Heartbreaker

4.6K 679 17
                                    

Yoongi mengatakan jika ia mempunyai biscuit yang tak kalah enak dari milik Namjoon. Membuat Hoseok datang ke kamarnya dengan suka cita.

"Jadi di mana?"

Kepala Hoseok menatap sekeliling. Kamar ini Nampak sama seperti saat pertama Hoseok datang. Sangat rapi.

"Ah, itu gampang saja hyung. Aku berikan alamat lengkapnya saja. Jika perlu denahnya." Ia tersenyum jahil. Namun Yoongi hanya mengangguk berusaha sekeras mungkin untuk tidak memutar bola matanya. "Kalau boleh tahu, kenapa tiba-tiba menanyakannya?"

Yoongi tidak menjawabnya. Melainkan memberi setoples penuh biscuit yang ia janjikan. Tangannya meraih kertas yang berada di meja. Alamat kantor Park Jimin. ia harus ke sana.

.

.

.

Matahari sangat menyengat. Tidak seperti biasa. Yoongi memandang jalanan dengan menyipitkan matanya. Suara deru mobil dan juga percakapan orang tak tembus ke telinganya karena kaca penghalang. Matanya berkeliling mencermati sudut ruangan.

Ruang tunggu milik wakil Direktur ke dua. Park Jimin. sementara yang dicari sedang sibuk entah pada apa. Yoongi hanya menurut saja saat seorang wanita cantik dan seksi membawanya di sini. Memintanya menunggu sebentar.

Meski dibilang sebentar, ini tidaklah sebentar. Yoongi hampir mati bosan. Menemui seorang wakil direktur perusahaan besar tak akan segampang ini. Untunglah ia mengaku sebagai salah satu teman Taehyung dan Jimin. Teman. Yeah, semoga mereka juga menganggapnya teman.

Suara pintu dibuka membuat Yoongi berbalik dan menatap wanita yang tadi menghampirinya. Ia berjalan di belakang wanita itu menuju sebuah ruangan yang bisa ia tebak adalah miliki Park Jimin.

"Silahkan masuk. Tuan Park sudah menunggu Anda." Dengan anggukan sedikit, Yoongi memasuki ruangan itu. Jimin memeriksa catatan keuangannya, begitu melihat Yoongi duduk di hadapannya membuatnya hampir tersedak saliva sendiri.

"Kau?"

"Ya. Ini aku. Min Yoongi." Ujarnya dengan senyum.

"Apakah ciuman ku membuat mu ketagihan sehingga kau datang ke sini?" bukan amarah yang keluar, melainkan semburat merah di pipi Yoongi. Membuat Jimin makin enggan memandangnya.

"Jika aku menjawab 'ya' apakah artinya kau akan mencium ku lagi?" Jimin terdiam. Ia lebih memilih untuk menatap catatannya meski pikirannya tidaklah ke sana.

"Katakan apa mau mu dan segeralah pergi."

"Ak-aku hanya ingin meminta maaf padamu."

"What?"

"Kurasa kau terlalu muda untuk mengalami tuli."

"Apa kau bilang tadi?" Tanya Jimin menyipit.

"Apa kau benar-benar tuli?" Tanya Yoongi mendekatkan tubuhnya hingga menyentuh meja kerja Jimin.

Jimin mendesah pelan mendengarnya. Pria di hadapannya hanya menyeringai kecil.

"Dengarkan baik-baik. Aku hanya ingin minta maaf atas kejadian waktu itu. Ku dengar dari Taehyung kakimu makin parah karena tanpa sengaja, ingat, tanpa sengaja mendorongmu. Aku─"

"Tunggu, kau bertemu Taehyung?" Tanya Jimin penuh selidik. Setahunya Taehyung berada di Jepang dari kemarin.

"Er, itu sebenarnya, Jungkook yang memberitahu ku. Dan aku juga sudah meminta maaf pada Taehyung. Jadi sekarang lah saatnya aku minta maaf padamu."

Yoongi merogoh sesuatu dari kantong yang ia bawa sedari tadi. Sebuah cup cake dengan balutan dark chocolate. Ia menghabiskan lebih dari empat jam lemburnya hanya untuk membuat ini. Bibir Jimin hampir terangkat sebelum ia menutupinya dengan terbatuk kecil. Ini sungguh, manis. Maksudnya cup cake itu sungguh manis.

I Found My Flat LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang