Bab 16

242 8 8
                                    

Niatku bukan hanya sekedar bersama

Tapi tulus berbagi setiap rasa

Karena, saat aku tak ada di matamu

Tak lelah kuhaturkan doa untukmu



 "Rina..."

Sore itu, Ratman menyempatkan hadir di pengajian anak-anak. Suasana hening pecah saat ia memanggil wanita berwajah bulat yang sedang menata buku-buku di lemari kelas itu.

"Iya, Mas?"

Ratman yang saat ini sedang merapikan bangku, terlihat gugup dan bingung. Sudah berbulan-bulan, ia sangat ingin menanyakan ini.

"Emm... boleh aku bertanya sesuatu?"

Rina terlihat bingung sekaligus terkejut, "Mau tanya apa, Mas?"

Ditanya balik seperti itu, rasa gugupnya semakin menjadi. Ragu kembali muncul, memaksa untuk tak melanjutkan perkataan. Namun, ia pikir inilah saat yang paling tepat.

"Emm... sebelumnya maaf kalau membuat Rina jadi tersinggung. Nggak apa-apa?"

Gadis itu menatapnya lembut, "Emm.... Insya Allah, Mas."

Suasana menghening lagi. Ratman masih diam, coba mengatasi kegugupannya. Sementara Rina menanti dengan sejuta penasaran.

"Rina...." Ratman diam menarik napas sejenak, "Kamu... emm... apakah ada yang sudah... berniat serius denganmu?"

"Serius?" tanya Rina tak mengerti.

"Maksudku... emm... niat serius melamar Rina..."

Air muka gadis itu mendadak berubah. Kini, ganti Rina yang bergeming karena rasa gugup dan terkejut yang menjalari dirinya.

"Emmm..." Rina mulai berbicara "Ha-harus aku jawab sekarang, Mas?"

Tentu saja, Ratman menginginkannya sekarang. Namun, bukan berarti ia serta merta bisa memaksa gadis itu.

"Ya... sebenarnya terserah Rina mau kapan menjawab pertanyaanku barusan. Tapi... ya..." Ratman sungkan melanjutkan ucapannya.

"Aku paham, Mas," sahut gadis itu cepat.

Hening kembali menggantung di antara mereka. Rasa gugup bercampur takut meliputi seluruh perasaan Ratman. Ia bahkan tak sanggup untuk menatap wajah Rina.

"Untuk saat ini belum ada, Mas."

Mendengar jawaban tersebut, wajah Ratman langsung terangkat cerah. Harapannya kembali mengembang.

"Tapi, entahlah besok lusa," tukas Rina sambil kembali merapikan deretan buku terakhir yang dimasukkannya ke lemari.

Perkataan selanjutnya itu membuat Ratman tersadar, bahwa harapannya hanya akan menjadi sekedar harapan kosong belaka bila ia tak segera meminang gadis itu.

"Terus... emm... kapan rencananya Rina siap menikah?"

Untuk kesekian kalinya, Rina kembali terkejut. Kini sekaligus ada rasa yang tak biasa, semacam sebuah harapan yang datang menyelimuti dirinya. Tapi, ia coba mengendalikan diri dan semua emosinya.

"Aku... aku akan menikah bila... ada laki-laki yang berani datang ke rumah, bertemu ayah dan ibuku dan melamarku. Itu saja," jawab Rina pelan, tetapi amat tegas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Juz Amma yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang