Awkward Silence

237 30 6
                                    

Saat Aquinsha menemukan bahwa Aldrich yang menolongnya, ia tidak sadar mengucapkan nama lelaki itu dengan volume yang cukup keras.

Telunjuk Aldrich detik berikutnya menempel pada bibir Aquinsha. "Jangan keras-keras."

Aquinsha diam beberapa saat karena ia tidak mengerti dengan situasi yang ia hadapi.

Aldrich tidak sadar saat telunjuknya menempel pada bibir Aquinsha. Tetapi dengan cepat ia menjauhkan lengannya dari wajah Aquinsha.

"Gak salah gue ngomong lo gendut. Emang buktinya lo berat." Dengan santai dan tanpa rasa bersalah Aldrich berkata demikian.

Dengan begitu saja suasana hati Aquinsha memburuk. "Siapa yang minta tolong sama lo, hah?" ucapnya setengah berteriak.

Aldrich kembali membungkam mulut Aquinsha. "Pelan-pelan kalau ngomong!"

Aquinsha yang masih merasa kesal pun mengigit jari Aldrich yang masih membungkam mulutnya.

Spontan saja Aldrich berteriak. "Aw! Sakit!"

Kali ini, Aquinsha membalas dendam. "Lo tuh yang teriak!"

"Itu karena lo gigit gue!"

"Siapa suruh lo naruh tangan kotor lo di mulut gue?"

"Siapa suruh mulut lo teriak gak jelas di perpustakaan!"

"Salah lo sendiri bilang gue gendut!"

"Emang lo gendut!"

Aquinsha seolah ditembak mati. Ia benar-benar tidak bersuara setelah mendengar kalimat itu.

"Bodoh amat!" ucap Aquinsha sebelum meninggalkan Aldrich.

Namun. Langkahnya terhenti karena Aldrich menahan lengannya.

"Gue belum selesai sama lo!"

Aquinsha dengan malas memutar balik tubuhnya. "Apa lagi, sih?"

"Lo ke mana pagi-pagi udah ngilang? Pergi sama siapa? Kenapa gak minta antar pak Ujang?"

Untuk beberapa saat Aquinsha merasa takjub. Mengapa Aldrich peduli terhadapnya.

"Urusan lo apa?"

Aldrich seketika merasa kesal. "Bukan gue. Tapi nyokap kita. Tadi pagi mama sama tante Regina telepon gue, terus nanya lo. Lo udah gak ada di rumah. Dan lo tahu siapa yang kena imbasnya? Gue!"

Aquinsha mulai mengerti dengan keadaan. "Oh, ya udah kalau gitu."

Aldrich terkesima dengan sikap tidak peduli Aquinsha. "Lo! Benar-benar ya!"

"Gak usah cengeng! Lagian lo bisa kasih kabar balik ke mereka kalau gue ke perpustakaan sekolah. Udah kan? Gue pergi dulu."

Langkah Aquinsha kembali terhenti. Aldrich menahannya. Lagi.

"Apa lagi sih?"

"Nanti pulang lo bareng sama gue!"

"Kenapa gue harus?"

"Kakak gue pulang. Kita harus jemput mereka di bandara sore ini."

Aquinsha mendesah kesal. "Gue harus ikut?"

"Pertanyaan lo penting?" tanya Aldrich.

"Kalau gue gak mau?"

"Gue tetap ajak lo. Di depan Theo."

Aquinsha menatap Aldrich kesal. "Sejam lagi gue ke mobil lo."

***

Di waktu-waktu terakhir sesi belajar, di saat itu Aquinsha sibuk membagi pikiran dengan pelajaran dan mencari alasan kepada Theo.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang