03 - JiSoo

514 71 3
                                    

Sore ini aku dan rekan kerja beserta bapak presdir sedang duduk mengelilingi meja kayu kedai daging yg baru buka satu bulan yg lalu di depan kantor kami.

Terlihat raut wajah penat mereka berganti peran dengan tawa dan kegembiraan di wajah mereka. Kami memang jarang sekali bisa berkumpul satu meja penuh makanan, saling bercengkerama ramah, melemparkan candaan yg meledakkan tawa serta air mata.

Suasana hati mereka sedang diatas angin.

Mungkin ini saat yg tepat.

Aku melirik kearah presdir yang dibalas anggukan penuh dukungan yang besar. Setidaknya itu cukup membuatku yakin. Kutarik embuskan napas selama beberapa saat sebelum memulai sebuah perpisahan.

"Mohon sedikit perhatian, ada yg ingin bicara. Silahkan Jisoo." Presdir mempersilakan.

"Rekan - rekan kerja ku sekalian, senior, manajer, dan juga presdir. Sore ini aku ingin memberikan kabar ini pada kalian. Sebenarnya aku ingin memberitahu kalian jauh hari. Namun, kalian tahu aku kan pelupa." Sejenak kulihat wajah terkekeh para rekanku. Kurumi tampak tak begitu senang. Ia sudah menduga bahwa aku akan berpamitan dan hal itu terealisasikan sore ini juga.

"Sore ini saya ingin berpamitan pada rekan kerja sekalian yg telah membantuku sejauh ini. Aku akan segera pindah tugas kerja ke Korea Selatan. Tepatnya di kantor cabang perusahaan kita. Semoga saya bisa membantu kantor cabang dengan kemampuan yg saya miliki. Akhir kata, selamat tinggal dan semoga sukses." Tepuk tangan menggema di dalam kedai.

"Jisoo, ayo duduk dan makan ini. Hari ini adalah ulang tahunku. Kau juga harus bersenang-senang. Tugasmu akan berat sekali." Mino senpai* meletakan sepotong daging di mangkukku.

"Ah ya terimakasih senpai. Mari makan."

Kami semua pamit pulang setelah sekitar 2 jam menghabiskan hampir semua jenis menu di kedai.

Aku melirik jam tangan di pergelangan tangan kiri. Pukul 7 malam. Aku harus segera bersiap jika tak ingin ketinggalan pesawat malam ini.
Untungnya bus malam ini datang cepat. Aku segera naik dan mencari tempat duduk yg kosong.

"Apa lagi ya? Sepertinya sudah semua. Tinggal berpamitan dan berangkat." Aku mendorong dua koper berukuran sedang dan besar keluar rumah. Sebelum berangkat aku memang ingin berpamitan pada tetanggaku terlebih dahulu.

Aku menunggu taksi yg kupesan di depan rumahku. Tidak mungkin aku naik bus ke bandara kan? Setelah lima menit menunggu akhirnya taksi pun datang. Aku membuka pintu bagasi dan menaruh dua koper beda ukuranku dan menutup pintunya.

"Bandara Internasional Haneda"
Ucapku pada sopir taksi.

Kuhirup aroma americano coffee yang kubeli 15 menit yg lalu.
Kusesap aromanya dalam-dalam. Merasakan tiap tetesnya dalam tegukan.

Sekitar 2 jam menunggu akhirnya pesawat siap untuk take off.

Aku melangkah menuju tempat sampah terdekat dan memasukkan gelas plastik kosong bekas americano coffee ku yang sudah habis.


Aku merutuk dalam hati karena harus membayar lebih untuk koperku yang tak muat di kabin. Kabinnya kenapa kecil sekali?, gerutuku.

Kuambil bacpack berwarna biru dengan gantungan karakter tikus favoritku diatas kabin yang untungnya muat untuk tas ini. Kuambil sandal rumah berbahan beludru warna merah marun polos dari dalam backpack.
Kulepas high heels ku dan menggantinya dengan sandal rumah tadi.

Baru sekitar 30 menit pertama duduk di kursi pesawat, mataku sudah tak kuasa menahan kantuk. Sebaiknya aku ke kamar kecil dulu sebelum tidur, gumamku.

"Kenapa kamar mandinya juga kecil sekali?" Gerutuku lagi.

Selesai menunaikan hajat aku pun keluar kamar mandi dan berjalan menuju kursiku. Tetapi baru beberapa langkah,

BRAK!

Aku terjatuh dengan sama sekali tidak elitnya hanya karena tersandung kaki sendiri. Sial.
Aku melihat seisi pesawat menatapku. Aku merutuk lagi dalam hati. Kalau jatuh sih tidak masalah. Tetapi jangan memalukan begini.

Calm in, aku berjalan dengan tertatih kembali ke kursi. Sepertinya kakiku mulai berkhianat pada tuannya.

"Apa kau baik - baik saja?" Tanya seseorang.





Ps : Semoga suka!♥

dear my friend🌸 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang