Setelah aku bercerita ke Karina, setiap harinya aku menjadi lebih pendiam dari biasanya. Bukan seperti aku yang biasa. Yang lincah dan suka tertawa.
Sampai disuatu hari, aku melihat Karina sedang berbicara dengan Topan. Topan adalah salah satu sahabat dari Setya.
Aku bingung ketika melihat mereka berdua sepertinya akrab mengobrol berdua. Karena tidak seperti biasanya mereka ngobrol berdua.
Tidak lama, Karina menghampiriku bersama salah satu teman dekatku juga yang bernama Wini. Mereka mengajakku ngobrol yang menurutku seperti obrolan yang tidak jelas.
Tapi, aku tetap menyimak obrolan itu hampir selama lima belas menit aku mendengarkan obrolan mereka yang aneh. Tidak lama tiba-tiba Wini mengajak aku ke toilet.
"Va, yuk temenin gue ke toilet." ajaknya.
"Ngapain lo minta temenin gue ke toilet segala. Tumben banget sih lo." tanyaku.
"Udah, yuk temenin gue. Gue takut nih." jawabnya. Aku tidak curiga sedikitpun ke dia dan mengikuti dia menuju toilet.
"Udah, lo disini aja. Jagain didepan pintu toilet aja." pintanya kepadaku.
Di depan toilet perempuan, aku bisa melihat lapangan basket di samping sekolahku. Aku menunggu Wini di luar.
Tiba-tiba dari toilet laki-laki keluar Topan. Toilet perempuan dan laki-laki memang bersebelahan.
"Hai. Pan. Lo abis dari toilet?" sapaku.
"Eh lo Va. Iya nih. Ngapain lo disini? Tanyanya.
"Itu nungguin si Wini." sambil menunjuk toilet dibelakangku.
"Ooh gitu." jawabnya.
Memang hari ini kelasku sedang tidak ada guru, jadi murid-muridnya sibuk berkeliaran di sekitar kelas.
"O iya, gue mau tanya dong Va." tanyanya tiba-tiba.
"Tanya apaan?" jawabku
"Gue mau tanya mengenai Setya. Emang bener lo suka sama Setya?" tanyanya lagi dengan mimik muka pengen tahu.
"Kok lo nanya gitu sih ke gue. Kenapa emang?" tanyaku malu.
"Ga, gue cuma pengen tahu aja. Katanya lo suka sama Setya." tanyanya lagi.
"Kata siapa sih gue suka sama Setya. Bukannya Setya lagi deket sama cewek?" tanyaku lagi pengen tahu.
"Kata siapa dia lagi deket sama cewek? Dia ga lagi deket sama siapa-siapa. Udah jawab aja iya apa ga?" tanyanya lagi.
"Emang kalau iya kenapa, kalau ga kenapa?" tanyaku lagi.
"Ya kalau ga, ya gapapa. Kalau Iya, ya bagus." Jawab Topan
"Udah, cuma gitu aja?" tanyaku
"Emang lo maunya gimana?" tanya Topan lagi.
"Ya, gue sih ga tahu harus gimana."
Tapi, disaat itu ada perasaan aku ingin sekali menceritakan tentang perasaanku ke Topan dan memberitahu dia kalau aku memang menyukai Setya. Entah kenapa tiba-tiba aku mengatakan kalau aku memang menyukai Setya.
"Iya Pan, gue suka sama Setya." jawabku berbisik.
"Apa? Gue ga denger lo ngomong apa." tanyanya lagi.
"Lo apaan sih, mesti gitu gue ngomong gede-gede kalau iya gue suka sama dia." jawabku dengan nada yang sudah kutinggikan.
Topan tersenyum dan melanjutkan pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY CINTAKU
Teen FictionDiary Cinta dari seorang gadis remaja yang memiliki hubungan percintaan dimasa remaja hingga menemukan cinta terakhirnya. Bagaimana pertemuan antara dia dengan kisah cintanya yang pada akhirnya hubungan percintaan dimasa remajanya menjadi cerita...