12 - Bobby

269 46 4
                                    

Klek, suara pintu terbuka.

Akhirnya aku pulang juga ke dorm setelah hampir seharian berlatih di ruang latihan. Sudah jam berapa ini? Ah, saatnya untuk menghubungi ibu.

Setelah mandi dan berganti pakaian aku segera naik ke tempat tidur. Aku meraih ponsel di nakas dan segera menyambungkan internet. Aku membuka skypeku dan menghubungi ibu.

Fyi, ibuku dulu tinggal di Amerika dengan ayah serta kakak laki-lakiku. Tetapi sejak aku memenangkan Show Me The Money 3 dan mendapatkan banyak uang, aku segera membeli sebuah rumah untuk keluargaku tinggal di Korea. Saat aku masih trainee, aku sering berkomunikasi dengan ibuku melalui skype.

Meskipun saat ini bisa menggunakan telepon, tetapi kebiasaan lama ini masih melekat dan sering kulalukan. Lagipula dengan menggunakan skype, aku bisa melihat wajah ibuku.

'Annyeong, nae adeul! (Halo, anakku!) Apa kabar di dorm? Baik-baik saja kan?'

'Eomoni! Ah kenapa ibu selalu menanyakan itu? Keadaan di dorm selalu baik-baik saja. Aman terkendali.'

'Tidak, ibu hanya khawatir mungkin para member jadi menderita karena tinggal bersamamu.'

'Hahaha, mana mungkin mereka menderita. Yang ada mereka malah bahagia karena ada makhluk tampan tinggal bersama mereka.'

"Bobby-hyung(kak Bobby) berhentilah meracau saat tidur!"

'Ah, suara siapa itu?'

'Itu suara Chanwoo. Chanu-ya, sudah mulai berani dengan hyung ya?!'

'Jangan marah Bobby-ya, dia benar. Sangat benar.'

'Ibu harusnya membelaku. Ibu ini ibunya aku atau ibunya Chanwoo?'

'Kalau boleh pilih, ya Chanwoo. Dia imut sekali kau tahu. Mungkin member terimut.'

'Hah, teruskan saja begitu. Oke, aku akan mengirimkan Chanu ke rumah ibu besok.'

'Hahaha, baiklah akan ibu tunggu kirimanmu. Geunde(tapi) Bobby-ya, ibu ingin memberitahukan sesuatu padamu. Tetapi, ibu ragu karena ini belum tentu benar.'

'Apa itu? Yang belum tentu benar?'

'Tadi sore, saat berbelanja di supermarket, ibu bertemu dengan seorang wanita.'

'Bukannya di supermarket banyak wanitanya?'

'Aish, bukan itu maksud ibu. Ibu seperti mengenalnya. Ibu seperti teringat sesuatu di masa lalu. Apa mungkin ia berasal dari sana?'

'Bagaimana mungkin seseorang dari masa lalu datang ke masa depan? Apa ibu bertemu Doraemon? Ah tidak, kalau wanita berarti Dorami?'

'Ah kau ini selalu saja. Pokoknya wanita itu seperti bagian dari masa lalu ibu. Bagaimana ini Bobby-ya?'

'Apanya yang bagaimana? Ah ibu, mungkin hanya perasaanmu saja. Mungkin ibu hanya sedang merindukan seseorang.'

'Begitu ya. Hmm mungkin saja. Akhir-akhir ini ibu merindukan Jisoo. Sudah seberapa besar anak itu sekarang ya? Ia pasti sudah menjadi wanita karir yang sukses. Apa kamu masih mengingatnya?'

'Hmm, sedikit.'

Bohong, aku mengingatnya. Semuanya.

Hening sesaat menyelimuti kami.

'Apa kamu tidak berniat mencarinya? Mungkin saja ia kembali'

'Ah memangnya ibu sudah tahu ia kembali ke Korea? Bukannya ia menetap di Jepang?'

'Ya makanya kamu cari tahu sana.'

'Mencari tahu ya? Hmm bagaimana kalau besok?'

'Benarkah besok?'

'Iya, besok. Besok-besok saja maksudnya.'

'Ya!(hey!) Dasar anak nakal!'

'Hahaha. Ibu, aku ngantuk. Aku tutup dulu ya.'

Klik.

Aku menutup sambungan skypenya.

Kalian tahu, aku tidak mengantuk. Sama sekali. Apalagi tidur.

Aku memikirkan perkataan ibuku tadi.

Apa itu kau, Jisoo-ya?

Hah, rasanya kupu-kupu di perutku mulai mengepakkan sayapnya ketika ibu menyebut namanya tadi.

Jisoo-ya,

Apa kau kembali ke Korea?

Mengapa tidak ada kabar bahkan kabar burung pun datang menghampiriku?

Kau tahu?

Seperti ibu, aku merindukanmu. Selalu merindukanmu.

Aku berharap, wanita yang berpapasan dengan ibu tadi adalah dirimu.

Aku sangat berharap.

Lihat, aku berharap lagi.

Sepertinya aku tidak pernah lelah berharap.

Tidak, aku akan selalu berharap agar Tuhan mempertemukan kita.

Tidak, setidaknya Tuhan membiarkanku tahu bahwa kau baik-baik saja.

Tidak ada pertemuan, tak mengapa.

Tidak ada percakapan, tak mengapa.

Bahkan jika tak ada secuil hatimu untukkupun tak mengapa.

Aku akan sepenuhnya baik-baik saja jika hanya mengetahui kau baik-baik saja.

Jadi, aku akan membatalkan harapanku tadi. Aku hanya akan berharap agar kau dalam keadaan baik-baik saja.

Aku menunggumu, dan itu artinya aku masih berharap padamu.

Maafkan hati ini,

Yang masih saja terkungkung dalam jeruji penantian dan belenggu rindu.

Maafkan juga diri ini,

Yang bahkan tak tahu bagaimana cara membebaskannya.

***

Bae's cwap cwap

Huffttt *usap iler* Akhirnya part ini jadi juga. Mian ya semuanya bae suka telat suka ingkar janji buat update. Sebenernya mau update dari 2 minggu lalu. Bae mikirnya bisa diselesein pas bae lagi liburan di Jogja sama manteman. Eh ternyata enggak bisa. Bae malah sibuk nyetalk sama ngeprank kecengan. Penasaran siapa kecengan bae? /ganjq/santedong/biar. Hehe panggilan alam itu susah banget. Kan suka reaksi ilmiah. #asekjos

Pokoknya, sekarang kan bae udah update, jadi nggak ngutang lagi deh hmz. Okedeh sekian cwap-cwap nya. Ntar kalian ngantuk hehe:))

Ps : makasih udah yg mau baca ff ini.
Pss : jangan lupa vote ya
Psss : makasih gomawo aturnuwun

Sekian dan terima kecengan,
-bae

dear my friend🌸 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang