Langit sudah sangat gelap. Yoongi baru saja tiba dari supermarket terdekat. Ia mengeratkan mantelnya. Udara di luar benar-benar dingin. Di tengah jalan menuju kamarnya, ia bertemu Hoseok. Orang yang selalu ia coba hindari. Ia merasa tidak enak dengan Hoseok. Bagaimana pun ia sudah melihat kejadian memalukan bagi Yoongi.
"Suga Hyu-hyung." Sapanya terbata. Yoongi hanya menganggukkan kepala. Suaranya tak mampu keluar. "Ah, hyung. Mau biscuit?" tanyanya mengulurkan sepiring biscuit yang terlihat sangat enak.
Ditatapnya Hoseok yang tersenyum seperti saat pertama bertemu. Begitu ceria. "Boleh. Bagaimana jika makannya di kamarku saja?" Tanya Yoongi disambut anggukan Hoseok.
Bukan tanpa alasan jika Yoongi mengajak Hoseok ke kamarnya. Hal itu semata-mata hanya ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Yoongi masih tidak enak jika mengingatnya. Hoseok pasti salah paham.
"Masuklah." Berbeda saat Hoseok memasuki kamar Jimin dan Namjoon, kali ini ia tampak sopan dan duduk sewajarnya. Meletakkan sepiring biscuit itu di meja. Diam-diam kepalanya berputar memandangi ruangan yang di susun oleh Yoongi begitu rapi.
"Ini minumnya." Yoongi duduk di hadapan Hoseok setelah meletakkan dua cangkir teh di meja. "Apa hyung yang menyusun semuanya?" Tanya Hoseok masih terkagum-kagum.
"Ya. Kenapa?"
"Daebak! Ini rapi sekali. Berbeda dengan kamarku. Astaga! Benar-benar berantakan. Meski sudah kucoba membereskannya. Yang ada makin terlihat berantakan. Aku sangat-sangat buruk dalam hal menata barang. Padahal barangku sangat sedikit." Yoongi lega melihat Hoseok yang sudah kembali seperti saat pertama bertemu. Banyak bicara. Mungkin dulu sangat mengganggu. Sekarang sudah tidak.
Yoongi hanya tertawa mendengarnya.
"Aku jadi penasaran bagaimana kamarmu saat ini."
"Haruskah kita ke sana?" Tanya Hoseok.
"Boleh." Tangan Hoseok langsung terkibas. "Ani, jangan Hyung. Sangat berantakan. Aku malu tahu." katanya sambil tertawa.
"Kau tahu kamar Jimin kan? Sama rapinya dengan ini. Hanya saja karena kamarnya memiliki sedikit perabotan ku rasa wajar. Tapi ini, wahh, bagaimana kau bisa menyusun serapi ini hyung?"
Mendengar nama Jimin disebutkan membuat Hoseok dan Yoongi kembali kikuk. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ah, Hoseok-ah. Aku mau menjelaskan mengenai yang di rumah sakit. Itu sama sekali─"
"Tak apa hyung. Aku mengerti. Aku yang harusnya minta maaf karena menganggu. Maka dari itu, biscuit ku bulan ini untuk hyung semua." Ujarnya dengan tangan terulur setoples biscuit. Hal itu membuat Yoongi tertawa. "Tidak Hoseok-ah. Kau tidak perlu memberikan semua biskuitmu. Aku hanya ingin bilang bahwa─"
"J-Hope!"
Mereka berdua serempak menengok ke arah pintu kamar Yoongi. Penasaran siapa yang berteriak di tengah malam begini.
"Nam-namjoon hyung." Raut muka Hoseok langsung berubah mendapat wajah sangar Namjoon. "Yak! Kau! Kemari!"
Membaca situasi dengan cepat, Hoseok menyerahkan biskuit di tangannya pada Yoongi. "Hyung maaf kan aku. Aku pergi. Bye..." secepat itu pula Hoseok mencoba melewati Namjoon yang ada di pintu. Namun sayang, lehernya keburu ditangkap oleh lengan kekar Namjoon. "Yak! Itu biskuit ku. Kau kurang ajar mengambilnya!" Namjoon masih berteriak seraya menarik telinga Hoseok berjalan menghilang di balik tembok.
Yoongi hanya mendesah pelan menatap biscuit di tangannya. Lalu telinganya menangkap suara yang sangat familiar baginya. Suara itu, suara Taehyung.
Yoongi berlari keluar menghampiri Taehyung yang ternyata hendak memasuki kamarnya. Pergerakan tangan Taehyung terhenti sesaat melihat Yoongi dengan nafas memburu mendekatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/87025301-288-k710145.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found My Flat Lover
أدب الهواةYoongi tidak pernah menyangka, hidupnya yang tenang akan terusik oleh Park-sialan-Jimin. dan yang terparah adalah mereka tetangga di flat baru Yoongi. Bad Summary Yoonmin/MinYoon by. greyabugrey