Gravity

312 43 10
                                    

Sudah tiga hari berlalu semenjak pemberitahuan yang tidak mengenakan perasaan Aldrich dan Aquinsha. Semenjak saat itu, suasana hati Aldrich dan Aquinsha tidak baik. Lebih tepatnya sangat buruk. Dan itu mengundang rasa penasaran masing-masing teman mereka, apalagi Aquinsha yang hanya ditemani oleh Tristan dan Theo.

Saat itu, jam istirahat, Aquinsha tidak melirik makanan yang ia pesan.

"Quenn, lo kenapa sih belakangan ini suka cemberut. Suasana hati lo lagi gak baik ya?" tanya Theo.

Tidak ada jawaban dari Aquinsha.

Jemari Theo menangkup wajah Aquinsha merubah posisi wajah Aquinsha yang kini berhadapan dengannya. "Cerita ke gue dong."

Aquinsha menghela napas. Ia tidak haru bercerita apa dengan Theo. Tidak ada lagi jawaban dari Aquinsha, ia hanya menggeleng kepala.

Sedangkan Tristan yang sibuk dengan telepon genggamnya. Ia mendengar percakapan Theo kepada Aquinsha tetapi tidak memperhatikan mereka. Theo yang melihat sikap cuek Tristan dengan sengaja menendang kaki Tristan. Hal itu sukses membuat perhatian Tristan teralihkan.

"Sakit Theo. Ada apa sih?" tanya Tristan yang langsung diberi isyarat oleh Theo untuk menanyakan Aquinsha.

Tristan mengunci ponsel dan menyimpan benda itu di saku celana kemudian mengalihkan perhatian ke Aquinsha.

"Aquinsha, sayang, lo kenapa sih belakangan hari ini suka diam? Lagi sariawan ya?"

Lengan Aquinsha yang tadinya menopang dagunya kini terlipat rapi. Ia kembali menatap Tristan.

"Pertama, jangan panggil gue sayang karena lo udah sayang sama cewek lain. Kedua, gue gak sariawan."

Tristan dan Theo hanya tergelak.

"Ya udah, gue tinggalin Risa deh biar bisa sayangan sama lo," canda Theo yang mengundang perhatian Theo dan Aquinsha.

"Lucu lo," ucap Aquinsha dan Theo bersamaan.

Tristan bertepuk tangan dengan kekompakan Aquinsha dan Theo. Ia melihat hal itu sudah keseribu kalinya.

"Sebenarnya gue mau banget tinggalin Risa, terus ke elo, Queen. Tapi gue gak bisa jahat. Melihat lo sama Theo itu, dari dulu kalian itu kompak banget. Gue suruh jadian gak mau," ucap Tristan sedikit serius.

"Gimana sama lo kalau kita pacaran?" tanya Theo.

Aquinsha melanjutkan kalimat andalannya. "Gue gak mau merusak persahabatan kita gara-gara salah satunya pacaran."

Tristan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kedua kalimat itu juga sudah ia dengar beberapa tahun belakangan.

"Bodoh gue berkata demikian, harusnya gue tahu kalau kalian bakal jawab begitu."

Theo dan Aquinsha hanya merespon Tristan dengan tawa.

"Itu karena kita sayang sama lo," lagi-lagi Theo dan Aquinsha mengucapkan kalimat itu serentak.

Tristan tidak bisa diam. Tangannya sebelah kiri menarik lengan Theo begitu pula tangannya sebelah kanan menarik lengan Aquinsha. Detik berikutnya Tristan menyatukan jemari Aquinsha dan Theo.

"Dengan ini gue menyatakan kalian sah jadi suami istri." Tristan menyelesaikan leluconnya.

Aquinsha dan Theo sama-sama menarik lengannya dari Tristan. Sahabatnya yang satu itu memang gila, dan itu tentunya tidak membuat Aquinsha dah Theo heran.

"Gue suruh kalian pacaran, gak mau. Gue nikahin kalian, juga nolak, mau kalian apa sih?"

Baik Theo maupun Aquinsha hanya menjawab satu kalimat.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang