Bab 14

130 7 5
                                    



Terima kasih telah membersamaiku

Terima kasih tak pernah jauh dariku

Dan kini, aku berjanji

Aku hanya akan kembali padaMu    



Bangunan butik Salamah tampak tak terlalu besar dari luar, tetapi bentuknya yang memanjang membuat bagian dalamnya terlihat jauh lebih luas. Lantai pertama adalah tempat etalase pakaian muslim wanita. Berbagai jenis kerudung, jilbab dan baju kurung tergantung rapi. Di belakangnya, ada ruang gudang dengan rak yang dipenuhi berbagai stok pakaian. Sekitar dinding dipenuhi berbagai poster model busana muslim. Tersedia pula buklet yang menampilkan semua jenis pakaian. Konsumen pun bisa memesan barang yang sedang tidak ready stock dan mereka akan mendapat informasi bila pesanannya sudah tiba.

Sementara itu, berbagai koleksi pakaian muslim pria berada di lantai dua. Ruangannya lebih kecil daripada gerai wanita. Sama seperti lantai pertama, berbagai pakaian termasuk baju gamis, celana panjang, tergantung rapi di sana. Juga peci dan songkok dengan berbagai motif. Poster para artis dan model yang sedang memakai busana muslim menghiasi tiap sudut dinding ruangan. Di lantai itu juga, tepat setelah menaiki tangga ada lorong yang menuju ke belakang galeri. Di situlah ruang-ruang kerja kantor butik berada.

Hal spesial pada butik ini adalah selain menjual berbagai jenis merk pakaian, butik Salamah juga menjual pakaian muslim hasil produksi mereka sendiri yang kualitasnya tak kalah bagus dengan merk ternama. Pabrik produksi mereka berada terpisah di Bawang, salah satu daerah yang terkenal dengan Waduk Mrica, waduk yang digunakan sebagai sumber listrik tenaga air yang memiliki peran cukup besar bagi distribusi listrik di Jawa dan Bali.

Empat hari setelah pertemuan pertamanya dengan Ustad Alim, Ratman datang ke butik itu. Setelah pemilik toko fotokopi memberikannya izin, ia segera menghubungi Ustad Alim. Beliau lalu memintanya datang ke butik besok untuk bertemu dengan Pak Sultan selaku kepala divisi pemasaran dan periklanan. Saat ini, Ratman sudah duduk berhadapan dengan Pak Sultan di ruangannya. Ruang Pak Sultan terpisah dengan ruang stafnya, dengan pintu kaca hitam yang mengelilingi ruangannya.

"Kamu diundang ke sini oleh Ustad Alim, kan?"

Ratman mengangguk menjawab pertanyaan Pak Sultan. Beliau sedang membaca curriculum vitae dan arsip lamaran yang ia buat tadi malam.

"Di sini tertulis, kamu lulusan D-3 Informatika. Tapi, kenapa ijazahnya tidak kamu lampirkan?"

"Emm... mohon maaf, Pak. Ijazah saya ikut terbakar bersama rumah saya setengah tahun lalu. Saya... belum sempat mengurusi penggantinya karena sudah tinggal di sini." jawab Ratman.

"Hmm... itu arsip yang penting sekali, Mas. Seharusnya kamu segera mengurusinya." Pak Sultan menegurnya. Ratman hanya mengangguk pelan. Ia pasrah bila harus ditolak karena masalah ijazah.

"Ya sudah, hal itu bisa menyusul lain kali saja. Mari lanjutkan pembicaraan kita." Pak Sultan kemudian membereskan dan menutup stopmap arsip lamaran Ratman.

"Apa keahlianmu dalam bidang marketing dan advertising?"

Ratman menarik napas sejenak. Baginya, ini seperti ujian penting. Salah menjawab, ia bisa tak lolos dan kehilangan kesempatan.

"Saya... bisa mendesain website juga mahir menggunakan software untuk advertising. Saya sering dipercayakan untuk membuat konsep iklan di perusahaan saya dulu." jawabnya.

Juz Amma yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang