Hari-hari terus aku jalani selama berpacaran dengan Setya. Layaknya anak SMA sedang jatuh cinta, Aku merasakan dia memang laki-laki yang baik dan perhatian yang pernah aku dapatkan selama ini.
Aku tidak pernah sekalipun bosan apabila bersama dengan Setya. Karina tahu sekali bahwa aku merupakan tipe perempuan yang cepat sekali bosan jika berpacaran.
Setya termasuk laki-laki yang cuek tapi tanpa aku sadari dia terus memberikan perhatian-perhatian kecil ke aku. Walaupun, kadang aku merasa dia terlalu sibuk dengan kegiatannya dan aku juga sibuk dengan kegiatanku.
Aku selalu menemani Setya dalam segala kegiatan olah raga yang dia jalani. Walaupun Aku sama sekali tidak mengerti tentang bola. Setiap hari yang ada dipikiran aku hanya nama Setya. Aku bahagia memiliki Setya.
"Va, lo udah makan belum?" tanyanya kepadaku. Kita akan ada ujian olah raga di sekolah berlari memutari daerah luar sekolah.
Karena sekolahku berada di daerah komplek perumahan. Jadi kita akan berlari memutari komplek perumahan itu. Karena kita sudah kelas tiga SMA dan aku merasa masa SMA-ku akan segera berakhir. Semoga hubunganku dengan Setya tidak akan berakhir.
Ada perasaan takut bahwa aku akan segera berpisah dengan Setya. Karena aku akan masuk perguruan tinggi yang berbeda dengan dia.
Aku sedih karena tidak bisa bersama dengan Setya lagi. Tapi, aku mengerti itu terbaik bagi dia dan juga terbaik bagiku. Aku tidak mungkin meminta dia untuk mengikutiku.
"Gue udah makan tadi. Lo udah belum?" tanyaku lagi
"Gue udah makan juga kok. Nanti kan cewek dulu yang lari baru cowok. Nanti lo akan gue susul." serunya sambil tersenyum.
"Iya, iya. Kan lo tahu, gue ga kuat lari." jawabku
"O iya, ya udah nanti gue gendong aja deh lo." jawabnya lagi.
"Gendong? Beneran nih ya? Lo nanti gendong gue ya." aku tertawa sambil terus memandang wajahnya.
Aku pasti akan merindukan waktu dimana aku bisa terus berdua dengan dia. Baik di kelas, di luar kelas dan dimana-mana.
Peluit pak Daud berbunyi. Pak Daud adalah guru olah ragaku. Menandakan bahwa semua harus siap untuk berlari dan mendapatkan nilai yang bagus.
Aku mulai berlari bersama Karina dan Wini. Sampai akhirnya kita bertiga berpisah. Karina lari lebih dahulu. Wini sempat terhenti dan aku masih tetap berlari pelan. Sambil menunggu Setya yang berjanji akan menyusulku.
"Va. Bener kan, gue akan nyusul lo." Setya berlari di sebelahku sambil tersenyum
"Setya, gue nungguin daritadi tau. Kemana aja sih?!" jawabku.
"Abis ngegendong Rahma." jawabnya iseng.
Setya tahu, bahwa aku sempat cemburu karena menyangka Setya dan Rahma sedang pendekatan.
"Ihhh. Jahat!" aku langsung mencubit Setya dan memalingkan mukaku.
"Hehehe. Lo udah tahu kan, kalau lo ngambek itu lucu banget. Bibir lo bisa biasa aja ga?" jawabnya sambil menyubit bibirku lembut.
"Ihhh. Setya ga usah gombal dehh." jawabku sambil terus berlari.
"Ayooo sini, katanya mau gue gendong. Sini gue gendong. Mau ga?" tanyanya lagi.
"Beneran lo mau gendong gue? Gue berat lo!" tanyaku lagi.
"Berat lo emang berapa sih? Udah sini!" sambil menarik tanganku
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY CINTAKU
Teen FictionDiary Cinta dari seorang gadis remaja yang memiliki hubungan percintaan dimasa remaja hingga menemukan cinta terakhirnya. Bagaimana pertemuan antara dia dengan kisah cintanya yang pada akhirnya hubungan percintaan dimasa remajanya menjadi cerita...