"That is all for today. Don't forget do your homework. Have a nice weekend, and see you next week."Sorak para murid mengisi kelas terakhir siang itu. Hari itu adalah hari Jumat. Hari yang paling disenangi orang-orang sedunia. Termasuk Aquinsha.
Namun. Kebahagiaannya lenyap begitu saja saat Aldrich memberinya satu buku catatan.
"Ini apa?" tanya Aquinsha dengan malas.
"Tugas kesenian yang udah gue instrumen ulang nadanya."
"Maksud lo kasih ke gue?"
"Buat lo bakar, terus lo minum ampasnya," jawab Aldrich tidak mengerti kenapa Aquinsha harus bertanya.
Aquinsha kesal. Baru saja ia akan membalas ucapan Aldrich, lelaki itu bersuara terlebih dahulu.
"Ya buat lo hafal lah. Buat apa lagi?" jawab Aldrich kemudian berlalu meninggalkan Aquinsha yang masih kesal.
"I DON'T DO HOMEWORK ON WEEKEND, FYI!" teriak Aquinsha masih kesal. Terkadang Aquinsha masih merasa heran akan kuasa Tuhan bisa menciptakan manusia sejengkel Aldrich.
Namun, kekesalan Aquinsha tidak berlangsung lama karena Tristan dan Theo menghampirinya sedetik kemudian.
Theo menduduki kursi Aldrich yang kosong. "Lo kenapa Queen?" tanya Theo setelah raut wajah Aquinsha yang kesal.
Sedangkan Tristan, sudah menjadi hobinya untuk mengerjai Aquinsha saat perempuan itu kesal.
"Lo kenapa dah, Queen? Dikasih beban sama Aldrich? Berapa kilo sampai buat wajah lo seperti itu."
Ucapan Tristan barusan diikuti oleh tawa Theo. Awalnya Aquinsha kesal, tetapi pada akhirnya ia ikut tertawa.
"Gue gak tahu bagaimana menjalani hidup gue kalau gak ada lelucon lo yang mengisi hari-hari gue, Tristan," ucap Aquinsha lalu mengamit lengan Tristan yang berdiri di sebelahnya.
Tristan yang berdiri hanya menunduk melihat tingkah Aquinsha yang berlebihan, membuat dirinya berniat untuk melebihkan sesuatu juga.
"Ah, segitunya lo Queen. Kalau gitu lo nikah aja sama gue."
Kalimat Tristan barusan membuat Aquinsha mendorong lengan lelaki itu jauh-jauh.
"No thanks, Tristan. Gue masih ingin hidup normal."
Theo yang melihat lelucon antara Aquinsha dan Tristan hanya bisa tertawa. Kalau ia ingat, benar kata Tristan. Antara Tristan dan Aquinsha mereka terlihat seperti bersaudaraan. Bahkan saat mereka bercanda.
"Lo itu gue nikahin sama Theo gak mau. Gue yang ngajak nikah, ditolak juga, mau lo—"
Ucapan Tristan terhenti saat ponselnya berdering. Melihat nama 'Risa' membuat Theo menjawab panggilan masuk itu dengan cepat.
Theo dan Aquinsha hanya menggeleng melihat tingkah sahabatnya itu.
"Teman lo tuh," ucap Aquinsha menuduh Theo.
"Teman lo juga," ucap Theo yang diikuti tawa Aquinsha.
Tristan tampak selesai dengan ponselnya. "Gue cabut dulu ya. Biasa. Wakuncar." Tidak lupa Tristan mengedipkan sebelah matanya.
Aquinsha mengernyit dahi. "Hah? Wakuncar?"
Tristan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Wakuncar, Queen sayang. Waktu kunjung pacar."
Aquinsha menggeleng heran dengan segala keajaiban Tristan. "Lo jangan sayang gue kalau lo pergi sama cewek lain. Dan waktu kunjung pacar? Jadul banget sih lo! Eh iya, gue lupa kalau lo setahun lebih tua dari kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You
Teen FictionKembalinya Aldrich dari masa lalu Aquinsha tidak pernah ia bayangkan, bahkan ia impikan. Aquinsha tidak menyukai Aldrich. Alasannya? Jangan ditanya. Hanya saja, Aquinsha benci Aldrich. Di saat Aquinsha memiliki beribu alasan untuk menjaga jarak dari...