Part 26 : Pelajaran yang Menarik

69 4 0
                                    

Suara musik masih mengalun di telinga gadis yang kini sedang duduk bergulat dengan laptop yang bertengger di atas pangkuannya, rambutnya yang ia cepol sejak tujuh jam yang lalu masih sama berantakannya di banding sekarang, meja belajar yang biasanya bersih dari tumpukan kertas kini menjadi sebaliknya.

Despacito

"Halo!" Ia membulatkan matanya ketika mendengar suara seseorang yang begitu ia rindukan, mungkin, untuk apa merindukan seseorang yang ia tidak ketahui bahwa orang itu merindukannya juga.

"Ooh tugasnya bentar lagi selesai, terserah kamu mau ngambil kapan, udah ya, gue mau mandi," dengusnya sembari melirik jam yang menunjukan pukul empat sore di dinding kamarnya.

"Peduli amat! Suerr gue capek," ia pun menutup laptopnya sembari membenamkan wajahnya di dalam bantal hingga terdengar suara dengkuran.

"Kemana sih ni anak!" Gerutu seseorang di atas jok motornya sembari mencoba memanggil melalui pesan maupun panggilan.

"Bril ayo angkat!" Harapnya cemas sejak sejam yang lalu dan seketika degup jantungnya berpacu dengan cepat dan kupingnya nampak berdenging begitu mendengar klakson mobil yang tidak begitu ia kenali dan ketika jendela hitam itu terbuka, senyum diwajahnya pun terbit.


"Kak! Kakak ngapain nunggu di luar?" Veandra berteriak di balik jendela mobil yang kini telah ia buka.

"Nunggu kakakmu, pagarnya ke kunci, kakak enggak bisa masuk."

"Ooh itu sih aku udah tau, trus udah kakak hubungin kak Vanesya?"

"Udah, tapi enggak di bales."

"Wah si kampret pasti ngebo, oke deh kak, tunggu," Veandra turun sembari membuka gembok pagar rumah neneknya.

"Kak silahkan masuk," Veandra berlari melesat memasuki rumah besar milik kakek neneknya, sejurus kemudian ia berteriak seraya melempar bantal ke arah gadis yang kini terlihat tengkurap tanpa nyawa.

"WOY KEBO SETENGAH TERI! BANGUN! GILA LU YA! REYHAN NUNGGU DI LUAR SEJAM, KAMBING!"

"Apaan? Lu yang kambing!" Vanesya mendelik seraya lari melesat menuju kamar mandi dan hal itupun mendapat serangan kecil berupa baymax empuk dari Veandra.

"Woy bantal gue!" Reyhan mengernyit begitu mendengar teriakan jahil dari lantai atas, namun dalam hatinya ia merasa kagum begitu melihat keakraban kakak adik tersebut, andaikan ia dan Agas bisa seperti itu, mungkin kali ini adik semata wayangnya tidak keluyuran dan bolos sekolah. Reyhan lagi lagi menghela nafas pasrah seraya mengecek notification gadget miliknya yang menanyakan kaberadaan adiknya saat ini sejak tiga hari yang lalu.

"Sorry ya kak! Nunggu lama! Ternyata si kambing emang lagi ngebo," Veandra berucap sembari menuruni anak tangga menuju pantry.

"Iya, enggak apa, lucu juga ya kalian,"Reyhan tersenyum sembari meneliti seisi rumah,"Eh Veandra, enggak usah repot repot gini."

"Udah deh kak, sante aja," Veandra dengan gaya khasnya ia menyuguhkan dua gelas jeruk hangat untuk dirinya dan juga calon pacarnya kakak. Sungguh Veandra mendoakan hal baik tersebut maka dari itu adalah alasan dirinya bertingkah baik di hadapan Reyhan saat ini.

"Thanks ya Vean," Reyhan tersenyum hangat bertepatan dengan Vanesya yang kini menuruni anak tangga satu persatu, "Carmuk lu kumat Vean!"

"Hehehe Rey Sorry,nih tugasnya,"Vanesya menyengir seraya menyodorkan flashdisk miliknya. "Hardcopy nya mana Bril?" laki laki remaja itu hanya terkekeh sembari mengambil benda kecil di tangan Vanesya, sebetulnya ia merasa kesal sejak tadi namun ketika ia melihat wajah gadis dihadapannya kini, entah mengapa rasa kesalnya itu hilang seketika.

"Hehehe tinta printer ku habis, jadi gimana ya..."ia menggigit bibir bawahnya dengan perasaan harap harap cemas.

"Yaudah kita ngeprint aja sekarang,"Reyhan beranjak seraya merogoh kunci motornya yang berada dalam saku celana jeans belel miliknya.

"Oke, Vean lu jaga rumah ya! Awas lu keluar!"ancam Vanesya seraya menjawil pipi adiknya.

"Pembokat banget gue kak! Cepetan balik atau gue laporin kalau kalian ngedate,"seringai Veandra jahil serentak membuat pipi Vanesya memanas dan hal itu pun memancing gelak tawa Reyhan yang kini sudah mengenakan jaket jeans tebalnya.

"Dih fitnah lu Vean! Awas aja lu ya!" Vanesya memutar bola matanya dengan langkah yang sudah menuju motor besar milik Reyhan.

"Bril, Kok Veandra tumben sendiri ke rumah kakekmu?"Reyhan berucap seraya menunggu hasil cetakan di warnet senja itu dan dengan lugas Vanesya pun menjawabnya,

"Dia nyemput gue, ohya kebetulan besok sama lusa gue enggak sekolah Rey, sebab ada acara keluarga dan itu pun dadakan banget," ia mengendikan bahunya dengan helaan nafas panjang sebab Vanesya kali ini benar benar bingung pasalnya tak biasanya keluarganya mengadakan pertemuan dadakan seperti ini dimana ia di haruskan hadir, iya sih dia memang bagian dari keluarga Sanchez tetapi dari berbagai acara keluarga selain Natal, tak satupun ia pernah menghadirinya.

Alasannya sangat sederhana sebab ia ingin merasa sendiri untuk sementara waktu

Dimana tak satupun orang yang bisa mengekang haknya

Walaupun ia rindu rumah sekalipun.

"Artikel apaan ini? Isinya cinta?"Reyhan menggeleng seraya membaca selembar kertas yang terselip diantara data keuangan OSIS, melihat hal itu, dengan gesit Vanesya merenggut kertas tersebut seraya melipatnya kecil kecil,

"Eits! Gue yang punya! Mau gue pelajarin dan gue cantumin di dalam novel gue," kejujuran Vanesya membuat Reyhan tertawa terpingkal pingkal,"Ngapain pelajarin kayak gitu?"

"Terserah gue dong, gue kan gak tau,"Vanesya mendengus seraya memasukkan beberapa kertas tersebut ke dalam tasnya.

"Cinta enggak harus dipelajarin, dia itu tumbuh sendiri tanpa kita sadari,"laki laki bermata almond tersebut tersenyum hangat seraya menepuk pelan pipi Vanesya.

"Kamu kan belum pernah merasakan cinta? Maka dari itu, akan ku ajarkan," sambungnya membuat pupil mata Vanesya nampak melebar dan kupingnya pun kini meremang begitu mendengar bisikan teman sebangkunya.

"Hahaha cukup menarik, biarkan gue berpikir,"Vanesya berucap di tengah tawa kecilnya.

***

Violent RevealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang