"Ah lelahnya." Ujarku sambil menguap. Aku meregangkan tangan, melirik pada arloji kecil di pergelangan tangan kiri. Pukul 18.00. Aku membelalakkan mata. Sudah sesore ini?
Aku bergegas membereskan peralatan menggambar yang berserakan di atas meja. Tak lupa kumatikan komputer setelah menyimpan file desain yang telah kukerjakan.
Aku menyambar tas kerja dibawah meja.
Semua teman setimku sudah pulang satu jam yang lalu.
Aku memberhentikan taksi setelah keluar gedung. Aku tak 'kan sebergegas ini jika bukan karena titipan-ke-supermarket dari tuan Kim. Ia tak suka makan malam lebih dari pukul tujuh malam. Ah belum lagi aku juga harus mampir ke stationery untuk membeli pensil gambar.
Aku melambai saat melihat sebuah taksi mendekat. Taksi merapat. Naik.
"Supermarket terdekat." Ucapku pada sopir taksi.
Setelah sekitar 15 menit perjalanan taksipun berhenti di sebuah supermarket besar.
Setelah membayar argo akupun keluar taksi dan berjalan ke arah pintu masuk supermarket.
Aku mengambil sebuah trolley berukuran kecil yang terletak di samping meja kasir saat masuk. Malam ini aku tidak belanja banyak, jadi kuputuskan untuk mengambilnya.
Sayur-sayur disini segar semua ternyata, batinku. Setelah mendapatkan sekantung kecil bawang daun, akupun beranjak menuju rak daging.
Sampai disana, bukannya mengambil aku malah diam selama sekitar lima menit. Sungguh aku bingung harus mengambil daging yang mana. Andai saja aku dulu rajin ikut nenek ke pasar.
Daripada salah membeli dan akhirnya dimarahi, akupun berpikiran untuk bertanya pada pramuniaga di sini.
Mataku berkeliling mencari, berharap bertemu salah seorang pramuniaga yang bisa kumintai pendapat harus membeli daging yang mana. Aku menghela napas. Kemana perginya pramuniaga di sini? Apa aku pilih yang mahal saja, biasanya yang mahal yang enak.
Aku mengambil sebuah bungkusan daging yang sekiranya terlihat mahal dan memasukkannya ke dalam trolley.
Aku lanjut berjalan menuju kasir. Aku terkejut melihat barisan antrian di kasir. Semuanya penuh. Mataku mencari-cari di kasir mana seharusnya aku mengantri. Aku berlari menuju ke sebuah antrian setelah melihat antriaannya yang banyak berkurang.
Brak!
"Aish, selalu saja seperti ini." Makiku.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya seseorang yang mengulurkan tangannya padaku.
Aku meraih tangannya dan berdiri.
"Aku tidak apa-apa." Kataku sambil menatapnya. Ternyata seorang bibi yang sedang berbelanja.
"Lain kali hati-hati. Apa kau tadi berlari hendak mengantri?"
"Ya. Aku sedang terburu-buru. Apa bibi juga mau mengantri?"
"Ya begitulah. Kau boleh mengantri duluan. Kau sepertinya sangat bergegas."
"Ah ya. Terimakasih bibi. Aku duluan."
"Baiklah."
***
Aku sedang dalam perjalanan pulang saat tuan Kim menelponku.
'Kau dimana?'
'Aku di dalam taksi.'
'Apa kau tersesat?'
'Tidak. Memangnya kenapa?'
'Cepat pulang. Aku lapar.'
'Arasseoyo.'

KAMU SEDANG MEMBACA
dear my friend🌸
Short StoryKau bukan masa lalu yg pantas kubuang atau hapus. Kau masa lalu yang harus kupeluk. 🌸JiSoo Kim Aku akan dan selalu menunggumu. Walau harus dibayangi hantu kerinduan yang sewaktu-waktu bisa membunuhku 🌸Bobby • plot is mine. ©jae-anget