Percayalah, Tuhan tidak akan sekejam itu
Tega membebanimu jauh dari yang kau mampu
Jalanilah semua dengan ikhlas dan sabar
Niscaya buah yang kelak kau petik akan terasa amat manis
Hari Idul Fitri pun datang. Malam sebelumnya, akhirnya Ratman berhasil menghapalkan semua bacaan dan gerakan shalat. Paginya, ia ikut shalat Subuh berjamaah di masjid bersama Busa. Ia pun berkata pada Busa hendak ikut shalat Ied, tapi malu karena tak pernah puasa namun ikut merayakan Idul Fitri. Busa coba membesarkan hatinya.
"Jangan berkecil hati, kawan. Meskipun kau tak berpuasa bulan Ramadhan ini, kau tetap boleh ikut shalat Ied. Ini hari raya Islam, hari kemenangan. Kamu sudah menghapalkan bacaan shalat dan sudah ikut shalat berjamaah tadi Subuh. Itulah kemenanganmu."
Ratman tersenyum lega dan mengucap terima kasih pada Busa.
Melihat Ratman dekat dengan Busa, Amat yang mengamati dari jauh tampak tak senang, "Hei, kau lihat itu tidak?" ujarnya sambil menyenggol Nirwan.
"Mas Busa?"
"Bukan Mas Busa. Yang di sebelahnya."
Nirwan memicingkan matanya agar dapat melihat lebih jelas.
"Orang baru itu? Mas Ratman?"
"Iya. Sudah sok akrab saja orang baru itu. Bagaimana bisa Mas Busa jadi dekat dengan Ratman? Apa yang direncanakan orang baru itu?" Amat menaruh curiga.
Nirwan menggeleng, tak mengerti dengan sikap Amat, "Itu masalah bagimu?"
"Jelas! Dia itu datang ke sini tanpa alasan jelas. Gelandangan! Tinggal di sini saja sudah jadi masalah. Santri bukan, pengurus masjid saja bukan." Amat menggerutu.
Nirwan diam saja. Ia memilih tak mempedulikan omongan Amat.
***
"Kau ujian besok, kan?"
Ratman mengangguk menjawab pertanyaan Busa.
Situasi masjid selepas makan siang saat itu lengang. Banyak santri-santri yang diperkenankan pulang ke rumahnya untuk berkumpul bersama keluarganya. Ustad Iqbal juga pergi ke rumah orangtuanya bersama seluruh keluarga.
"Baguslah. Kau sudah hapal bacaan shalat. Ustad Iqbal pasti senang."
Ratman tersenyum kecil, "Tapi... aku belum tamat Iqro 1, juga tidak puasa seharipun di Ramadhan kemarin." keluhnya.
Busa lalu menepuk pundaknya, "Tenanglah, Ratman. Kita tamatkan Iqro 1 hari ini. Kecuali bagian ujiannya, karena Ustad Iqbal yang harus mengujimu. Kau sudah hapal semua huruf hijaiyah dan menurutku bacaanmu sudah baik. Jangan patah semangat, kita bisa selesaikan semua hari ini. Aku juga akan membantumu berlatih untuk ujian."
Mendengar itu, Ratman mengangguk. Ia kembali bersemangat. Hari ini, ia harus serius berlatih agar lulus ujian besok.
***
"Ratman..."
Ratman menatap Ustad Iqbal dengan wajah tegang. Selepas ashar, Ustad Iqbal langsung mengujinya. Meskipun gugup sehingga terbata-bata dan sempat lupa beberapa bagian bacaan shalatnya, namun ia berhasil melanjutkannya sampai selesai. Untuk Iqro, Ratman menilai dirinya sudah cukup baik. Tapi, ia tetap takut bila beliau menilainya belum maksimal sehingga tak diluluskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juz Amma yang Hilang
General FictionRatman, seorang lelaki yang terpaksa menjalani hidup yang kelam untuk membantu ayah dan ibunya. Kematian ibu, ayah dan adiknya akibat kebakaran besar serta berbagai masalah hidup yang terus datang beruntun membuatnya tak percaya akan kehadiran Tuhan...