Bab 7

115 5 0
                                    

Chapter 7
Lupa

"Kejadian lalu biarlah berlalu, kejadian saat inilah yang harus dihadapi. Bukan kejadian di masa depan atau kejadian masa lalu. Namun saat inilah kita harus berfikir, melupakan masa lalu menempuh jalan yang terjadi dimasa sekarang. "


KEJORA sudah siuman sejak kemarin. Namun pada saat semuanya menanyakan "kamu, nggak apa-apa 'kan?" Kejora hanya membalas senyum. Senyum itu seolah menandakan sesuatu. Kembali ke aktivitasnya seperti biasa, sekolah. Hari ini tepat dia keluar dari Rumah sakit dan Kejora sudah meminta ingin sekolah. Sekarang dia sedang berjalan menuju kelas kesayangannya. Benar-benar Kejora yang aneh. Reval yang sedari tadi disampingnya. Mengernyit bingung. Adiknya itu seperti menyembunyikan.. sesuatu. Reval selalu tau tentang Kejora. Akhirnya setelah berlama diam, Reval bertanya. "Lo nggak kenapa-napa 'kan?" pertanyaan tergoblok yang ia tanyakan.

"Gue? Gak pa-pa, kenapa sih? Pertanyaan lo aneh," elaknya. Dan Kejora berubah menjadi seseorang yang jutek. Biasanya dia selalu baik pada abangnya yang satu ini. Entah Reval yang merasa, tapi Kejora berubah. Tanpa berfikir lama, Reval bergegas menuju kelas.

Kejora berjalan sendirian, eh tunggu. Namun ini bukan jalan menuju kelasnya, ini jalan menuju atap sekolah. Ruang-ruang yang sepi, berdebu, jalan koridor yang gelap dan kotor. Sudah seperti sekolah berhantu bukan? Namun, itulah yang harus di lewati untuk sampai tepat di atap sekolah. Kejora, menatap lurus-lurus jalan kosong itu, tanpa ada rasa takut ia melewatinya. Sebenarnya dibenaknya ada sedikit rasa was-was. Sekarang berbeda seperti dulu, dulu dia suka keramaian tapi sekarang dia mencoba untuk menghindar dari keramaian.

Bunyi sepatunya menggema larut dalam kesunyian lorong. Tepat sampai di pojok, terdapat tangga. Kejora menaiki tangga itu satu persatu. Hingga ia menemukan sebuah pintu usang yang diganjal dengan kayu panjang. Kejora menyingkirkan kayu itu dengan hati-hati agar tidak terjatuh dan menimbulkan bunyi gemuruh yang membuat semua murid risih. Setelah kayu tersingkir, Kejora membukanya, yang tadinya gelap kini terang karena pintu atap terbuka. Tanpa menunggu lama ia masuk dan dikejutkan dengan pemandangan langit biru bersih. Sekarang dia tenang.

Tangannya direntangkan, dia menghirup udara lalu menheluarkannya begitu seterusnya. Sungguh, sekarang beban hidupnya seakan meluruh. Tentang masalah kolam renang kemarin, masalahnya dengan Gepra, dan soal penyakitnya. Disini dia adalah seorang yang lebih tangguh, seolah mampu untuk menghadapi semua masalah dengan mulus. Menutupi rasa sakitnya dengan apik. Disini, di tempat ini Kejora seolah hidup, dirinya yang dulu kembali. Kejora yang ceria, periang, dan cerewet. Dia mencoba menghapus semua masalahnya. Dan sepertinya berhasil.

"Welcome, Kejora." Teriaknya keras.

Perasaannnya lega sekarang, setelah teriak tadi rasa hatinya kembali utuh. Dia sudah melupakan masalah-masalah lalu dan mencoba babak baru. Ia tidak ingin terlalu terbebani oleh masalah itu. Rasanya memang begini, dia merasa sendiri lebih baik dibanding bersama-sama namun semuanya pergi. Satu hal yang Kejora takutkan. Orang-orang yang disayang akan meninggalkannya. Maka prinsipnya, ia akan meninggalkan mereka terlebih dahulu dibanding mereka yang meninggalkannya.

Kejora duduk meluruskan kakinya, sudah ke berapa kalinya ia menhirup udara lalu menghembuskannya. Sepertinya ia menyukai tempat ini. Jangan tanyakan dia tentang bagaimana ia mengetahui tempat ini? Waktu itu Kejora dititah oleh guru olahraga untuk menaruh bola-bola yang kempis ke gudang. Entah kebetulan atau memang keajaiban, kakinya menyuruh untuk membuka pintu yang berada diatas tangga tepat di depan gudang. Akhirnya tempat ini di temukan. Lumayan, tempat tongkrongan baru.

"Kayaknya gue suka sama tempat ini." Kejora tersenyum bungah, otaknya memberikan suatu ide. Kejora berdiri lalu pergi, menitup pintu seperti semula.

Apa lagi yang akan direncanakannya?

***

"Kenapa? Lo berantem lagi ama bokap?" Johan mencetus dan dihadiahi tatapan sengit dari Bintang.

Reval akhirnya melerai,"Udah, sekarang mending lo istirahat aja Bin di UKS. Nanti gue yang temenin."

"Gue mau bolos, nanti kalo guru nanya lo jawab gue lagi sakit." Semuanya mengangguk.

"Sosok Bintang lain sedang beraksi." Varo menatap punghung Bintang yang menjauh.

Bintang tidak membawa tasnya, maka dari itu ia lebih mudah untuk memanjat pagar belakang sekolah. Bel masuk sudah berbunyi dari tadi, artinya semua guru akan memulai aksi cerocosnya. Mulai dari jam tujuh pagi sampai jam dua siang. Guru memang pahlawan. Tanpa memperdilikan sekitar dia berjalan dengan santai menatap lurus koridor sekolah yang mulai sepi. Dan tanpa ia sadari-

"Aww! Aduh, mas kalo jalan tuh,lihat-lihat." Kejora menepuk-nepuk roknya yang sedikit kotor.

"Sori!" Satu kata yang membuat Kejora melotot. Setelahnya Bintang melengos pergi.

"Hey, kak! Minta maaf tuh yang ikhlas. Mentang-mentang ganteng!" Dan.. Bintang tidak peduli.

"Kak Bintang, Heyy!" Sekali lagi, Bintang tetap berjalan.

"BINTANG KECIL!" Teriaknya keras. Dan Bintang berhenti sebentar. Kejora tersenyum. Namun Bintang kembali berjalan.

"Dasar, gak tau diri! Waktu itu aja meluk-meluk gue, nangis kayak orok baru lahir. Sekarang rasanya bukan kayak orok tapi pengen gue gorok," umpatnya panjang.

Kejora kembali.

Bintang pun kembali.

***

Alunan musik jazz menghiasi kafe yang bernuansa remaja itu. Disana, ramai pengunjung yang kebanyakan anak sekolah. Sekedar meminum kopi atau mengobrol. Bintang duduk di meja nomor 4, nomor kesukaannya. Kopi hitam dengan asap mengepul dan satu potong cheesecake yang mengisi meja itu. Menandakan bahwa Bintanglah yang memesannya. Nampak dari raut wajahnya yang berantakan, orang berfikiran kalau Bintang adalah siswa nakal yang sedang bolos sekolah. Dia memang sedang membolos tapi dia bukan badboy atau semacamnya. Dia hanya butuh penjernihan pikirannya yang penuh dengan masalah tentang mama dan papa-nya.

"Jangan pernah sentuh mama saya. Kalau anda berani menyakiti mama saya, saya nggak akan tinggal diam." Teriak Bintang dengan emosi yang memuncak.

"Kamu diam, mama kamu berhak mendapatkan itu. Dia sudah kurang ajar."

"Anda yang kurang ajar, menghajar perempuan yang masih menjadi istrinya. Dimana hati anda. Oh, atau Anda tidak punya hati."

Suasana mencengkam, Indah-mama kandung Bintang menangis tersedu di dekapan sang anak. Selama ini dia mencoba menahan hatinya, namun tadi, Indah mengeluarkan semua isi hatinya. Membuat suaminya-papa Bintang marah besar.

"Kamu selingkuh mas, memangnya saya tidak tahu,"ucapnya masih dengan nada tersedu."Saya minta cerai," Dan Bintang hanya membeku di tempat.

"Arrgghh.." Bintang mengacak rambut frustasi.

"Bintang" Seorang gadis menghampirinya.

Bintang terdiam, hatinya tertusuk. Dia kembali. Benar. Dia sudah kembali.

°/ °

Hello, selamat pagi, siang, sore, malam. Gue kembali dengan part baru. Yuhuuu!!
Ini Part terpendek, mohon maaf karena gue lagi males banget buat nulis. Dan untuk kali ini gue nyempetin menuangkan pikiran gue pada part ini. Setelah lelah dengan persoalan pelajaran, algoritma, biner dan teman-temannya, akhirnya gue berhasil nulis lagi. uhh
Sori baru muncul!
Ada 2 part lagi lohhh!!
Staytune
Cuap-cuap dari Faraaa🐱

Bintang KejoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang