Ruangan itu telah dipasang penghangat. Hanya saja udara yang terasa lebih dingin ketika sedang berada diluar sana. Sepasang berambut hitam dan abu-abu terang meringkuk di tempat duduknya dengan pandangan menatap ke lantai. Sementara sepasang lagi berambut merah muda dan abu-abu pudar tengah menatap keduanya. Di tambah sang rambut merah muda melipat tangannya di depan dada.
Yoongi duduk dengan gelisah. Suasana sepi yang biasanya ia senangi entah bagaimana terasa begitu memuakkan baginya. Ia menatap diam-diam pada Jin yang melotot padanya.
"Ah, hyung. Bagaimana kabarmu?" Tanya Yoongi membuat suaranya senormal mungkin. Ia menggerling pada Jimin yang sepertinya masih sibuk dengan pikirannya.
"Kau bisa lihat sendiri."
Yoongi menatap dari atas kebawah. Jin menyenderkan dirinya pada punggung sofa. Yoongi tahu Jin marah padanya. Ia mendesah pelan.
"Kau tidak bilang akan datang."
"Bukannya kau sendiri yang mengijinkan ku untuk datang kapanpun. Bahkan tengah malam seperti sekarang."
Benar. Ia tengah tertangkap basah sekarang. Sama seperti yang Jin katakana padanya beberapa saat lalu ketika hendak pindah. Ia bangkit dari duduknya. "Akan aku buatkan teh terlebih dahulu."
Meninggalkan Jimin bersama dua orang yang menatapnya tak kalah intens.
.
.
.
"Jadi, sejak kapan kalian bersama?" tanya Jin sambil menghirup teh yang ia pegang. Membuat Jimin dan Yoongi saling pandang terkejut.
"Hyung, semua ini bukan seperti yang kau pikirkan−" kata Yoongi.
"Bukan?" selidik Jin. Pria itu tak henti-hentinya memperhatikan mereka berdua.
"Well, setidaknya sekarang aku belum tahu," kata Yoongi tergagap. Jimin menoleh padanya. Mengangkat alis dan dibalas Yoongi dengan mengangkat bahu.
"Jadi... kalian tidak bersama?" tanya Jin menyipitkan matanya. Yoongi merasa Jimin kembali memandangnya. Ia menelan ludah dengan susah payah. Tanpa mau menoleh padanya.
"Itu−"
"Tenang saja Jin hyung, apa yang hyung lihat tadi tidak menginterpretasikan apapun," sela Jimin. Yoongi menatap bingung pria di sampingnya itu dengan mengangkat alisnya.
"Jadi, bisa kau jelaskan padaku mengapa kau dan Yoongi bertindihan di atas sofa saat kami datang?" selidik Jin, tangannya masih terlipat di depan dada. Rahangnya menegang. Namjoon hanya memperhatikan sesekali mengelus pundak Jin menenangkan amarahnya. Yoongi mengambil cangkir tehnya hanya supaya ada yang dikerjakan, tanpa benar-benar bermaksud meminumnya. Ia gugup sekarang.
"Sudah jelas, kan? Yoongi tersedak makanan. Ia sedang demam," jawab Jimin santai. Rahang Yoongi jatuh saat mendengar jawaban itu. Alis Jin terangkat, lalu tiba-tiba pria itu memandang tajam Yoongi. Yoongi buru-buru memandang ke arah lain, kemana pun asal bukan pada Jin. Ia pura-pura tidak mengetahui apapun.
"Oh, ya?" Tanya Jin. "Dan kau bermaksud menolongnya, begitu? Dengan mulutmu?"
Yoongi sukses tersedak. Ia terbatuk-batuk dan meminum tehnya kembali.
"Akan jadi seperti itu jika saja kalian tidak tiba-tiba datang," jawab Jimin lagi.
Yoongi melihat Jin melepaskan lipatan tangannya di depan dada. Matanya masih menyipit pada Yoongi. Ia masih belum bebas.
"Kupikir sudah saatnya kau kembali ke kamarmu, Jimin-ah. Malam sudah terlalu larut untuk bertamu," Kata Namjoon menengahi. Jimin tidak menjawab −lalu mendesah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found My Flat Lover
FanfictionYoongi tidak pernah menyangka, hidupnya yang tenang akan terusik oleh Park-sialan-Jimin. dan yang terparah adalah mereka tetangga di flat baru Yoongi. Bad Summary Yoonmin/MinYoon by. greyabugrey