Begin

11.2K 1K 26
                                    

Yoongi berkeliling menatap kamarnya, sebelum mengangkat koper terakhir yang tidak terlalu berat. Hanya barang-barang remeh yang ia miliki. Dengan pandangan sendu, ia tersenyum menghadap sebuah piano coklat disudut kamarnya. Ia mengambil kenop pintu sebelum menutupnya menariknya pelan menghasilkan deritan pintu.

"Kau tidak perlu pindah sebenarnya Yoongi-ah." Kim Seok Jin mengagetkannya dari belakang. Ia tersenyum menatap pintu kamarnya untuk terakhir kalinya. Ia sudah bertekad akan segera pindah dan tidak akan menyusahkan kakak sepupunya itu lagi. Mereka sudah sama-sama dewasa. Tidak mungkin Yoongi selalu berada disini dan menganggu privasi kakak sepupunya itu.

"Tenang saja hyung. Aku akan sering main kesini. Kau tidak akan kesepian." Tapi Jin tahu, Yoongi adalah orang yang sibuk. Mungkin kata sering akan menjadi jarang. Jin mendesah pelan.

"Baiklah kalau kau sangat yakin begitu." Yoongi melihat kakak sepupunya itu tertunduk lesu. Untuk beberapa alasan Yoongi juga merasa berat untuk pergi, tetapi...

"Kalau tidak, Kau boleh menjengukku kapan saja."

"Kapan saja? Bahkan tengah malam?"

"Ya bahkan tengah malam." Yoongi yakin bahwa ia melihat senyuman jahil dibibir Jin saat ini. "Ya hyung apa yang kau pikirkan hah?"

"Hm, siapa tahu saja aku menangkap basah dirimu dengan seseorang di kamarmu tengah malam."

"Ayolah hyung. Kau bercanda." Jin tertawa pelan dengan menepuk bahu Yoongi. "Tak apa Yoongi-ah. Kau juga sudah besar.. benar kan?"

Yoongi mengerutkan alisnya saat mendengar hal itu. Jin hyung memang aneh.

Jin mengantar Yoongi sampai mobilnya. Beberapa barang sudah memenuhi mulut bagasi. "Semua sudah beres? Tidak ada yang tertinggal?"

Yoongi memeriksa sebentar koper-kopernya. Sebelum mengangguk. Kepalanya mendongak menatap jendela kamarnya di lantai dua yang bertepatan menghadap ke jalanan. Apakah ia akan mendapatkan tempat senyaman itu lagi? Ia menggelengkan kepala pelan, menghapus prasangka buruknya.

Ia masuk kedalam tempat kemudi. Menurunkan kacanya setengah lalu tersenyum lembut lagi kepada Jin dan kenangan masa kecilnya. Lalu roda mobil itu bergulir pelan.

.

.

.

.

.

Saat sampai di flat barunya, matahari sudah menghilang dari langit. Ia membawa beberapa barangnya bergantian. Ia memandangi bangunan minimalis namun terlihat elegan. Jin memang pintar memilih tempat untuk adik kesayangannya. Di sebelah kanannya ada sebuah kedai kopi dan disebelah kirinya ada sebuah bakery. Tempat yang sempurna untuk santapan pagi. Yoongi tersenyum tanpa sadar. Ia akan menjalani hidupnya sendiri.

Kamarnya berada di lantai tiga, saat itu malam, sehingga beberapa kamar sudah tertutup dan tidak ada orang yang melewati lorong itu. Sementara Yoongi susah payah membawa barangnya. Sesekali mengutuk dan mengumpat betapa banyaknya barang yang ia bawa.

Peluh sudah mengucur dari celah rambut hitamnya. Masih ada beberapa lagi koper yang tersisa di bagasi mobilnya. Padahal ia sudah mengangkutnya berkali-kali. "Apakah koperku beranak?" Tanya Yoongi pada dirinya sendiri.

"Suga-ssi?" kepala Yoongi menoleh kearah suara. Disana berdiri seseorang dengan rambut abu-abu dengan senyuman yang err... menurut Yoongi itu aneh. "Rupanya kau datang malam hari. Aku sudah menunggumu. Jin hyung bilang kau membawa banyak koper. Tak ku sangka, kau benar-benar membawa banyak sekali." Ia mengakhiri kata-katanya dengan senyuman lagi, dihiasi lesung pipi yang dalam di salah satu sisinya.

I Found My Flat LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang