Nobody But Me

4.2K 635 21
                                    

"Min Yoongi aku tahu kau di dalam!"

Yoongi masih menatap pintu itu dalam diam. Sementara sisi lainnya tengah diketuk oleh seseorang. ah, ia tidak lagi mengetuk tapi bahkan hampir mendobrak.

"Cepat buka!" suara itu adalah suara yang belakangan ini memenuhi otaknya. Ia tahu hanya dalam sekali tebak. Park Jimin.

"Yoongi, ada banyak hal yang ingin ku bicarakan padamu. Ku mohon."

Baru kali ini Yoongi membenci rasa simpatinya. Dengan rasa setengah simpati setengah penasaran, ia membuka pintu itu pelan. Rasanya ia mengalami de javu. Jimin tengah berdiri dengan pakaian rumahnya dan ia membuka pintu dengan perlahan. Mirip saat pertama kali mereka bertemu.

"Apa lagi?" tanyanya enggan. Namun Jimin hanya menatapnya diam. Hampir saja Yoongi menutup pintu itu kembali. Namun tangan Jimin menahannya. Ia menghela nafas. "Kalau kau ingin bicara, ayo kita bicara."

"Tidak ada lagi yang ingin ku bicarakan."

"Aku tahu apa yang ada di dalam pikiranmu." Jimin menarik tangan Yoongi dan membawanya keluar, sejajar di hadapannya. Yoongi berusaha untuk mrlrpaskan genggaman Jimin, namun sia-sia saja. ia begitu kuat. "kesalah pahaman mu itu bahkan lebih parah dari kadar keanehan Jhope. Apa yang ada dalam pikiranmu bukanlah apa yang sedang terjadi."

"Apa maksudmu?" Tanya Yoongi, hatinya gelisah mengingat tangannya masih di genggam Jimin.

"Aku belum memiliki pacar. Maksudku, wanita itu bukan pacarku. Kami adalah sepupu. Ia adalah sepupu Taehyung."

Wajah Yoongi memerah. Ia memang mengira wanita itu adalah pacar Jimin. ia menutupi malunya dengan terbatuk kecil. "Dengar, aku bahkan tidak peduli siapa wanita itu."

"Ya, kau pasti peduli."

"Aku tidak."

"Aku tahu, kau sangat peduli padaku." Yoongi memutar bola matanya.

"Baiklah aku... minta maaf." Kata Yoongi pelan. Jimin menatap manik mata Yoongi lama. kemudian ikut menghela nafas.

"Sudahlah lupakan bodoh." ia melepaskan genggamannya pada Yoongi. entah kenapa hal itu malah disesalkan Yoongi, ia merasa tangannya hampa.

Jimin menyeringai ke arahnya. Kemudian berjalan ke dalam flat Yoongi seraya berteriak, "Aku lapar! Aku ingin makan ramen. Kau pasti ada ramen kan?"

Yoongi melongo menatap Jimin yang nampaknya telah akrab pada sudut kamarnya. Bahkan ketika di dapur, Jimin tidak repot-repot bertanya dimana kah peralatan masak Yoongi.

Ia memperhatikan pemuda berambut abu-abu itu memasak. matanya kemudian fokus pada Rambut abu-abu yang berkilauan. Ah, rambut itu mengganggu pemandangan Jimin.

Nampaknya rambut itu begitu Jimin rawat. Berkilauan bagai benang-benang sutera yang halus. Yoongi pernah menyentuhnya sekali, tepat saat mereka berada di sofa.

Yoongi menahan senyumnya saat melihat Jimin kepayahan dengan rambutnya. Tangannya tanpa sadar terulur menyibak rambut yang menggantung di kening Jimin. menimbulkan jarak yang menipis. Serta mata yang saling bertemu di antara detak jantung yang kencang.

Mereka saling melirik dan mendapati keduanya saling memerah. Yoongi beringsut menjauhkan diri. Membuang pandangannya ke mana saja. Sementara Jimin menyibukkan diri dengan ramen yang ia buat.

Setelah di rasa aman, Yoongi lagi-lagi menatap Jimin.

"Jangan coba-coba menyentuhnya." Kata Jimin masih fokus pada ramennya. Yoongi menautkan alisnya, bingung dengan apa yang di katakan Jimin.

I Found My Flat LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang