hola. btw, first of all, i want to basa-basi here. haha. okei, jadi ini adalah cerita paling baru yang kansa tulis, dan cerita yang membutuhkan waktu paling lama kansa tulis, haha. Kansa mulai nulis ini bulan Agustus awal, dan ini baru selesai akhir September lalu. yesh, itu lama karena jumlah babnya enggak begitu banyak kayak unexpected standard. lol.
karena ini kansa publish di hari Sabtu, jadi mungkin jadwal updatenya bakalan jadi hari Rabu dan Sabtu, but idk. liat nanti ya :p oh iya, btw ini pertama kalinya kansa nyoba-nyoba tulisan yang point of view-nya berubah-ubah, so if you have any comment, please help me correcting this (: i like comment more than vote. HAHA.
and, buat kamu-kamu semua yang tinggal di Jakarta, and found any mistake here, kayak... misalnya kansa salah nulis nama daerah, rute busway, salah ini salah itu, please help me correcting. lol. I'm not a girl who likes to jalan-jalan(?) :v
terus terus, daripada kamu bosen bacain giniannya, mendingan kansa udahan, haha. enjoyy :3
* * *
ARTHA
"Maaf, Kak, sekarang udah enggak bisa beli kartu ataupun top-up di halte ini. Kalau mau, Kakak bisa cari ke Indomaret," ucapan Wanita penjaga loket di halte itu membuatku merasa tertohok dengan begitu tajam. Sial. Ah, bisa-bisanya aku melakukan kekacauan di hari pertama sekolahku!Aku berdesah berat, "Yah, Mbak, please. Ini udah hampir jam setengah enam, sekolah saya di Matraman, rumah saya di Cibubur, dan enggak mungkin banget saya nyari Indomaret pagi-pagi kayak gini," aku memohon dengan sangat sambil merapatkan kedua tanganku di depan wajah, "pinjam punya Mbak-nya dulu, do-"
Ucapanku langsung terinterupsi ketika kurasakan tanganku ditarik menjauh dari antrean. Lekas aku melepaskan tangan yang mencengkeram itu sambil menatap tajam orang yang menarikku barusan. Namun, bukannya terinterupsi, tapi sekarang aku hanya bisa diam ketika laki-laki di hadapanku langsung bicara, "Pakai e-money gue aja dulu, Ar."
Senyumku langsung mengembang dengan sangat lebar. Ya Tuhan, terima kasih telah mempertemukanku dengan laki-laki ini!
Aku melangkah mengikuti laki-laki bertubuh tinggi tegap barusan, menunggunya masuk lebih dulu ke halte, kemudian disusul olehku, dan kami berbelok ke pintu arah Kampung Melayu bersamaan. "Makasih banyak ya, Jak," tuturku halus. Ia hanya mengangguk sambil terus berjalan.
"Lo ceroboh banget, setiap hari sekolah naik TransJakarta, tapi bisa-bisanya lupa bawa e-money," Jaka menggeleng-gelengkan kepalanya sambil bersandar pada dinding kaca di sebelah kirinya. Aku hanya menunjukkan cengiranku beberapa saat sambil menggerayangi tengkukku.
Ketika sebuah bus oranye berhenti tepat di depan pintu halte, Jaka dan aku langsung beranjak masuk, dan duduk bersisian di bagian belakang. Masih pukul lima lebih dua puluh, kuharap jalanan lancar pagi ini.
Sementara perjalanan terasa begitu hening, dan Jaka asyik mendengarkan musik sambil membaca novel fantasi, aku sendiri larut dalam pikiran-pikiran yang beberapa hari ini sedang berkecamuk hebat di benakku. Sekiranya satu pekan silam, Gheo memberikanku sebuah tantangan berisiko besar, yang kelak akan mendapatkan bayaran yang besar juga.
Maka dari itu, mulai tahun kedua di sekolah ini, aku bertekad akan menjadi siswa yang dua kali lipat lebih disiplin, lebih rajin, lebih patuh terhadap aturan, dan lain-lainnya. Aku tidak takut dengan tantangan yang Gheo berikan. Selama itu adalah Gheo yang meminta, dan hasilnya akan sangat menguntungkan untukku, aku akan selalu bersedia.
"Ar," menyadari Jaka memanggil, pikiranku tentang Gheo langsung buyar seketika. Aku menoleh ke sebelah kananku, memastikan kalau Jaka memang benar-benar memanggilku. "Lo jadi panitia MOPDB juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[TJS 1.0] Jakarta
Teen Fiction[The Jakarta Series 1.0] ARTHA: Satu tujuanku setelah masuk ke Organisasi Siswa Intra Sekolah: menjadi seorang Ketua OSIS. Aku harus memenangkan persaingan, seandainya aku terpilih menjadi kandidat Ketua OSIS nanti. Aku harus membuat Gheo melihatku...