Part 8 : Become Enemy

225 17 0
                                    


"Vanesya gue mau kalau lo jadi pacar gue,gue mohon," ucap Agas penuh penekanan pada kalimatnya dengan wajah memelas dan bersungguh sungguh

Damn it!

" What the hell ! " Aku masih diam terpaku, berusaha mencerna kalimat yang baru saja Agas ucapkan,aku pernah sampai memikirkan akibat dari perjanjianku dengan Agas sampe sejauh itu dan aku sangat menyesali akan hal tersebut

" Please Vanesya will you..." ucap Agas dengan wajah memelas dan sangat memohon,sialnya aku gak bisa nolak karena kasihan

"Shuttt ! oke oke." jawabku asal dengan nada yang terdengar emosi dan melemah. Sejujurnya, aku gak bisa melihat wajah seseorang memohon atau mungkin bisa dibilang gak tega.

Iya, aku akui aku jahat dengan membohongi perasaan seseorang bahkan perasaanku sendiri. Aku telah melakukan kesalahan terbesar dimana aku menerima seseorang dengan belas kasihan dan berpacaran tanpa didasari oleh cinta. Sungguh

"Thankyou so much Vanesya,I Love you." ucap Agas sambil memeluk tubuhku dengan erat seakan akan ia tidak mau kehilangan dan aku pun merasakan air menyentuh pundakku dan terdengar suara Agas yang agak serak. Agas menangis? Astaga.

Namun,aku tidak menggubris ucapan Agas bahkan tidak membalas pelukannya hingga aku tak mendengar kembali suara Agas,ia pun melepas pelukannya dan aku kini dapat bernafas lega namun saat aku lihat ke arah pintu tenda nampak seseorang yang sedari tadi aku  cari cari, Ia bersidekap dada dengan raut wajahnya yang tidak dapat diartikan dan tatapan tajam matanya yang mengintimidasi ditujukan pada Agas dan Agas hanya membalasnya dengan cuek. Aneh.

Reyhan pun menarik paksa tanganku untuk keluar dari tenda tanpa berkata kata dan meninggalkan Agas yang berdiam diri di dalam tenda dengan tangannya mengepal keras dan tatapannya yang tajam pada Reyhan.

Ada apa dengan kedua lelaki ini?

Lamunanku pun kini semakin menjadi jadi hingga genggaman Reyhan sangat erat dan aku hanya pasrah.

Saat ini kita sudah berada ditempat perkemahan nampak semua siswa siswi tengah beristirahat dan menyapa serta menanyakan keadaanku dan aku hanya tersenyum menanggapinya. Aku dan Reyhan sudah berada di bangku yang tak jauh dari tenda kami, kecanggungan dan hening sesaat meliputi suasana kami kali ini,akhirnya Reyhan pun membalikkan tubuhnya dan menatapku tajam,dan dia pun angkat bicara.

***

"Bril, apakah benar yang aku denger tadi?," tanya Reyhan dengan nada nya yang lemah dan tatapannya yang seakan akan meminta penjelasan pada Vanesya yang tetap diam membisu dan menunduk.

"Bril jelaskan!." Reyhan frustasi karena sedari tadi Vanesya tidak bergeming dan terdengar suara sesenggukan hingga air menetes dari wajah Vanesya dan membasahi ujung sepatu yang ia gunakan.

Reyhan pun mengangkat dagu Vanesya,terlihat wajah gadis itu memerah dengan matanya yang sembab,Reyhan pun membawa gadis itu ke pelukannya

"Maaf Rey." ucap Vanesya dengan nada yang sesenggukan,entah kenapa jika Vanesya berada di pelukan Reyhan ia merasa nyaman dan tak ingin melepaskan pelukannya,
kehangatan pun menjalar diantara mereka berdua dan Vanesya pun menjelaskan semuanya secara singkat dan padat

"aku berharap itu hanya mimpi ternyata tidak." Reyhan kembali frustasi dibuatnya, sesudah menyimak penjelasan dari Vanesya

"Jadi aku harus gimana Rey?," tanya Vanesya parau

"Kamu jalani saja dan selama itu nilailah sikap pasanganmu walaupun kamu gak mencintai dia,hargailah dia, apabila dia sudah kelewatan batas maka saat itu aku akan memberinya pelajaran dan merebutmu kembali,aku tidak akan berhenti berjuang untuk mendapatkan cintaku,walaupun itu susah." Jawab Reyhan bijak dengan tersenyum dan menatap lekat lekat mata Vanesya sambil mengelus  lembut rambut Vanesya walaupun ia merasakan hatinya teriris dan ia pun mengecup puncak kepala gadis yang saat ini sudah merubah posisinya menjadi duduk disamping Reyhan

Violent RevealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang