"THE SEARCH" - PART 10 -

118 15 1
                                    


*****

"Cepat bangun, dasar pemalas!" Suara itu membentakku. Tapi kekurangan jam tidur sepertinya membuat kelopak mataku saling menempel begitu eratnya hingga enggan sekali memaksakan terbuka walau segaris pun. Walaupun begitu, goncangan keras di bahuku yang akhirnya membuatku mau - tidak mau, harus membuatku tersadar juga.

Segaris aroma tipis menebarkan keharuman daging panggang di dalam Igloo. Aku menggeliat kaku. Tidur meringkuk di lantai tanah dan berselimut kulit kayu yang kaku sepertinya tidak begitu buruk. Di tengah - tengah lantai, Ara sedang menyodorkan seonggok daging kehitaman di atas api. Di sudut lain, Johann dengan lahapnya memakan sesuatu yang entah didapatnya darimana.

"Hei, selamat pagi! Itu bagianmu, makanlah yang banyak. Kita butuh asupan kalori dan protein dalam jumlah besar untuk memulai petualangan di tempat beku ini." Johann menunjuk onggokan daging yang sedang dipanggang Ara dengan memakai setangkai kayu.

"Hei anak kecil. Bersikaplah sedikit manusiawi jika membangunkan seseorang." Aku merengut di hadapan Ara. Adikku menyodorkan potongan daging yang dimasaknya itu ke arahku. Aku menyingkirkan selimut, menggosokkan tangan ke baju, lalu menyambar tangkai kayu yang menusuk daging panggang itu.

"Huh, dasar. Kita ini di Siberia, bukan di Minnesota. Jangan bersikap seolah - olah kita sedang piknik di alam terbuka. Masih untung kau tidak ku bangunkan dengan melempar sekepal salju ke mukamu itu." Balasnya sambil meniup daging panggang bagiannya.

"Darimana kau dapat daging ini, Johann? Ini daging apa? Rusa? Kijang? Kelinci? Hewan apa yang kau buru ini? Hmm... Dari aromanya, sepertinya lumayan enak... fyuuuuhhhh..." aku meniup permukaan daging yang masih mengeluarkan uap panas itu sambil memandang sekilas kearah Johann yang masih konsentrasi menghabiskan makanan di genggamannya. Sekiranya sudah lumayan dingin, aku mulai menyobek daging panggang itu dengan taring dan mulai mengunyahnya.

"Bukan. Itu daging serigala." Johann menjawab enteng dengan terus mengunyah. Aku mematung seketika. Whaattt?! Serigala?! Astagaa,, yang benar saja! Asam lambung ku mendadak memanjat kerongkongan dan berteriak minta dilepaskan saat itu juga.

"Kau bawa uang, Orion? Cobalah pergi keluar hutan. Mungkin kau bisa menemukan restoran fast food yang menjual burger dan kentang goreng disana. Taruh saja daging itu, nanti biar aku yang habiskan jika kamu jijik memakannya." Tambahnya dengan seringai mengejek.

Well, Johann benar sekali. Kita berada jauh di daerah terpencil di sudut Rusia, bisa menikmati Steak Serigala pun sudah syukur daripada bertaruh nyawa memakan akar pohon yang bisa jadi beracun. Lagipula, rasanya lumayan kok, tidak se-mengerikan wujudnya ketika hidup. Sambil menyingkirkan jauh - jauh bentuk wajah serigala yang kini terpotong - potong di genggaman tanganku, aku melahap kunyahan besar Steak ini.

"Bagaimana caramu memburu mereka? Setahuku, Serigala selalu bergerak dalam kawanan. Jika kau lukai seekor, yang lainnya akan menyerangmu sampai kau mati, Johann." Aku bertanya dengan mulut penuh.

"Mudah saja, sih. Walaupun butuh sedikit kesabaran dan banyak kerepotan. Pertama, aku mulai berburu ketika matahari belum muncul. Saat itu hewan - hewan liar sedang banyak - banyaknya berkeliaran. aku melolong berkali - kali meniru suara serigala. Lalu setelah agak lama melolong, ada sahutan kawanan di dekat sini. Kemudian aku menirukan suara anjing terluka, dengan harapan kawanan serigala ini akan datang menghampiriku.

Kedua, aku mengikat sebongkah batu besar memakai sulur. Lalu aku memanjat pohon yang agak tinggi dan bersembunyi di atasnya sambil memeluk batu yang ku bawa tadi. Tak lama kemudian, kawanan itu mulai terlihat di kejauhan dan berhenti tepat di bawah pohon tempatku bersembunyi. Mereka mengendus - endus tanah bekas ku berpijak.

STATERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang