Keesokan harinya aku berusaha untuk tidak mau sama sekali menatap Setya ataupun Sigit apabila bertemu. Sepertinya mereka paham kenapa aku bersikap seperti itu kepada mereka. Aku tidak nyaman dengan perilaku mereka yang seperti anak kecil.
Aku merasa Karina satu-satunya sahabatku yang paling bisa mengerti aku sampai sekarang. Aku ingin sekali mencoba untuk bercerita tentang Setya ke Karina. Tapi, aku merasa malu mengatakan bahwa sebenarnya aku mencintai Setya.
Akhirnya aku hanya bisa bercanda dan membicarakan hal-hal aneh setiap berbicara dengan Karina. Aku menjadi lebih sering menghabiskan waktu ke rumah Karina setiap pulang sekolah untuk mencoba menghibur diri aku sendiri.
Karena, Karina jarang sekali bertemu dengan Eja kalau sudah pulang dari sekolah. Jadi aku lebih leluasa untuk ngobrol dengan Karina.
Hari-hari berlalu, dan aku merasa Setya seperti menjauh dariku. Dia tidak pernah lagi mendatangiku ketika aku sedang sendiri. Dia terlihat lebih cuek kepadaku. Aku sering melihatnya sedang berbicara dengan salah satu teman perempuan di luar kelas.
Mereka terlihat sangat akrab. Sampai-sampai aku merasa mereka berdua sedang pendekatan. Apa benar Setya sedang mendekati Rahma? Rahma adalah salah satu teman sekelasku. Aku sebenarnya sedih, karena merasa kehilangan sosok Setya di sampingku.
Tapi, aku bukan siapa-siapa. Aku tidak bisa marah dengan kedekatan mereka. Aku hanya temannya. Terserah Setya kalau memang mau dekat dengan siapapun.
Sepertinya Setya tahu kalau aku sering memperhatikan kedekatan dia dengan Rahma. Tapi, dia bukannya menjauh malah semakin dekat.
Selama Setya menjauhiku, dan aku juga menjauhi Sigit. Karena merasa kesal dengan kedekatan Setya ke Rahma.
Aku dekat dengat Andy. Andy adalah temanku. Dia berbeda kelas denganku. Dia mendekatiku. Setiap malam dia berusaha menghubungiku. Di sekolah dia sering mendatangiku untuk mengobrol.
"Nanti malam, gue telpon ya Va?" tanyanya sambil tersenyum
"Ok." aku jawab.
Malam harinya, aku selalu ditelpon oleh Andy.
"Diva. Lagi ngapain?" tanyanya.
"Lagi nonton aja nih." jawabku.
"Sama dong, tapi gue lagi nonton bola nih. Lo nonton juga dong." jawabnya.
Andy gemar sekali bermain bola. Aku merasa dia selalu berbicara mengenai bola kepadaku. Padahal aku sama sekali tidak mengerti tentang bola.
Selama di telpon, kita selalu mengobrol yang tidak jelas. Setelah menutup telpon darinya, aku merasa tidak nyambung sama sekali dengan obrolanya.
Tidak lama aku menghindari Andy dan tidak pernah mau menerima telpon dari dia lagi. Sampai akhirnya kita naik kelas tiga dan aku masih tetap sekelas dengan Karina dan Setya. Entah kenapa aku selalu sekelas dengan Setya. Dari kelas satu sampai dengan kelas tiga.
Awal-awal aku masuk kelas tiga, aku berteman dengan Melati, Rani, dan Rara. Entah kenapa, aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan mereka dibandingkan dengan Karina. Mungkin pada saat itu, dia masih sibuk berpacaran. Jadi, aku tidak mau mengganggunya.
Aku, Melati, Rani dan Rara mempunyai ide untuk melakukan penembakkan kepada laki-laki di sekolahku. Aku menembak laki-laki bernama Dhika, Melati menembak Rido, Rani menembak Delchi dan Rara menembak Andy
Kita melakukan permainan dare untuk menembak mereka dan memutuskan mereka dalam waktu satu minggu setelah berpacaran.
Aku setuju dengan permainan ini. Akhirnya semua sudah melakukan. Hanya tinggal aku yang belum melakukannya. Aku akhirnya memutuskan untuk memanggil Dhika.
"Dhik, gue tuh suka sama lo. Lo mau ga jadi cowok gue?" tanyaku sambil memasang senyumku yang paling manis.
Aku tahu Dhika pasti bingung dan kaget dengan ucapanku ini. Dhika termasuk salah satu murid yang pemalu. Dia termasuk murid yang rajin di kelas.
"Woi, jawab cepetan. Gue ditungguin sama temen-temen gue." tanyaku lagi sambil melirik ke arah Melati, Rani dan Rara.
"Iya, oke gue mau jadi cowo lo." jawabnya lagi. Aku langsung tersenyum dan meninggalkan dia.
Aku segera menghampiri Melati, Rani dan Rara yang sudah menunggu aku di pojok kelas. Aku mengatakan bahwa dia sudah setuju jadi pacarku. Seiring berjalannya waktu, ternyata hubungan Melati, Rani dan Rara seperti orang pacaran pada umumnya.
Sedangkan aku tidak sama sekali. Karena, memang aku tidak menyukai Dhika sama sekali. Hanya karena permainan ini, jadi aku terjebak.
Aku masih sering memikirkan Setya di otakku. Tapi, sampai sekarang dia masih menjauhiku dan dia tetap dekat dengan Rahma.
Akhirnya aku tahu bahwa ada temannku bernama Lany yang menyukai Dhika menangis ketika dia menyatakan cintanya ke Dhika dan Dhika berkata bahwa Dhika masih menjadi pacarku.
Aku merasa bersalah sekali kepada Lani. Aku takut Dhika menggunakan hati ketika bersamaku. Akhirnya aku memutuskan untuk mengatakan bahwa aku sudah tidak bersama dengan Dhika dan Dhika bisa bersama Lany untuk berpacaran.
Akhirnya aku kembali sendiri. Walaupun selama aku berpacaran dengan Dhika, aku juga merasakan sendiri. Karena, aku sama sekali tidak menggunakan perasaanku ke dia.
Aku benar-benar menganggap dia sebagai temanku. Hanya sebatas teman yang aku manfaatkan untuk kepentingan permainanku bersama teman-temanku.
Awal kelas 3, aku merasa harus menyibukkan diri untuk melupakan Setya. Aku mulai sibuk dengan hubungan pertemananku.
Sampai akhirnya aku berusaha menyatakan perasaanku ke Karina bahwa aku selama menyukai Setya. Itu dimana di titik aku merasa Setya sudah tidak menganggap aku ada sama sekali. Dia benar-benar menjauh dan aku merasa sedih dengan sikap dia ke aku.
"Kar, gue mau curhat sama lo. Sebenernya selama ini gue tuh suka sama Setya. Cuma, gue ga pernah cerita sama lo. Gue harus gimana? Dia kayak ngejauhin gue terus." curhatku ke Karina.
"Hahhh? Selama ini lo suka sama Setya? Kok lo ga pernah cerita sama gue? Lo beneran suka sama dia?" tanyanya lagi.
"Iya gue suka sama dia. Entah kenapa gue merasa ada yang beda dari dia dibanding dengan mantan-mantan gue yang lain." jawabku sambil tertunduk.
Ini pertama kalinya aku menceritakan ke Karina tentang perasaanku. Aku mengatakan bahwa aku benar-benar jatuh cinta ke Setya.
Berbeda dengan perkiraan aku tentang respon Karina setelah aku bercerita mengenai Setya. Dia sepertinya berfikir dan aku tidak tahu apa yang sedang Karina pikirkan. Dia tidak mengejekku. Dia hanya tersenyum dan seperti memikirkan sesuatu.
ş^q%
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY CINTAKU
Teen FictionDiary Cinta dari seorang gadis remaja yang memiliki hubungan percintaan dimasa remaja hingga menemukan cinta terakhirnya. Bagaimana pertemuan antara dia dengan kisah cintanya yang pada akhirnya hubungan percintaan dimasa remajanya menjadi cerita...