apa dok?" Tanya Reval pelan.
"Begini, Kanker Prankeas-nya mulai merambat ke seluruh sistem pencernaan. Kejora akan merasakan sakit diperutnya jika kankernya itu mulai kambuh." Jelas dokter singkat.
"Tapi.. dokter bilang, dia sudah sembuh." Matanya berkaca-kaca.
"Saya pernah bilang, kalau sel kanker itu sudah pasti melekat pada tubuh seseorang. Kanker tidak bisa disembuhkan, hanya bisa mencegah agar tidak merambat ke organ lain." Reval menggebrak meja yang ada di depannya.
Dokter itu menepuk-nepuk bahu Reval, mencoba menenangkan.
"Lakukan yang terbaik dok, asal dia tidak pergi."
"Kita hanya percaya dengan tuhan." Dan suara tangisnya merebak ke seluruh ruangan.
Seseorang mendengarkan percakapan keduanya. Dan penyesalan itu terjadi.
°\°
AN:
Hay, maaf ya late update. Kebetulan banget ini lagi gaada kerjaan dan libur seminggu. Aku bakal rajin updatenya deh. Janji.Hayo!! Apa yang terjadi selanjutnya?
Siapa yang nguping Reval sama dokter?
Rajin baca ya kalian.
promosi dikit, ayobaca cerita aku yang lain
SURAT UNTUK GABRIEL
DIJAMIN YAHUTTT
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Kejora
Novela JuvenilSifatnya berbeda 180°, segala tentang mereka bahkan bagai langit dan bumi. Bagai api dan air. Sulit dipersatukan. Namun satu hal yang unik, namanya Bintang dan Kejora. Yang membuat orang menyangka kalau mereka adalah sepasang manusia serasi. Bintang...