"Gue ke mobil duluan ya," ucap Aldrich setelah menyelesaikan sarapannya. Tidak lupa ia pamit dengan Flo dan kakak iparnya.
Aquinsha beberapa detik terdiam setelah mendengar ucapan Aldrich.
Biasanya lelaki itu hanya meninggalkannya dan menunggu di mobil.
Tetapi pagi itu Aldrich berbasa-basi dengan dirinya, walaupun masih terlihat dengan.
Padahal pagi itu Aquinsha telat beberapa menit dari biasanya. Seharusnya Aldrich marah atau kesal, tetapi sikap Aldrich pagi itu sangat berbeda.
Sikap Aldrich pagi itu membuat Aquinsha kenyang. Padahal ia baru saja makan setengah dari roti gandumnya.
Flo melihat Aquinsha sudah berhenti menyantap sarapannya. "Loh Queen, gak dimakan lagi sarapannya?"
Aquinsha menggeleng. "Udah kenyang nih, kak."
Aquinsha meneguk satu gelas susu cokelatnya kemudian pamit dengan Flo dan Dave. "Queen berangkat dulu ya." Tidak lupa Aquinsha mencium pipi gembul Nathan yang sedang memakan buburnya.
"Dadah gendut kakak," ucap Aquinsha cepat kemudian berlari ke mobil Aldrich.
Selama perjalanan menuju sekolah seperti biasanya tidak ada yang bersuara melainkan radio.
Aldrich menyetir dengan tenang, sedangkan Aquinsha melemparkan pandangannya ke jalan.
Pikiran Aquinsha saat itu terbagi. Salah satu yang mengisi pikiran Aquinsha yaitu pernyataan antara Flo dan Aldrich di tengah ia menyandarkan kepala dengan mata tertutup.
Malam itu, Aquinsha belum tidur sepenuhnya.
Satu hal lagi yang mengisi seperempat otak Aquinsha. Sikap Aldrich pagi itu.
Bagi Aquinsha, ia lebih baik jika Aldrich kesal padanya daripada bersikap aneh.
Mata Aquinsha berbinar saat ia melihat tempat di mana Aldrich menurunkannya. Namun tatapan itu berubah menjadi tatapan heran saat Aldrich masih melajukan mobilnya.
"Hey! Udah lewat tau!"
Aldrich masih dengan santai menyetir. "Gue udah ketemu tempat parkir yang aman. Lagian, lo mau telat?"
Aquinsha kembali bersandar dan menurut.
Tanpa Aldrich sadari, ia tersenyum kecil. Padahal yang terjadi barusan meruapakan salah satu kejadian kecil yang tidak begitu berharga bagi Aquinsha.
***
"TREAT FOR OURSELVES! Akhirnya kelar juga ujiannya." Tristan tampak senang saat melihat banyak makanan yang ia pesan sudah tersedia di meja.
Siang itu, setelah ujian Tristan, Theo dan Aquinsha memutuskan untuk makan siang di salah satu kafe yang berada dekat dengan sekolah mereka.
"Slow gitu lah makannya Tristan. Itu makanan gak bakal ninggalin lo kek mantan-manta lo itu kok," ucap Aquinsha setelah meliaht Tristan tersedak.
Tristan meneguk air putih. "Ya elah, Queen. Teman tersedak, bukannya dikasihani, malah dijahatin."
Tidak ada yang bisa Theo dan Aquinsha lakukan selain tertawa setiap kali mendengar ucapan Tristan.
Tawa Aquinsha beberapa detik kemudian menghilang saat melihat beberapa orang memasuki kafe. Orang-orang itu merupakan Aldrich dan teman-temannya.
Pandangan Aldrich dan pandangan Aquinsha bertemu dalam satu momen. Namun, masing-masing mereka dengan cepat mengalihkan pandangan.
Aldrich sesekali melihat ke arah Aquinsha yang duduk di sebelah Theo. Sesaat Aldrich merasa bodoh di saat ia mulai mencair, ia lupa bahwa Aquinsha bersama Theo saat itu.
Dilihatnya Aquinsha bersorak setelah pesanannya telah tiba. Aquinsha melahap dengan semangat, terlihat bahwa makanan yang ia santap terlihat lezat.
Semuanya terlihat baik-baik saja.
Hingga satu sendok berikutnya mengarah pada Theo.
Aldrich tanpa sadar berdiri dari posisinya. Ia melangkahkan kakinya mendekati posisi Aquinsha.
Di belakang, temannya memanggil namun tidak ia hiraukan.
Hingga langkahnya berhenti tepat di depan Aquinsha. Aldrich kehilangan kata-kata.
Tetapi, itu hanya dalam beberapa detik.
"Aquinsha." Aldrich bersuara dan Aquinsha pun menoleh.
"Iya, Aldrich?"
Aldrich memutar otak untuk mencari alasan mengapa ia bisa sampai di meja Aquinsha, tetapi dengan bodohnya ia berkata. "Pinjamin gue duit dong."
Mata Aquinsha membelalak. Tidak percaya Aldrich berbicara demikian.
"Apa, Aldrich?"
"Gue pinjam duit?" saat itu Aldrich merasa ingin menampar wajahnya sendiri. Such a stupid excuse!
Aquinsha ternyata tidak salah dengar.
"Bisa gue pinjam, gak?"
"..."
"Nanti gue ganti deh di rumah."
Aquinsha terkejut. "Rumah maksud lo, Al?" ucap Aquinsha merapatkan gigi.
Pandangan Aquinsha saat itu menemukan mesin ATM yang ada di depan kafe. Dengan cepat Aquinsha bangkit lalu menarik lengan Aldrich agar mengikutinya.
Di saat Theo tengah heran melihat apa yang baru saja terjadi. Tristan mencoba sibuk dengan makanannya. Berharap ia tidak akan dihujani pertanyaan oleh Theo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You
Teen FictionKembalinya Aldrich dari masa lalu Aquinsha tidak pernah ia bayangkan, bahkan ia impikan. Aquinsha tidak menyukai Aldrich. Alasannya? Jangan ditanya. Hanya saja, Aquinsha benci Aldrich. Di saat Aquinsha memiliki beribu alasan untuk menjaga jarak dari...