"VISION" - PART 6 -

121 17 1
                                    


*****


Sebentuk sosok tiba – tiba melompat keluar dari lubang dimensi yang muncul di dalam ruangan. udara bergetar, debu – debu berhamburan tertiup gelombangnya. Percikan listrik kecil bertebaran di sekitar mulut lubang. Sosok yang melompat muncul dari dalamnya itu kini berdiri dihadapanku dengan santainya.

Rambut pirang panjang yang berkibar – kibar karena efek gelombang angin, mata biru langit yang menatap sendu, lalu bibirnya yang mengulum cantik menertawakanku yang terkejut atas semua kejadian aneh ini.

"Mom! Astaga, apa maksudnya ini semua?!" aku bertanya dengan nada panik. Tentu saja, setelah mendengar ocehan ayahku yang nyaris tidak masuk akal, kini dihadapanku muncul ibu yang mendadak keluar dari lubang dimensi.

Ibuku mengerenyit heran, sambil menekuk wajahnya ia berpaling pada ayah dan mengangkat tangannya menunjuk ke arahku. "Ku pikir, kau sudah menjelaskan semuanya tentang kita pada Orion, sayang?"

"Baru sedang ku ceritakan semuanya. Kami sedang memasuki sesi tanya – jawab setelah aku menjelaskan strata makhluk semesta, dan hampir saja aku mulai bercerita tentang kita, tiba – tiba kau datang kemari dengan memakai 'Portal'."

Ibu melakukan gerakan yang tampak seperti pemanasan ringan sebelum olahraga. Menarik kedua siku tangannya ke arah punggung, memutar bahu sambil mengeluh. "Ergh! Oh, ya ampun. Sudah hampir empat puluh tahun aku tidak berjalan – jalan memakai 'Portal', dan sekarang, hanya membuka satu lubang kecil saja rasanya sudah membebani tubuhku. Baiklah, Orion. Sudah sampai mana pemahamanmu mengenai hal itu?"

"Well, dad baru selesai menjelaskan soal Angel, Astronexus, Grim, dan Sapiens. Meskipun tidak masuk akal, aku sudah memahaminya dengan baik. Lalu, bagaimana dengan maksud Mom yang tadi berkata;  Kami adalah 'Astronexus'. Apa artinya itu?"

"Jadi begini, nak. Kami ini adalah – oh, maksudnya adalah; kita. Yaitu aku, kolonel Martin, ayahmu, dan juga kamu – kita semua ini bukanlah Homo Sapiens. Kita termasuk dalam spesies Astronexus. Oh, iya. Tentu saja Ara juga termasuk. Kita datang dari Super Galaksi yang berjarak dua juta tahun cahaya jauhnya dari bumi ini untuk mencampuri kehidupan kaum Homo Sapiens."

Aku jelas tidak menelan mentah – mentah omongan ibu barusan. "WHAT? Jadi, kita ini adalah keluarga Alien?!" seru ku tak percaya. Benar – benar konyol, semua pembicaraan ini terasa konyol sekali.

Kolonel Martin tergelak keras dengan wajah mengadah ke langit – langit ruangan sambil menaruh telapak tangannya di kening. "Inilah yang ku khawatirkan, Edwin! Lihatlah! Hahahahaha! Sudah ku duga, hahaha... harusnya, kau... hahahahaha... Uh, maaf, maaf, maaf... dari dulu sudah kubilang padamu, kau harus menyampaikan kebenaran tentang kita pada saat anakmu masih kecil, sebab jika kalian tidak pernah memberitahu tentang asal – usulnya, inilah yang terjadi. Dia tak akan percaya kalau dirinya adalah Alien! Hahahahaha!"

"Memberitahunya sedari kecil bahwa dia adalah Astro, hmm? Lihatlah perbedaannya, Martin. Anakmu tahu benar kalau dia adalah Astro, dia menjadi sok kuasa dan berakhir kritis di ruangan sebelah karena dihajar anakku yang masih 'manusia' ini." Sindir ibuku. Matanya menyipit tajam dan memandangi kolonel dari sudut matanya. Sindiran tajam ibu sepertinya cukup menohok, sebab, kolonel Martin langsung berhenti tertawa dan memasang raut wajah kesal kearah ibuku.

"Oh, ya ampun. Aku lupa menutup 'Portal'nya. Sebentar dulu." Lubang dimensi itu masih menganga, menggantung di udara. Aku bisa melihat keadaan didalamnya itu seperti Blackhole, sebuah lorong hitam dengan semburat lembayung bercampur pada dinding – dindingnya di dalam sana. Ibu merentangkan tangan dan membuka jemarinya, menutup mata, berkonsentrasi sambil membisikkan sesuatu.

STATERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang