Rekatkan mimpiku pada kata
Di antara waktu yang menjemukan
Saat kebersamaan terbatas oleh jarak
Saat senyap setia melingkupi diri
Ilusi tentangmu seperti tak lelah hadir
Menumbuhkan apa yang dahulu tiada
Dan, terasa manis masa perjuangan ini
Meski tak tampak wujud dan rupamu
Ratman menikmati pekerjaan barunya, meskipun tugasnya tak kalah sibuk karena harus mengerjakan berbagai tugas ketikan, fotokopi-jilid-laminating, serta memperbaiki beberapa kerusakan sistem operasi maupun software laptop pelanggan. Ia senang karena ini adalah bidang yang biasa ditekuninya.
Selain itu, Ratman mendapatkan banyak ilmu dari berbagai macam materi yang dititipkan pelanggan. Ada tentang agama, artikel-artikel ilmiah lain, hingga yang terbanyak yaitu tentang kesehatan. Mulai dari yang sederhana seperti perilaku hidup bersih dan sehat untuk masyarakat umum, hingga materi rumit bertabur berbagai bahasa medis yang tak dimengerti olehnya.
Tetapi, yang membuatnya bersyukur adalah ia selalu bisa menyempatkan shalat berjamaah di masjid rumah sakit depan tempat kerja dan berlatih Iqro setiap harinya. Saat pulang, Busa menjadi teman sekaligus guru yang baik untuknya. Perlahan, Ratman mulai bisa merutinkan shalat wajib dan mulai coba membiasakan shalat Dhuha. Dia pun sudah berlatih puasa Sunnah, seperti puasa Senin-Kamis.
Sudah tiga bulan sejak Ratman mulai belajar shalat dan mengaji. Ustad Iqbal terkesan dengan kemajuan Ratman. Seperti saat ujian terakhirnya seminggu yang lalu.
"Kamu sudah selesai mempelajari Iqro 1 sampai dengan Iqro 6 sebagai dasar membaca Quran. Bacaanmu sudah sesuai tajwid, meskipun masih sedikit terputus-putus. Tapi, tak apa. Bila sering berlatih, kau akan semakin lancar. Mulai besok, kamu sudah bisa membaca Al Quran seperti yang lainnya." Ustad Iqbal memberikan penilaiannya.
Ratman senang bukan main. Akhirnya ia bisa membaca Quran lagi!
"Tugas selanjutnya, lanjutkan shalat Dhuha-mu setiap hari. Mulai tunaikan Tahajud dan istiqomah berpuasa Sunnah. Rutinkan sedekah tiap hari. Jumlahnya terserah, semampumu. Seminggu sekali, aku akan memantau perkembanganmu. Satu lagi, aku harap dalam sebulan kamu dapat menyelesaikan tiga juz Al Quran. Sanggup?"
Ratman terdiam sejenak. Itu bukan hal yang mudah. Untuk Dhuha mungkin bisa ia lakukan karena sudah terbiasa. Tapi untuk yang lain, ia perlu waktu.
Sepertinya, Ustad Iqbal bisa membaca keraguan di pikiran Ratman.
"Aku tahu bagimu semua itu terasa berat. Tapi, ketahuilah bahwa perasaan itu muncul karena kau belum terbiasa melakukannya. Saat sudah terbiasa, semua itu akan menjadi kebutuhanmu, lalu akan menjadi bagian yang tak terpisahkan darimu dan kemudian membangun karaktermu. Sehingga saat kau melakukannya lagi, takkan terasa berat sebab kau membutuhkan semua itu. Kau membutuhkan Tahajud, sedekah, puasa Sunnah, tilawatil Quran seperti kau membutuhkan nasi dan lauk pauk saat kelaparan dan membutuhkan air saat kehausan." Ustad Iqbal memberikan nasihatnya.
Ratman mengangguk pelan. Ia paham apa yang disampaikan Ustad Iqbal.
"Aku takkan membebanimu melebihi kapasitasmu, karena aku tahu kau sanggup melakukannya. Selain itu, semua ibadah tadi adalah tugas manusia sebagai hamba Allah. Manusia yang amanah menjalankan ibadahnya, maka sudah pasti ia akan amanah menjalankan pekerjaan duniawinya." lanjut beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juz Amma yang Hilang
General FictionRatman, seorang lelaki yang terpaksa menjalani hidup yang kelam untuk membantu ayah dan ibunya. Kematian ibu, ayah dan adiknya akibat kebakaran besar serta berbagai masalah hidup yang terus datang beruntun membuatnya tak percaya akan kehadiran Tuhan...