Pretending

234 32 10
                                    

Malam itu, Aquinsha sedang duduk di depan meja belajarnya, terlihat sibuk dengan beberapa soal fisika yang membuat suasana hatinya buruk. Namun, itu hanya sementara ketika ponselnya bergetar.

Theo is calling.

Dengan gerakan cepat Aquinsha menjawab panggilan masuk tersebut. "Theo!"

Aquinsha dapat mendengar suara Theo saat itu. "Excited banget! Kamu lagi ngapain?"

Dengan mengenyampingkan semua tugas fisika tersebut, Aquinsha melanjutkan obrolannya bersama Theo. Obrolan mereka tidak jauh dari obrolan orang berpacaran pada umumnya, namun obrolan itu membuat Aquinsha berhenti di tengah cerita saat ia membahas sesuatu.

"Papa sama mama ke Paris? Kamu sendiri di rumah selama dua bulan dong?" tanya Theo tersirat rasa cemas dari suarany.

Tangan Aquinsha sesekali mengepal lalu memukul kepalanya pelan. Ia merasa bodoh kenapa bisa membahas satu hal yang ia sembunyikan selama beberapa hari.

"Iya sih, sendiri, tapi gak apa-apa kok. Udah biasa gini." Aquinsha berhenti sejenak. Sebenarnya ia merasa bersalah harus berbohong dengan Theo, tetapi ia merasa harus pada saat itu.

"Theo, udah dulu. Tadi ada notifikasi masuk, kayaknya pesan dari mama deh," ucap Aquinsha beralasan karena ia tidak mau Theo melanjutkan pertanyaan dan Aquinsha tidak mau melanjutkan kebohongannya. "I'll see you tomorrow, bye."

Aquinsha menghela napas berat setelah panggilannya terputus dengan Theo. Ia merasa lega sekaligus bersalah pada saat itu. Suasana hatinya kembali memburuk. Ponselnya kembali berbunyi, dan mata Aquinsha membelalak tidak percaya.

Aquinsha benar-benar mendapat pesan dari ibunya.

My Mom: Queen, sayang. Kamu belum tidur kan? Mama mau video call sebentar, bisa?

Padahal tadinya alasan pada Theo adalah bohong. Tetapi Aquinsha benar-benar menerima pesan dari Regina dan itu membuatnya takjub beberapa saat.

Baru saja Aquinsha akan membalas pesan ibunya, saat itu pula panggilan video dari Regina masuk.

Dengan cepat Aquinsha menjawab panggilan video.

"Mamaaa! Queen kangen!" ucap Aquinsha setengah bernyanyi. Dilihatnya Regina tersenyum di layar ponsel.

"Mama juga kangen anak perempuan mama satu-satunya ini! Kamu baik-baik aja kan, sayang?"

Aquinsha mengangguk. Lalu mereka melanjutkan obrolan yang tidak jauh dari menanyakan kabar, keadaan, dan bagaimana keadaan ayahnya. Di tambah Regina bercerita tentang perpanjangan harinya di Paris nanti, dan kemungkinan Aquinsha akan ikut.

"Benar, ma? Queen mau lah! Berapa hari papa extend di Paris?"

Di tengah sibuk mengobrol dengan Regina, Aquinsha melihat kehadiran Ryanti yang mendekati ibunya.

Ryanti mengambil posisi di sebelah Regina lalu menyapa Aquinsha. Saat itu pula Regina menyerahkan panggilan video itu pada Ryanti saat Rashard memanggilnya.

"Queen, kamu apa kabar, sayang? Baik-baik aja, kan? Aldrich baik-baik aja kan sama kamu?"

Aquinsha membalas satu-satu pertanyaan Ryanti. "Baik kok tante. Kalau Aldrich..." Aquinsha berhenti karena ia sebenarnya tidak tahu harus bercerita apa-apa. "Dia baik kok sama aku, tante," lanjut Aquinsha berbohong. Aldrich tidak pernah baik padanya.

Ryanti melihat perubahan raut wajah Aquinsha. "Tapi kalau tante lihat dari wajah kamu sepertinya tidak."

Aquinsha tidak menjawab Ryanti, hanya tersenyum setelah mendengarnya.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang