"Hyung aku datang. Maaf semalam aku ti- HA! Astaga!"
Mata Jimin dan Yoongi masih terbelalak lebar. Dengan kekuatan penuh Yoongi mendorong Jimin sampai ia sendiri limbung dan jatuh di lantai sementara Jimin jatuh di atas ranjangnya. Keduanya masih memancarkan rasa ngeri yang sama. Ditambah degupan jantung masing-masing yang seakan ingin meledak.
Hoseok masih berdiri di ambang pintu dengan wajah pucat seolah baru saja melihat hal yang mengerikan, meski hal ini bisa masuk dalam kategori mengerikan juga.
"Maaf hyung, aku tidak tahu ji-jika kalian ternyata..." ia menggantungkan kalimatnya hanya sampai situ. Ia sibuk menutup mulutnya yang hendak berteriak teringat kejadian yang baru ia saksikan. Ini gila. Ini benar-benar gila!
Hoseok menutup pintu dan menghilang di baliknya meninggalkan Jimin dan Yoongi yang masih terengah-engah di posisi yang sama. Yoongi bangkit dan menatap Jimin yang sudah kembali duduk di pinggir ranjang.
"Apa yang kau lakukan brengsek?" ia meratapi bibirnya.
"Kenapa kau tidak menghindar bodoh?" Yoongi mengerang frustasi. Bibirnya yang masih perawan. Sementara Jimin hanya diam saja. Merasakan jantungnya yang belum berdegup normal.
"Panggilkan dokter saja, tidak usah berteriak-teriak." Ucap Jimin pelan.
Yoongi segera mengambil tasnya dan berlari menuju pintu, kepalanya berbalik hanya untuk melihat Jimin yang masih menundukkan kepala. Lalu menghilang ditelan pintu.
.
.
.
Sudah empat belas kali Yoongi mengumpat dalam perjalanannya ke kedai hari ini. Mengawali pagi dengan sangat buruk. Mencium musuh sendiri karena tersandung saat ingin menonjok mukanya. Oh memalukan sekali.
Dalam bayangan Yoongi ia mencium seseorang yang ia cintai dengan perasaan. Bibirnya yang belum pernah di jamah siapa pun kini ternoda. Hanya karena Jimin brengsek. Meski rasanya hanya menempelkan bibir, entah bagaimana Yoongi menyukai sensasinya. Bersentuhan dengan bibir tebal Jimin membuatnya seperti ketagihan. Sial, apa yang barusan ia pikirkan?
Kaki Yoongi terhenti di depan pintu kedainya. Menarik nafas yang dalam untuk kemudian menenangkan diri. Berusaha sekuat mungkin memberikan senyum yang ramah. Menirukan senyum pemuda yang sedari tadi membersihkan meja.
"Jungkook-ah."
Jungkook menatap Yoongi dari ujung kaki hingga ujung kepala. Bosnya itu tampak berbeda. Jika biasanya ia akan terlihat rapi dengan kemeja yang terlipat hingga siku, kini bosnya yang manis itu hanya mengunakan kaos lengan panjang. Sangat berbeda. Berantakan.
"Apakah terjadi sesuatu hyung?"
Yoongi bahkan terlalu malas hanya untuk mengangguk. Ia memutari meja kasir sebelum terduduk lemas di hadapannya. Matanya menjuruh keseluruh kedai yang masih kosong. Dua puluh menit lagi mereka baru buka.
Pandangan Yoongi beralih pada tampilan Jungkook. Pegawainya itu juga tampak berbeda. Ia mengenakan kemeja yang telah di setrika terlebih dahulu. Rapi, bersih, dan sangat wangi. Alis Yoongi tertaut. Ada apa dengan Jungkook?
"Apakah ini hari gajian?"
Yang di Tanya hanya memiringkan kepala dengan matanya yang bulat besar tampak berpikir.
"Bukannya minggu depan?"
"Ah~ hanya saja kenapa kau tampak sebahagia ini Jeon Jungkook?" Tanya Yoongi dengan mata makin menyipit.
Senyum Jungkook terkembang tanpa sadar.
"It-itu.. aku hanya senang saja." Jungkook meremas lap di tangannya. "Aku hanya merasa bahagia sampai-sampai ingin bernyanyi." Lanjutnya dengan wajah tertunduk malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found My Flat Lover
Fiksi PenggemarYoongi tidak pernah menyangka, hidupnya yang tenang akan terusik oleh Park-sialan-Jimin. dan yang terparah adalah mereka tetangga di flat baru Yoongi. Bad Summary Yoonmin/MinYoon by. greyabugrey