Study On Sunday

222 31 6
                                        

                 

"Okay, Queen! Lo harus cerita sama gue dari awal kenapa lo tinggal di tempat itu?"

Baru saja Aquinsha menduduki kursi penumpang mobil itu, Tristan langsung saja menyerangnya dengan beberapa pertanyaan. Pertanyaan yang baru saja Tristan lontarkan itu dirasa Aquinsha sulit untuk menjawabnya.

"Ya. Gue tinggal di sana aja. Itu aja."

Namun, bukanlah Tristan namanya jika ia belum dapat jawaban apa yang ia inginkan.

"Gue serius, Queen. Pasti ada alasan kenapa lo tinggal sama Aldrich."

Aquinsha menoleh ke arah Tristan. "Koreksi, ya. Gue bukan tinggal sama Aldrich. Gue tinggal di rumah orang tuanya karena satu alasan."

"Alasan apa dong cerita ke gue."

Aquinsha membuang pandangan ke jalan. "Ada deh. Lo gak perlu tahu."

Saat itu juga, Tristan memberhentikan mobilnya.

"Lo turun di sini, gue cerita ke Theo, atau lo mau jawab pertanyaan gue?"

Aquinsha menatap cemas. "Gue jawab! Sori, gue Cuma gak tahu harus cerita dari mana." Aquinsha menghela napas. "Jadi gini..."

Aquinsha menceritakan alasan mengapa ia tinggal dengan Aldrich untuk saat itu adalah karena orang tuanya harus pergi ke Paris selama 2 bulan dengan kondisi orang tua Aquinsha dan orang tua Aldrich memiliki relasi satu sama lain dalam proyek yang sedang mereka garap di Paris untuk 2 bulan.

"Jadi gitu ceritanya," ucap Aquinsha sedikit berbohong. Tentu saja Aquinsha menyembunyikan tentang ia dan Aldrich dalam kondisi yang kata orang tua mereka bertunangan.

Tristan mengangguk tanda ia mengerti. "Jadi gitu. Gue kirain kalian dijodohin gitu. Seperti kata orang-orang kalau kalian berjodoh."

Jleb. Aquinsha menelan ludah saat Tristan berkata demikian. Bagaimana lelaki konyol itu sembarang mengucap tetapi berujung pada sebuah kenyataan.

Tristan menoleh sekilas dan mendapatkan Aquinsha tengah serius.

"Gue bercanda kali, Queen. Buktinya lo kan udah sama Theo."

Aquinsha memandang Tristan diikuti senyum canggung. Ngomong-ngomong soal Theo...

Beberapa detik kemudian mobil Tristan terpakir di sekolah. Aquinsha menahan lengan Tristan sebelum mereka benar-benar bertemu dengan Theo.

"Lo janji ya, gak bakal cerita apa-apa Theo!"

***

SMA Harapan terlihat ramai meskipun pada hari Minggu. Biasanya yang mengisi sekolah pada hari libur adalah siswa yang mengikuti ekskul. Tetapi hari Minggu kali ini terlihat lebih ramai dari sebelumnya.

Khususnya pada satu tempat. Perpustakaan.

Tidak heran mengapa perpustakaan terlihat ramai, karena hari Minggu itu merupakan satu hari sebelum diadakannya uji coba ujian akhir bagi kelas 3 SMA.

Sudah 30 menit berlalu sejak Theo menempati sudut perpustakaan. Sudah beberapa soal yang ia selesaikan sembari menunggu kedatangan Tristan dan Aquinsha.

Di tengah menyelesaikan soal lainnya, seseorang menempati kursi di depan Theo dan seseorang menempat kursi di samping Theo.

Theo mengalihkan pandangan ke dua orang itu. "Akhirnya kalian datang juga!"

"Si Queen tuh mau beres-beres aja, lama!" ucap Tristan yang duduk di sebelah Theo.

"Ih, kok malah nuduh gue? Lo tuh yang lama banget jemputnya!" sangkal Aquinsha tidak terima.

Theo memandang Tristan dan Theo bergantian.

"Kok kalian berangkat bareng?"

Deg. Tiba-tiba Aquinsha dan Tristan tidak bersuara.

Theo memusatkan pandangan ke Aquinsha. "Queen, kok kamu gak minta jemput aku?"

Dalam beberapa detik Aquinsha menemukan jawaban untuk pertanyaan Theo. "Tadi kamu keburu kasih tahu aku udah di sekolah duluan. Makanya aku minta jemput Tristan," ucap Aquinsha dibarengi senyum yang terlihat canggung.

Tristan tidak bersuara saat itu karena ingin menyelamatkan dirinya sendiri. Detik berikutnya pandangan Tristan jatuh pada buku yang ada di hadapan Theo.

"Lo udah kelar itu semua soal?" ucap Tristan tidak percaya. Setengah lembar dari soal matematika sudah diselesaikan Theo.

Aquinsha mengambil buku Theo. "Kamu kalau gak ada kita bisa pintar gitu, ya." Pandangan Aquinsha terpusat pada lembar jawaban Theo. Lalu, ia menemukan salah satu soal persamaan fungsi kuadrat yang ia tidak paham sama sekali.

Theo kembali fokus pada pelajaran dan membantu apa yang ditanyakan Aquinsha.

Tristan yang di sebelah Theo hanya melihat pemandangan dua sahabat mereka yang baru jadian beberapa waktu yang lalu.

"Jangan ngeliatin kita dong! Ikut belajar sini sekalian," ucap Theo yang mengamati Tristan tidak melakukan apapun.

Dengan berat hari Tristan menggeser posisinya lebih dekat dengan Theo dan Aquinsha.

"Jangan matematika, dong! Pusing gue!"

Baik Theo maupun Aquinsha tidak menggubris Tristan.

Tristan pun dengan berat hati mengikuti arahan Theo dan Aquinsha mempelajari matematika.

***

Di saat Theo masih berkutat dengan soal-soal prediksi, di saat itu pula Tristan sudah menyerah dan tertidur di perpustakan. Sedangkan Aquinsha saat itu merasa lelah dan memilih untuk istirahat.

"Theo, aku cari jalan bentar ya sekalian cari bacaan, capek nih udah satu jam berkutat sama matematika."

Theo menoleh sebentar. "Ya udah kamu istirahat dulu, aku lanjut jawab soal aja di sini."

Aquinsha tersenyum sebentar kemudian melanjutkan perjalanannya. Sebenarnya Aquinsha mencari alasan untuk kabur dari sesi belajar mereka. Ditambah lagi pelajaran itu matematika. Pelajaran yang sangat tidak disukai Aquinsha.

Langkah Aquinsha membawanya pada rak buku di mana ia bisa menemukan beberapa novel. Suasana hati Aquinsha membaik pula pada saat itu.

Pandangan Aquinsha fokus pada setiap judul novel, mencari buku apa yang paling menarik untuk dibacanya.

Aquinsha mengadahkan kepalanya saat tidak menemukan apapun yang menarik pada satu sisi. Hingga akhirnya pandangan Aquinsha jatuh pada satu novel yang menurutnya menarik.

Namun, satu masalah Aquinsha saat itu.

Ukuran tubuhnya tidak bisa menjangkau buku novel tersebut.

Dengan segala cara ia melompat tanpa mengeluarkan suara. Namun, tetap saja Aquinsha tidak dapat menyentuh buku itu.

Ingin meminta tolong pada seseorang, lorong rak buku pada saat itu juga sepi.

Di saat Aquinsha terdiam untum memikirkan bagaimana ia bisa mendapatkan buku tersebut, saat itu pula seseorang mengangkat tubuhnya dari belakang.

Aquinsha terkejut dan ingin melihat siapa seseorang tersebut, tetapi.

"Cepat ambil buku yang mau lo baca."

Aquinsha mengurung niat untuk menoleh dan fokus pada judul buku yang ingin ia baca.

"Udah nih."

Aquinsha perlahan turun. Posisinya kini berhadapan dengan seseorang yang menolongnya.

"Aldrich?"

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang