JAKA
"Halte Pasar Induk Kramat Jati! Harap perhatikan...." Suara kernet yang lamat-lamat terdengar itu membangunkanku dari tidur singkat barusan. Aku mengangkat kepalaku dan sedikit melirik ke sebelah kanan. Dan baru sekarang aku sadar, kepalaku sedari tadi bersandar ke bahunya.Artha begitu sibuk dengan ponselnya. Mungkin karena itulah ia tak menegurku ketika mendaratkan kepala di bahunya, dan karena itulah ia tak bicara apapun setelah aku mengangkat kepala. Daripada memikirkan Artha lebih lanjut, aku langsung saja mengeluarkan ponselku, kemudian memainkannya.
Keadaan di antara Artha dan aku juga hening. Tidak ada satu pun dari kami yang membuka suara, sampai bus yang kami tumpangi berhenti di halte Flyover Raya Bogor, dan kami turun. Begitu keluar dari bus, Artha dan aku jalan seiringan, sampai aku harus berbelok ke gang rumahku, sementara Artha masih harus lanjut naik angkutan umum. Sebelum benar-benar berpisah itu, aku menyungging senyum kepadanya, "Makasih bahunya ya, Ar."
Aku langsung berbalik dan pergi mendahuluinya tanpa sempat melihat ekspresi dan reaksinya. Lagi pula, siapa peduli. Selama Artha tidak marah akan hal itu, tidak apa, kan.
Sekarang, aku tidak tahu Artha sudah sampai mana melangkah. Setelah mengucapkan empat kata tadi hingga sekarang, aku tidak sama sekali berbalik atau pun menoleh ke belakang untuk melihatnya, sampai akhirnya aku menginjakkan kaki di kamarku.
Setelah mandi, menyelesaikan semua pekerjaan rumah untuk besok, aku membaringkan tubuhku di atas ranjangku. Sambil diam, sambil memikirkan lusa. Memikirkan hasil pemungutan suara membuatku semakin tidak tenang. Sejak Selasa lalu, entah kenapa aku memiliki firasat buruk, kalau hasilnya akan mengecewakan.
+ + +
Tidak kusangka waktu berjalan secepat ini.
Dengan kaus biru muda seragam, celana abu-abu, sepatu kets, serta topi sekolah, aku sudah memimpin barisan orang-orang di belakangku. Di sebelah kananku ada barisan yang dipimpin Artha. Oh, God, entah kapan aku bisa terpisahkan dari gadis ini. Rasa-rasanya, sejak naik tingkat ke kelas sebelas, aku selalu saja didekatkan dengannya, entah dalam alasan kelas yang tidak diacak, sama-sama menjadi kandidat ketua OSIS, dan jalan rumah yang searah-yang membuat Artha dan aku sering pulang dan pergi bersama ke sekolah meski tanpa sengaja.
Baiklah, lupakan.
"Mulai dari Rendi, pimpin barisannya masuk ke pendopo itu, terus duduk rapi di sana," pinta pak Hasan sambil menunjuk pendopo di sebelah kiri kami. "setelah Rendi, diikuti semuanya sampai Artha. Mengerti?"
Kami semua serentak menyahut, kemudian Rendi lekas beranjak ke pendopo bersama barisannya. Mereka semua melepas sepatu dan merapikannya di pinggir pendopo sebelum naik, dan duduk dengan rapi dan tenang. Semuanya menyusul, sampai aku juga ikut duduk, dan kulihat Artha menyusul di sebelah kananku.
Materi pertama pada hari ini akan disampaikan oleh bu Alda, seorang guru Pendidikan Agama Islam yang notabene adalah wakil kepala sekolah di bidang humas. Selagi menunggu proyektor di depan diaktifkan oleh Naya, semua calon anggota OSIS mengeluarkan alat tulis masing-masing untuk mencatat materi yang akan dijelaskan.
Jika kulihat judul yang tertera di layar, tema untuk materi pertama ini adalah teknik menyusun rapat. Aku memasang telingaku setajam mungkin, dan fokus kepada ucapan-ucapan bu Alda, serta ke layar yang menampilkan materi yang dibawakannya. Seterusnya aku seperti itu, sampai materi terakhir untuk hari ini ditutup oleh pak Idris selaku kepala sekolah yang memaparkan materi tentang kepemimpinan.
Aku melirik arloji di lengan kiriku. Pukul sebelas tepat. Dan semulanya, kupikir semua materi untuk hari ini sudah usai, dan sekarang adalah waktunya istirahat. Tapi nyatanya tidak. Setelah materi terakhir tadi, kami semua diminta membuat dua barisan, dan berjalan menyusuri bumi perkemahan ini ke pendopo lainnya yang jaraknya ... yah, lumayan jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TJS 1.0] Jakarta
Teen Fiction[The Jakarta Series 1.0] ARTHA: Satu tujuanku setelah masuk ke Organisasi Siswa Intra Sekolah: menjadi seorang Ketua OSIS. Aku harus memenangkan persaingan, seandainya aku terpilih menjadi kandidat Ketua OSIS nanti. Aku harus membuat Gheo melihatku...