Different

1K 50 0
                                    

Garin POV

Hari ini gue udah mulai melakukan tugas yang diberikan ke gue, yaitu, ngurus Fia dan jagain Fia selama dia tutorin Dodo aka sepupu tidak berguna sepanjang masa. Ngurus Fia gak mudah men, apalagi kalo dia lecet konsekuensinya ditonjok Bella. Bisa-bisa besok ada bendera kuning didepa rumah. Dan, Dodo bakal dapetin Bella. OH, BIG NO!

Setelah Bella ngasih info gue kalo gue harus jagain Fia, gatau kenapa, Fia bertingkah aneh pake bingitz pake z. Gue kenal Fia lumayan juga, karena Bella cerita tentang Fia, Dodo cerita tentang Fia, bahkan guru cerita tentang Fia. Fia dikenal karena ke-childish-annya, dan emang bener adanya dia kaya gitu orangnya. Sekarang bayangin aja gue ngurusin Fia, gue juga gak berpengalaman jadi babysitter.

Gue sekarang menungging, eh menunggu Fia untuk gue anter ke appart dia di parkiran, udah sore dia belum pulang juga. Tiba-tiba ada cewek nunduk dan jalannya, wait, NGAWANG?! FFFFFFFCKKKKKKKKK. Gue buru buru naik ke jok motor dan menggunakan helm, sesaat gue lihat cewek itu tadi ternyata Fia. Fyuh, lega.

"Lo kaya setan ae ngagetin, sumpah jalan lo tadi ngawang" Ucap gue dengan napas tersengal-sengal.

Yang gue ajak bicara cuma diem dan memiringkan kepala tanda bertanya, buset ini setan beneran? "Ngawang?" Fia bertanya dengan suara kecilnya, syukurlah dia ngomong, kalo tiba-tiba dia ketawa gue langsung cabut mah.

"Hah? Lupain, lupain. Cepet naik, capek gue nungguin lo, lemot" Sewot gue layaknya cewek PMS, seolah melupakan kejadian memalukan barusan. Fia tetep bergeming, malah menundukkan kepalanya seperti tadi. Gue bisa denger sedikit, atau gue emang salah denger kalo Fia berbisik kata 'maaf'.

"Mau balik kaga? Sia-sia gue nungguin lo" Ucap gue mulai kesal.

"Kalo lo gak ikhlas, gakpapa lo balik duluan, kalo mau lo balik kerumah aja, gausah ke appart. Lo ngelakuin ini disuruh Bella kan? Gausah khawatir ditonjok Bella, gue akan bilang kalo gue baik baik sama lo" Ucapnya panjang lebar dengan senyuman yang, entahlah, tapi senyuman itu berhasil menyayat hati gue. Gue gatau senyuman apa itu, tapi itu bener bener nyesek.

"Iyalah, buat my lovely bunny Bella" Ucap gue bangga, mencoba mencairkan suasana. eh dia ketawa. Sejenank gue bayangin muka Bella yang garang, fak, gue barusan bayangin film horor.

"What?" Sentak gue beberapa detik kemudian, gak sadar Fia udah berjalan cepat ke arah mobil biru yang gue ketahui sebagai taksi. Gue turun dari motor dan mengejar Fia, menarik lengannya, sesaat gue melihat mata Fia yang membendung air mata.

Like, what did I do?

"Fia-"

"Gapapa, terserah kalo mau ke appart atau lo langsung mau balik ke rumah lo. Gue balik!" Teriak Fia tanpa menoleh ke arah gue, tertawa se-sempurna mungkin, lalu masuk kedalam taksi. Tanpa ba-bi-bu gue menaiki kembali motor gue dan menyalakan mesinnya, sial, susah banget mau nyala ini motor butut. Gue ikutin taksi yang dinaiki Fia, dan berakhir pada appartemen yang cukup mewah. Dari dalam taksi, keluarlah Fia, gue ikut memarkirkan motor dan mengikuti Fia tanpa diketahuinya.

Saat masuk lift, gue akhirnya sampe tepat waktu satu lift bersama Fia.

"Fia, lo kenapa?" Tanya gue panik. Jelas panik, dia nangis gara-gara gue.

"Ha? Kenapa apanya?" Dia pura-pura bodoh dengan cengiran di wajahnya.

"Tadi lo kenapa gamau gue anter?" Tanya gue lagi dengan nada frustasi.

"Gamau ngerepotin" Jawabnya enteng, lalu pintu lift terbuka, Fia mulai keluar dan gue mengikutinya hingga Fia berhenti di salah satu pintu. Saat dia mau membuka kunci, gue blokir lubang kunci dengan tangan gue. Bisa gue liat Fia sedikit kaget, dan segera menatap gue.

PEKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang