Blood Sweat and Tears

4.6K 719 5
                                    

Yoongi bangun terlambat siang ini.

Ia bergegas menuju kedainya. Jungkook pasti menunggunya. Langkahnya terhenti ketika mengingat Jungkook. Bagaimana pemuda itu setelah kejadian semalam. Yoongi melakukannya terlalu terburu-buru.

Yoongi mendesah pelan. Baru beberapa minggu ia tinggal bertetangga dengan Jimin, membuatnya hampir tidak normal.

Ia bahkan sudah tidak normal.

Pintu kedai terbuka, Jungkook tengah membersihkan beberapa meja. Seperti biasa.

Badannya berbalik menghadap Yoongi yang masih berdiri di antara pintu. Wajahnya menunduk tak berani menatap Yoongi. "Pagi, Kooki-ah." Sapa Yoongi melewati beberapa meja hingga sampai pada meja kasir.

"Pa-pagi hyung." Canggung. Semua tampak aneh sekarang. Hanya suara deritan meja yang dibersihkan yang mengisi ruangan. Bahkan Yoongi sudah terlarut pada deretan angka dalam kertas di tangan kanannya. Dengan kacamata yang diberikan oleh Jin, ia berkonsentrasi. Hingga tak menyadari jika seorang pelanggan tengah berdiri dihadapannya.

"Aku tidak bisa tidur."

Yoongi mendongak seketika. Dan ia hampir melempar kertas yang telah ia susun rapi ke hadapan wajah tampan tapi menyebalkan dihadapannya. Bisa kah ia muncul dengan cara yang normal?

"Park sialan Jimin. Apa mau mu? Kami belum buka." Tangannya terkibas mengisyaratkan usiran. Namun Jimin hanya tertawa mengejek.

"Papan di depan bertuliskan 'open'. Min bodoh Yoongi. Kau tidak tahu arti open?"

Yoongi memanjangkan lehernya menatap papan yang tergantung di pintu di belakang Jimin. menahan malu dengan kembali menyibukkan diri bersama deretan angka.

"Hei. Aku tidak bisa tidur." Kata Jimin lagi.

"Siapa?" Tanya Yoongi.

"Aku."

"Yang bertanya." Yoongi kembali memperhatikan kertas yang bertumpuk dihadapannya. Membuat Jimin kesal karena merasa dipermainkan di moodnya yang buruk.

Yoongi menghentikan pergerakan jemarinya di atas kertas. Ia mendongak menatap Jimin dengan kantung hitam di bawah matanya. Lalu meletakkan pena dan terbatuk pelan.

"Apa yang kau inginkan?"

"Aku tidak bisa tidur."

"Lalu?" alis Yoongi bertaut

"Aku ingin coklat paling manis."

Yoongi mengeratkan bibirnya menahan tawa tapi percuma, tawanya meledak hingga tanpa sadar ia memukul-mukul meja. Membuat Jungkook keluar dari dapur menatapnya heran.

"Kau gila?! Ya brengsek! Kau mau mempermainkan ku? Jika kau tidak bisa tidur, pergilah ke dokter dan dapatkan obat tidurmu. Bukannya datang ke sini dan membeli coklat."

"Aku hanya ingin. Jadi berikan saja!" kata Jimin. Yoongi dapat melihat kesungguhan di matanya.

Yoongi mendecak pelan sebelum beranjak ke dapur.

"Ini pesanan mu Tuan." Jimin tersenyum miring mendengarnya. Ia mengambil beberapa coklat batangan di hadapannya. Ia pasti akan sakit perut setelah ini. Biarlah..

"Sebenarnya aku menyukai Dark chocolate."

"Diam dan makan saja." Yoongi kembali mencoba fokus membaca deretan angka di hadapannya. Namun Jimin yang berada dihadapannya membuatnya terusik. Pikirannya tidak fokus. Berkali-kali ia hanya membalik kertas tanpa mencoret apapun di sana. Tangannya kram. Sementara matanya melirik dari ujung bingkai kacamata pada Jimin yang tengah menikmati coklatnya.

I Found My Flat LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang