Siapa Dia?
GADIS itu duduk tepat di depan Bintang. Senyumnya sama seperti dulu, senyum yang pernah Bintang sukai. Matanya, abu-abu, selalu bersinar ketika ia menatapnya. Rambut pirang sebahunya yang dulu pernah di elus halus oleh Bintang. Semuanya masih sama. Bahkan suara gemulainya pun masih enak di dengar.
"Hai, Bin. Apa kabar? Lama gak ketemu."
"Sori gue harus pergi," Bintang mengambil tas sekolahnya lalu pergi meninggalkan gadis itu sendiri.
Gadis itu hanya tersenyum sendu, mengingat hubungan yang dulu indah sekarang berubah menjadi kacau. Karena masalah itu.
"Mbak, cheesecake nya satu!"
Kesukaan yang sama.
***
Kejora ingat kalau hari ini waktunya ia check up. Membosankan. Beginilah menjadi orang penyakitan, merasa semuanya susah. Apalagi kalau masalah bau Rumah sakit, sepertinya Kejora ingin mual jika bertemu dengan bau obat. Membayangkannya saja mengerikan. Ingin kabur, namun Reval selalu setia di dekatnya. Sepertinya untuk masalah ini, Kejora harus pasrah untuk menurut.
"Jangan lupa, nanti pulang sekolah check up. Awas kalo lo kabur lagi." Baru saja dibilang, Reval sudah muncul dihadapannya. Kejora mengerlingkan matanya.
"Ya, itu sih tergantung. Kalo gue males terpaksa gue kab–" Reval langsung memotong,"Kalo lo kabur, si tuwi bakalan gue buang." Mata kejora langsung melotot.
Kejora menggebrak meja, Refleks. "Gila lo! Jangan dibuang lah, dia kesayangan gue. Enak aja lo ngomong."
Tuwi, Boneka panda besar milik Kejora yang selalu menemaninya tidur. Seperti yang dikatakan Kejora tadi, Tuwi adalah kesayangan-nya. Bahkan waktu itu, saat Bibi mencuci boneka itu karena sudah terlalu kotor, Kejora mengamuk sampai mogok makan. Bagaimana tidak, si Tuwi dicuci lalu dikeringkan dibawah terik matahari selanjutnya saat sudah kering, badannya ditepuk-tepuk seperti yang dilakukan tetangga saat menjemur kasur. Oh, Tidak!! Maka dari itu, jika Reval sudah membawa nama Tuwi, Kejora tidak bisa berkata lagi.
"Okey, gue bakalan check up. Tapi lo jangan apa-apain Tuwi!" Kejora memasang wajah melasnya.
Reval teraenyum miring,"Ya, tergantung. Kalo lo gak pergi ke Rumah sakit. Gue bakalan mutilasi si Tuwi." Kejora mencebikan bibirnya. Mau tak mau dia harus menuruti apa kata Reval.
"Kalo gitu, nanti gue yang bakal anterin." Reval tersenyum menang. Namun Kejora,"Terserah lo," hanya itu, pasrah.
Mereka melanjutkan makan siang mereka. Setelahnya mereka masuk kembali ke kelas masing-masing. Adik kakak yang baik. Namun baru kali ini Reval sebaik itu. Ah, Reval baik hanya disaat kondisi yang mencekik saja. Setelahnya, sama saja, dia jail, comel, dan tukang ngadu. Maklum, seorang kakak, pasti kebanyakan memang begitu sifatnya. Orang tuanya? Sibuk, sangat amat sibuk sampai-sampai kondisi Kejora dilupakan. Jika sudah tak ada baru berasa.
Kejora masuk ke kelas dengan raut menjengkelkan. Bibirnya monyong, cara jalannya juga dihentakkan. Benar-benar seperti orang kesal. Kejora duduk dibangkunya, lalu Vena yang menyadari raut muka itu langsung menghampiri Kejora.
"Jo, lo kenapa?" Tanya Vena pelan.
"Gue kesel. Pokoknya bete, bete, bete.." geramnya."Masa abang gue mau buang si Tuwi cuma karena gue gak mau–" Kejora berhenti, menyadari perkataannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/86019478-288-k807821.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Kejora
Ficțiune adolescențiSifatnya berbeda 180°, segala tentang mereka bahkan bagai langit dan bumi. Bagai api dan air. Sulit dipersatukan. Namun satu hal yang unik, namanya Bintang dan Kejora. Yang membuat orang menyangka kalau mereka adalah sepasang manusia serasi. Bintang...