Pukul delapan malam Yoongi dikagetkan dengan suara ketukan pintu. Pastilah Jimin sudah ada di luar menunggunya.
"Kau sudah siap?" Tanya Jimin ketika Yoongi membukakannya pintu, berdiri dengan setelan jas hitam. Tidak akan pernah bosan Yoongi untuk menganggumi pesona yang dimiliki oleh Jimin.
"Ya, tentu saja." Ujarnya.
Tangan Jimin mengeluarkan sebuah kain hitam. Ia hendak mengalungkannya pada kepala Yoongi. Namun tangan itu tertahan. "Apa yang akan kau lakukan?"
"Aku ingin menutup matamu."
Yoongi melongo. "Untuk apa?"
"Sebuah kejutan." Detik berikutnya yang Yoongi rasakan adalah dirinya di tuntun menaiki mobil dan pergi entah kemana. Jimin benar-benar pandai membuat jantungnya berdebar kencang . Dan anehnya ia tidak memberontak.
Hal pertama yang Yoongi rasakan saat keluar mobil adalah angin sejuk yang menusuk kulitnya. Sebelum Jimin memeluknya dari belakang, kemudian melepaskan ikatan mata yang menghalangi pandangan Yoongi.
Hal selanjutnya yang Yoongi lihat adalah hamparan pantai yang berkelip karena pantulan sinar bulan dan bintang. Angin malam yang menerpa helaian rambut di dahinya.
Keningnya berlipat ketika Jimin menariknya ke sisi lain pantai dari tempatnya berdiri, Yoongi bisa melihat sebuah restoran yang megah. Di hiasi oleh lampion lampion dengan harum bunga yang Yoongi pun tak tahu apa. Mereka kemudian duduk di sana, tanpa kursi, hanya beralaskan karpet cokelat tebal. Angin laut menyibakkan tirai-tirai yang terpasang di sudut-sudut saung itu. Gelas-gelas cantik sudah tersusun di atas meja rendah.
"Bagaimana?" Tanya Jimin begitu pelayan pergi. "Apanya?"
Yoongi mengerti apa yang di maksud Jimin. hanya saja ia berpura-pura tidak tahu dan memalingkan wajahnya.
"Apa kau menyukai tempat ini? Aku memesannya khusus untukmu."
Yoongi menatap ke tempat lain dengan wajah makin memerah. Tempat ini benar-benar indah. Tentu saja, Yoongi menyukainya.
"Apa kau mau pamer kekayaanmu?" kata Yoongi dengan sinis, meski begitu ia tidak benar-benar kesal. Ia hanya menutupi perasaannya yang gugup.
Yoongi terbatuk kecil sebentar, "Ya, aku menyukainya." Ia masih belum berani menatap Jimin. meski ia tahu Jimin pun tak berani menatap matanya.
"Jadi, apa yang ingin kau katakan tentang kedaiku?" Tanya Yoongi.
"Ingin kau bahas sekarang? Tidak ingin makan dulu?" Tanya Jimin tersenyum. Yoongi menggeleng.
"Baiklah," Jimin meletakkan tangannya yang sedari tadi memutari mulut gelas yang tinggal setengah isinya.
"Apa yang kau lakukan dengan Jackson?"
Alis Yoongi tertaut. Bukannya mereka akan berbicara mengenai kedainya?
"Tunggu dulu. Ku kira kau akan mengatakan sesuatu tentang kedai ku. Dan sejak kapan percakapan kita mencapai Jackson?"
"Jawab saja."
Harus Yoongi akui, meski angin malam menerpa kulitnya dingin namun yang ia rasakan adalah rasa hangat yang menjalar di wajahnya membuat sebagian kulitnya menjadi merah padam. Pasalnya, Jimin menatapnya begitu intens dengan jarak sedekat itu. Lebih-lebih hanya ada mereka berdua disini.
Its so romantic.
Yoongi mendesah.
"Baiklah. Aku pergi ke hotel tempat ayah dan ibu Jackson tinggal. Mereka bahkan tidak mempunyai rumah tinggal tetap. Dasar orang kaya yang kelebihan uang." Yoongi mendumel tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found My Flat Lover
FanfictionYoongi tidak pernah menyangka, hidupnya yang tenang akan terusik oleh Park-sialan-Jimin. dan yang terparah adalah mereka tetangga di flat baru Yoongi. Bad Summary Yoonmin/MinYoon by. greyabugrey