"LEGEND OF MIKOTO" - PART 22 -

85 11 0
                                    

*****

"Kita mau kemana, Otoosama?" Seorang bocah berumur lima tahun duduk di kursi belakang sebuah mobil. Posisinya persis disamping jendela, membuatnya terus-menerus menatap keluar, kearah jalanan raya. Jalanan yang dipenuhi para pejalan kaki, memenuhi trotoar disepanjang sisi. Di Jepang, Trotoar lebih sering mengalami kemacetan daripada jalanannya sendiri. Bagi masyarakat disana, menggunakan mobil hanya untuk orang sakit dan turis saja. Memiliki mobil pun dianggap kampungan. Mereka lebih bangga jika bepergian dengan berjalan kaki dan naik angkutan umum.

"Kita pergi ke desa, sebentar. Mengunjungi kerabat ku yang tinggal di Hokaido. Kau senang suasana desa kan, Hiro?" Ayahnya berbicara sambil mengintip dari balik spion. Mengendalikan laju mobil dengan tenang karena para penumpangnya terdiri dari 3 orang anak lelakinya dan dia sendiri.

"Etooo... aku mau tangkap kumbang tanduk yang banyak nanti! Susanoo-nii san, nanti kita main adu kumbang, ya?" Bocah itu menunjukkan wajah riangnya ketika mendengar kata 'desa' yang disebut sang ayah. Tergambar imajinasi tentang hamparan rumput padi yang baru ditanam, rumah dengan dinding kayu dan kertas, dan serangga-serangga di atas pohon.

"Ah, kalau untuk yang itu, nanti kau main saja dengan Izanami-nii san. Aku ada urusan lain, Hiro. Maaf ya?" kakaknya yang dipanggil Susanoo itu mengacak rambut adik kecil yang duduk disampingnya dikursi belakang. Sementara kakaknya yang bernama Izanami, duduk dikursi depan, disebelah sang ayah.

"Aku punya permainan lain yang lebih seru, Susanoo, Kazuhiro. Nanti kita mainkan satu permainan sulap, namanya 'Menggerakkan pohon'. Nanti Otoosama yang mengajarkan caranya." Izanami berbicara sambil menoleh kebelakang. Dilihatnya bola mata sang adik membulat senang. Siapa sih anak kecil yang tidak menyukai pertunjukan sulap? Sang ayah hanya tersenyum kecil mendengar percakapan ketiga anak lelakinya ini.

***

"Jadi, kau sembunyikan dimana? Ah, maaf. Aku turut berduka untuk istri dan anak-anakmu, Kieru-san." Kazuhiro duduk melipat kakinya di sebuah rumah di pedesaan. Kedua kakak dan ayahnya begitu serius terlibat perbincangan dengan seorang asing yang belum pernah dikenalnya. Ayahnya juga tidak pernah membahas keluarganya yang lain. Setahu dia, sang ayah hanya memiliki dua saudara. Yaitu Takami-san dan Kami-san. Kazuhiro sudah beberapa kali bertemu dengan mereka, kecuali paman yang satu ini.

"Sudah, sudah, Minaka. Itu terjadi sudah lama sekali saat kau masih belum kembali dari Amanohara. Aku sudah melupakan kejadian itu. Dan untuk tempat dimana aku menyembunyikannya, seperti yang sudah pernah ku sampaikan padamu. Aku menyimpannya didalam sebatang pohon sakura dengan sebuah segel pengunci. Ini, silakan dipelajari. Segel ini hanya akan terbuka oleh salah satu anakmu yang berhak memilikinya. Segel spesial, takkan mau dibuka oleh siapapun meskipun orang itu menguasai teknik kuncinya. Karena ia hanya mau membuka pada orang yang dikehendakinya sendiri."

Paman itu memberikan sebuah gulungan kertas yang berisikan tulisan-tulisan aneh pada sang ayah. Kemudian, Minaka No Mikoto mengajarkan segel tersebut pada kedua kakak Kazuhiro, yang segera dipraktekkan oleh mereka langsung di ruangan itu juga. Susanoo dan Izanami mengangkat satu tangannya, lalu membaca tulisan yang tertera didalam gulungan. Lalu ujung-ujung jemari mereka mengeluarkan cahaya redup.

Minaka No Mikoto tersenyum melihat kedua anak lelakinya bisa dengan mudah mempelajari segel tersebut. Kazuhiro terpesona, menganggap kedua kakaknya itu sedang mempelajari trik sulap yang mengeluarkan cahaya dari tangan. "Otoosama, ajari aku juga! Aku ingin bisa sulap seperti Nii san!"

Ayahnya tersenyum, kemudian mengelus kepala anaknya yang paling kecil itu dengan lembut sambil berkata; "Kau belum saatnya, Hiro. Oh iya, bagaimana kalau nanti kita cari kumbang tanduk saja di hutan? Bukannya tadi kau..."

STATERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang