Mungkin kita semua pernah merasakan apa itu inta pertama. Cinta pertama yang sampai saat ini tidak bisa aku lupakan. Malam ini, aku akan bercerita mengenai Cinta Pertamaku.
Ditemani rintik hujan di depan kamarku, aku ingin sekali menuangkan rasa rindu tentang perasaan yang pernah aku rasakan bermula di tahun 1997. Masih muda, mungkin bisa dibilang ini adalah cinta monyet. Tapi, ternyata aku baru tahu sekarang bahwa ini awal mula cinta pertamaku.
Malam ini, aku duduk sendiri di dalam kamarku dengan diiringi lagu lama yang dinyanyikan oleh BCL (Bunga Citra Lestari) yang berjudul cinta pertama.
Suami dan anak-anakku sudah terlelap dalam tidurnya. Aku mulai mengingat kembali memori indah yang singkat itu sembari kutuliskan semua kenangan indahku tentang cinta pertamaku. Aku menulis inhanya sebagai kenangan terindah yang mungkin kalian pernah rasakan juga. Cinta pertamaku mungkin bukan cinta terakhirku.
Cinta pertama yang aku rasakan bermula ketika aku duduk di SMA. Ketika itu, aku hanyalah anak pindahan dari salah satu SMP Swasta di Jakarta. Dikarenakan pekerjaan orang tuaku pindah di Bandung, sehingga aku harus ikut dengan mereka ke Bandung.
Ada perasaan kekhawatiran yang cukup berlebihan ketika orang tuaku memberitahukan kepadaku bahwa kita harus pindah ke Bandung. Aku merasa harus beradaptasi kembali dengan lingkungan yang baru.
Pada hari pertama masuk sekolah, semua murid diwajibkan membawa balon udara 2 warna yaitu warna merah dan biru. Awal masuk sekolah, semua murid wajib mengikuti MOS (Masa Orientasi Siswa)
Sebelumnya aku ingin memperkenalkan diriku. . Namaku Adiva Ramadhani. Biasa dipanggil dengan nama Diva oleh keluarga dan teman-temanku. Aku merupakan anak tunggal di keluargaku, aku memiliki perawakan yang cukup kecil, kulitku yang kuning langsat khas perempuan Indonesia. Dikarenakan aku anak tunggal, aku selalu dimanjakan oleh kedua orang tuaku dari kecil sampai dengan saat ini.
Hari pertamaku masuk ke dalam lingkungan baru yaitu sekolah baru, aku diantar oleh kedua orang tuaku. Ketika mobilku sudah mendekati area sekolah baruku, aku merasakan perutku seperti melilit mungkin karena nervous yang aku rasakan sedari pagi.
"Mah, aku ga usah masuk ya hari ini? Aku sakit perut nih," seruku berjongkok di belakang jok mobilku sembari memegangi perutku yang terasa bergejolak.
"Emangnya kenapa sih kamu? Udah gapapa. Pasti disana juga banyak kok teman-teman yang baru sekolah disana. Mama sama Papa yakin kamu bisa dapet teman banyak kok seperti di Jakarta." Mamaku melihat ke arahku yang sudah memucat karena takut.
Papaku masih saja menyetirkan mobilnya dengan laju yang memang terasa lebih pelan dari biasanya. Papaku menyetir mobil kesayangannya yaitu Kijang lama sembari melirik ke arahku dan mamaku sambil tersenyum kecil.
Mereka sangat yakin bahwa aku memiliki kemampuan untuk dapat bersosialisasi dengan cepat dengan lingkungan baru.
Sampai sekolah baruku, aku melihat banyak sekali murid-murid yang sudah berada di sekolah itu. Mereka sudah siap dengan membawa balon gas yang diminta untuk dibawa pada hari pertama masuk sekolah.
Aku melihat sekeliling dan terlihat beberapa dari mereka sudah saling akrab mungkin dikarenakan sekolah ini memang sekolah SMP sampai dengan SMA. Jadi sepertinya murid yang bersekolah ketika SMP disana akan bersekolah juga di SMA-nya. Nama sekolahku adalah Tunas Kencana. Sekolah yang cukup terkenal di daerah Bandung.
Hari pertamaku bersekolah, aku masih berusaha mengenal teman-teman baruku. Sampai dengan seminggu masuk sekolah, aku mengikuti kegiatan MOS. Aku masih tetap mencoba mengenal berbagai teman baru.
Sampai akhirnya aku masuk kelas I-II kelas pertamaku ketika SMA. Saat itu, aku hanya berfikir mendapatkan teman yang banyak karena aku memang membutuhkan banyak teman karena aku anak baru di sekolah itu. Selang waktu berlalu, aku sudah memiliki beberapa teman.
Saat itu aku sudah mulai dimasukkan antar jemput oleh orang tuaku, karena orang tuaku tidak bisa mengantar jemput setiap hari.
Dengan mulai banyaknya aku mempunyai beberapa teman baru, aku mulai tertarik dengan salah satu laki-laki yang menurut aku cukup terkenal di kalangan sekolahku. Laki-laki yang aku sukai itu merupakan salah satu tim inti basket di sekolahku. Mungkin bagi para perempuan yang masih muda, pasti berfikir apabila memiliki pacar pemain basket apalagi cukup terkenal akan menjadi suatu kebanggaan.
Awal aku bersekolah, aku memiliki teman yang cukup dekat denganku namanya Rara. Rara termasuk perempuan yang memiliki banyak teman. Karena Rara sebelumnya adalah murid dari SMP di sekolahku. Rara merupakan teman yang sangat menyenangkan untuk diajak ngobrol dan juga cukup populer di sekolahku.
"Ra, gue mau tanya dong. Itu siapa sih? Yang lagi main basket itu," tanyaku ke Rara sambil menunjuk ke arah lapangan basket.
"Yang mana sih?" Rara menjawab sembari mencari tahu orang yang dimaksud.
"Itu yang pakai sepatu Air Jordan," seruku sambil terus menunjuk ke arah lapangan basket.
"Ooo. Yang itu. Itu namanya Vicky. Kenapa lo nanyain dia? Lo suka sama dia?" tanya Rara memandangku curiga.
"Ihh. Siapa juga yang suka. Gue cuma nanya siapa dia. Daritadi paling pecicilan dibanding yang lainnya," jawabku sambil terus pura-pura tidak menghiraukan perkataan Rara.
"Ooooo beneran, karena itu aja. Mau gue kenalin ga sama dia? Gue kenal banget sama dia," jawab Rara sambil terus tersenyum ke arahku dengan mimik muka yang sepertinya ingin menerkam aku
"Ahh.. Ngapain. Ga penting banget. Udah ah, gue ke kelas dulu ya." Aku sambil berpaling dan meninggalkan Rara.
--**--
Sepulang sekolah tiba-tiba Rara menghampiriku yang sedang menuju antar jemputku. Kebetulan rumahku dan Rara tidak terlalu jauh, jadi kita satu antar jemput.
"Div, sini sebentar ikut gue!" seru Rara sambil menarik tanganku menuju pinggir lapangan basket.
"Mau ngapain? Panas banget ah Ra," seruku sambil terus berjalan dengan menarik tanganku.
"Udah sini ikut aja." Jawab Rara lagi.
Sesampainya di pinggir lapangan basket ternyata ada beberapa orang yang sedang berkumpul.
"Vic!" seru Rara menepuk punggung salah satu orang disana.
"Oi! Ra! Kenapa?" tanyanya sambil tetap sibuk memainkan bola basket yang ada di tangannya.
"Ga, gue cuma mau kenalin lo sama temen gue. Dia anak baru disini." Rara menarik tangan kananku ke arah Vicky untuk menyuruhku bersalaman dengan dia.
"Raaaa. Lo apaan sih! Gue kan ga mau kenalan sama dia. Ihhh. Maksud lo apaan sih?" sambil berbisik ke Rara dengan muka yang sudah pasti terlihat memerah karena menahan malu.
"Oh. Hai! Gue Vicky, anak kelas I-III. Lo kelas berapa?" tanyanya sambil menyambut tanganku.
"O Tuhaaann....Raraaaa...berhasil banget ini anak bikin aku malu setengah mati, karena disana juga banyak orang yang mulai melihat ke arah aku." seruku dalam hati.
"Eh, iya hai. Gue Diva, gue kelas I-II." Sambil terus bersalaman.
"Woyyyy! Ngapain, berdua lama banget kenalan aja. Kenalin sekalian Andra sama Marko." sambil menunjuk dua orang yang berada di sebelah Vicky.
"Hai, gue Diva," sambil mengangkat tangan ke arah mereka
"Hai, gue Andra dan gue Marko." seru mereka berdua bergantian memperkenalkan dirinya.
"Udah yuk Ra, balik dulu ya. Tuh pak Kardi udah klakson-klakson. Dahh!" kataku ke mereka sambil berlari menarik Rara pergi.
"Dahh! Ati-ati!" jawab Vicky sambil tersenyum.
Pak Kardi adalah supir antar jemputku dan Rara. Sepanjang perjalanan menuju rumahku, Rara sibuk bercerita tentang Vicky.
Rara menceritakan bahwa memang Vicky jago dalam bermain basket. Dia menjadi salah satu tim andalan sekolah kita. Apabila kalau kita sedang ada pertandingan antar sekolah, Vicky akan menjadi tim inti untuk sekolah kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY CINTAKU
Teen FictionDiary Cinta dari seorang gadis remaja yang memiliki hubungan percintaan dimasa remaja hingga menemukan cinta terakhirnya. Bagaimana pertemuan antara dia dengan kisah cintanya yang pada akhirnya hubungan percintaan dimasa remajanya menjadi cerita...