3

5.2K 812 16
                                    

Yoongi melepas sepatunya dengan kasar. Seharusnya ia langsung pulang setelah memberikan kado, salahkan otaknya yang tak bekerja dan mau repot-repot mencari Taehyung. Gay katanya? Sial, Yoongi masih mengingatnya. Kata-kata Taehyung terus berputar di kepala layaknya kaset rusak.

Yoongi merebahkan diri di atas kasurnya dengan memejamkan mata. Rasa lelah ini memeluknya. Rasanya ia bisa tidur kapan saja dan dimana saja. Tidak peduli dengan makan malam atau menggosok gigi. Ia hanya lelah.

Saat rasa kantuk yang berat membuatnya tertidur sekejap, seseorang mengetuk pintunya. Bukan, bukan lagi mengetuk tapi sepertinya hampir mendobrak.

"Brengsek, siapa yang berani menggangguku sih?" Yoongi bangkit dengan enggan. Kepalanya tiba-tiba pusing

Yoongi membuka pintu dan melihat Taehyung dengan piyama di badannya. Bukankah tadi rasanya ia melihat Taehyung masih sibuk dengan teman-temannya?

"Ah, sebenarnya aku tidak berniat mengganggu, hanya saja, kau melupakan sesuatu. Ani, tapi seseorang." Kata Taehyung.

Alis Yoongi menyatu. Apa maksud bocah ini?

"Ya hyung. Kau melupakan temanmu. Seseorang pingsan karena mabuk, ia menyerukan 'hyung' berulang kali. Salah satu bawahan ku mengatakan ia datang bersamamu."

Mata Yoongi melebar. Jungkook, astaga! Bagaimana ia bisa melupakan Jungkook. "Dimana dia sekarang?"

"Ada di kamarku, hyung."

Mereka menuju kamar Taehyung yang bersebelahan dengan Yoongi. Saat pintu terbuka, Yoongi langsung melihat Jungkook yang telentang di atas kasur super besar dengan sebuah piyama biru tua. Tampak tertidur lelap ketimbang orang sekarat.

"Mereka bilang, temanmu ini jatuh pingsan saat minum gelas keduanya. Sepertinya ia tidak kuat minum." Komentar Taehyung saat Yoongi mendekati kasurnya.

"Tentu saja, ia masih remaja. Ia belum boleh minum minuman seperti itu. Ini salah ku." Perasaan bersalah menghampiri Yoongi sesaat. Ia bahkan mengabaikan anak buahnya itu hanya karena ingin cepat-cepat pulang. Ini semua karena Jimin. Biarkan Yoongi menyalahkan Jimin saja untuk menyalurkan perasaan kesalnya.

"Kalau begitu pindahkan saja ke kamarku. Besok akan aku antar pulang." Ujar Yoongi seraya akan mengangkat tubuh Jungkook, namun herannya malah ditahan oleh Taehyung. "Kurasa, biarkan saja ia tidur disini dulu. Lagi pula hyung, lihat dia tampak sangat lelap. Kurasa ia kelelahan." Rayu Taehyung membuat tangan Yoongi mengendur.

Yoongi memandangi Jungkook sebentar. Benar kata Taehyung, Jungkook pasti kelelahan karena bekerja tadi siang. "Baiklah, akan aku tinggal dia. Tidak apa kan?"

"Tentu hyung. Kau bisa percayakan itu padaku."

Yoongi menatap tetangganya itu bingung. Kenapa dengannya?

Tiba-tiba dering telepon memenuhi ruangan. Taehyung tampak ragu mengangkatnya sebelum akhirnya ia keluar. Meninggalkan Yoongi di ruang hampa itu sendirian, bersama Jungkook yang tertidur pastinya.

Seraya menunggu Taehyung selesai dengan teleponnya maka Yoongi duduk di salah satu sofa yang terdekat dengan kasur dimana Jungkook terlelap. Ia memandangi anak buahnya itu sendu.

Sama seperti Yoongi, Jungkook tidak memiliki orang tua lagi. Bedanya Jungkook tidak tahu siapa orang tuanya. Setelah besar di panti asuhan, Jungkook mencoba mencari kerja. Karena bagi panti, akan melepaskan alumninya yang beranjak dewasa untuk mandiri. Jungkook tinggal di rooftop Suga's Candy. Sesekali jika akhir pekan Yoongi mengajaknya menginap di rumah Jin hyung.

Tangannya membelai rambut halus Jungkook.

"Jungkook-ah, maaf kan aku."

Yoongi menarik selimut hingga dagu Jungkook saat sebuah suara pintu dibanting terdengar.

I Found My Flat LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang