#JAWABAN UNTUK SETYA & VICKY#

309 11 4
                                    



Pagi ini, seperti biasa aku berdiri di samping tembok depan kelasku dan melihat ke arah lapangan basket. Tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang sedang menghampiriku.

"Hei, Va. Lo udah ada jawaban buat surat yang gue kasih ke lo?" seru Deka yang ternyata sudah berada disampingku pagi ini.

"Eh, lo Ka. Iya, gue udah ada jawaban. Gue bingung kenapa temen lo bisa suka sama gue. Padahal gue ga pernah ngobrol sama dia. Kenalan juga belum. Aneh ah. Tapi, maaf ya Ka. Tolong bilangin dia. Gue ga bisa jadi cewek dia. Gue juga ga kenal sama dia. Aneh aja pake kirim surat segala ke gue," seruku sambil mengambil surat yang ada di kantong kemejaku.

"Ohh gitu. Ya udah, tar gue bilangin deh ke Setya. Thank you ya Va." seru Deka sambil berlalu.

Aku menuju kelas mengikuti Deka karena bel masuk sekolah sudah berbunyi. Sepanjang pelajaran aku merasa ada yang sedang memperhatikanku.

Aku mencoba melihat ke arah kanan, depan sampai belakang dan akhirnya aku tahu siapa yang daritadi sedang memperhatikanku. Ternyata Setya yang sedang memandangiku.

Setya terlihat seperti laki-laki pemalu yang tidak pernah berani berkenalan denganku. Aku mencoba tersenyum ke arahnya tetapi Setya langsung memalingkan wajahnya. Aku bingung kenapa dia bisa memiliki kepribadian yang aneh.

Setelah bel istirahat berbunyi, aku langsung keluar bersama beberapa teman-temanku yang bernama Christin, Devi dan Fitri.

"Yuk ke kantin? Jajan dulu kita," ajak mereka kepadaku.

"Yuk deh. Gue juga mau beli minum." jawabku mengikuti Christin, Devi dan Fitri menuju kantin.

Kita beranjak dari kursi dan menuju kantin. Ketika melewati kelas I-III tiba-tiba Vicky menghampiriku yang sedang bercanda bersama teman-temannya.

"Hei, mau kemana?" tanyanya

"Mau ke kantin. Mau ikut? Yuk?" jawabku.

"Hmmm. Ga deh, gue disini aja. Lo ga lama kan? Gue mau ngobrol sebentar ya nanti," seru Vicky lagi sehingga membuatku terhenti sebentar di depan kelasnya.

"Iya, gue cuma sebentar. Gue cuma mau beli minum aja. Ya udah, gue turun dulu ya." jawabku langsung turun bersama teman-temanku.

Sepanjang perjalanan, teman-temanku mulai bertanya dengan mimik muka yang ingin tahu mengenai hubunganku dengan Vicky seperti apa.

"Va, lo jadian sama Vicky?" tanya Christin kepadaku.

"Hahh? Ga, gue belum jadian sama dia. Kenapa sih emang?" tanyaku.

"Gapapa. Dia kan salah satu cowok yang lumayan hits di sekolah. Lumayan lah kalau lo jadian sama Vicky," seru Christin lagi.

"Gila ah lo. Gue belum tahu kok. Udah ah. Ga usah dibahas." Jawabku sambil terus berjalan menuju kantin dan memikirkan perkataan Christin.

--**--

Setelah sampai di kantin, aku langsung menuju kembali ke kelas dan melihat Vicky masih berada di depan kelasnya bersama teman-temannya. Ketika aku melewati Vicky, tiba-tiba Vicky menarik tanganku.

"Eh...Vic. Kenapa?" tanyaku kaget.

"Sebentar gue mau ngobrol sama lo." Vicky terlihat lebih serius, berbeda dari biasanya.

"O tuhan pasti dia mau tanya apa jawaban gue. Gue harus jawab apa ini. Gue suka sama dia tapi, suka karena dia menyenangkan dan sangat populer." Bisikku dalam hati.

"Tin, Dev, Fit. Lo semua duluan aja ke kelas. Gue ada perlu sebentar ya," seruku ke mereka.

"Ooo oke deh. Kita duluan ya." Seru mereka sambil berlalu dan menatapku dengan penuh curiga.

"Bentar ya, gue ngobrol bentar sama Diva." Seru Vicky juga ke teman-temannya dan mengajakku ke ujung tembok depan kelasnya.

"Oke. Sip." Jawab Brian sambil mengacungkan jempolnya ke arah Vicky dan tersenyum.

"Gimana Va, lo udah ada jawabannya?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Gimana apanya? Jawaban apa?" tanyaku mengalihkan.

"Itu yang kemarin gue bilang ke lo pas di lapangan." Seru Vicky.

"Oooo itu. Hmmm. Gimana ya? Hmmm. Yaudah deh. Gue mau jadi cewek lo." jawabku.

"Serius nih. Lo mau jadi cewek gue? Beneran nih?" tanyanya tidak percaya.

"Iya iya. Gue mau jadi cewek lo." jawabku lagi sambil tersenyum.

"Ahh. Oke oke. Makasih ya. Kalau gitu nanti pulang temenin gue main basket ya," serunya sambil mencubit pipiku.

"Aduh. Iyaaa. Tapi, kaya biasa ya. Kalau nanti pak Kardi udah mau pulang, gue duluan ya." jawabku sambil terus memegang pipiku yang terasa sakit karena cubitan Vicky.

"Siap komandan!" jawabnya sambil tertawa.

Bel sekolah tidak lama berbunyi dan aku segera berlari menuju kelas dan meninggalkan Vicky.

Setelah bel pulang berbunyi, aku langsung menuju ke mobil Pak Kardi untuk menaruh tasku. Aku langsung berlari menuju pinggir lapangan basket seperti biasa.

"Ciee..yang udah jadian," seru Brian tersenyum sambil menggodaku.

"Haaahh. Kok lo tahu sih?" tanyaku sambil malu.

"Tau lah. Vicky daritadi seneng banget soalnya." Jawab Brian.

"Woii..Ngapain lo? Ngobrol sama cewek gue," seru Vicky.

"Ihhh apaan sih lo." Jawabku malu sambil mencubit pinggang Vicky dan tertawa bersama.

Tapi, aku seperti merasakan ada seseorang yang mencoba memperhatikanku. Entah siapa, dan aku berusaha untuk mencari tahu siapa orang itu.

Mungkin itu hanya perasaanku saja. Aku terus menoleh ke arah kanan dan kiri lapangan. Sekilas aku melihat Setya sedang berada di pinggir lapangan sambil sesekali melihat ke arahku. Aku berfikir apakah dia yang daritadi memperhatikanku dan Vicky.

Aku berusaha untuk tersenyum kembali ke arahnya, tapi ternyata Setya seperti biasa langsung memalingkan wajahnya dan pergi meninggalkanku tanpa senyuman. Aku benar-benar bingung dengan sikap Setya yang seperti tidak bersahabat.

Vicky adalah cinta monyetku. Mungkin juga banyak cinta monyet kalian yang sama sepertiku dan mungkin lebih berwarna.

Berjalannya waktu, aku dan Vicky naik kelas 2 dan masih terpisah kelasnya. Aku mulai dikenal orang-orang sebagai pacar Vicky. Bangga Iya, Senang Iya. Pada waktu itu ada kebanggaan untuk perempuan kalau memiliki pacar yang keren.

'

DIARY CINTAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang