Bella P.O.V
"Mama kalian sungguh senang saat mengandung kalian, dan sungguh memanjakan kalian. Pada saat proses kelahiran, yang pertama keluar adalah kau Bella, Mama sangat senang. Ibu dokter berkata bahwa kurang satu lagi, papa sungguh bahagia dan keluarlah kau Fia, tapi Mama mu tak sanggup menahan semua kesakitan itu. Mama dipanggil Tuhan'"
Aku mendengar isak tangis papa dan papa terjatuh sambil memegang dadanya, aku bingung apa yang terjadi pada papa. Aku memanggil bibi untuk menelfon pihak rumah sakit, dan papa dibawa ke rumah sakit.
Aku melihat ada pendeteksi detak jantung, bentuknya awalnya seperti rumput. Eh, kok jadi lurus begini?
"Fia, kok jadi lurus sih? kan tadi bagus lancip lancip"
"Gak tau tuh, papa..." Fia menoleh ke papa dan bertanya, mengapa sudah tidak berbentuk rumput lagi?
Lalu banyak sekali suster rumah sakit yang menghampiri kami dan memeluk kami, aku sangat bingung.
Ada tante di sini dan menangis tersedu sedu."Tante kenapa sih?" aku mulai berani bertanya
"Iya, tante kenapa nangis? tante mau ice cleam?' Tanya Fia
"Bella, Fia, sini deh ikut tante" Tante mengajak kami keluar ruangan dan meninggalkan papa di kamar bersama suster yang lain.
"Fia, Bella, papa udah ngejemput mama" ujar tante lirih diiringi isak tangisnya.
"Aku kok gak diajak sih te, kan Fia juga mau ketemu mama" Ucap Fia, aku juga ingin bertemu mama
"Nanti ya, pasti kok kalian ketemu Mama dan papa, tapi gak sekarang" Ucap tante lagi.
Aku baru sadar, Mama sudah meninggal, menemani Tuhan. Papa juga, artinya kami ditinggal Papa di sini bersama Fia. Aku langsung menangis, tak tahan ditinggal sendiri oleh mama dan papa.
"Bella sabar ya" Ucap tante memelukku, berusaha menenangkan ku, tapi percuma.
"Bella kenapa sih? kenapa nangis?" Tanya Fia dengan polosnya, aku gak mau buat Fia nangis juga.
"Bella pingin ketemu mama" Tiba tiba tante menjawab pertanyaan Fia.
"Yaelah Bel, aku juga pingin, tapi gak nangis. Hebat kan aku?!"
Aku bahagia masih memiliki mu Fia.
...
Hari ini, hari pemakaman Papa. Fia tentu saja ikut, tapi tidak bersama ku.
Saat Papa dimasukkan ke tanah, aku ingin sekali bersamanya, menemui Mama."Goodbye pa, tunggu Bella dan Fia di sana ya pa. Baik baik di sana pa" Itu kata terakhir yang bisa ku katakan kepada papa.
"Bella!!!" Tiba tiba ada suara teriakan yang memanggilku, ternyata Fia.
"Lah papa ngapain dimasukin situ?" Tanya Fia, sambil meronta ronta menuju papa, tapi aku cegah.
"Papa udah masuk mobil buat ketemu Mama" Jawabku berusaha tersenyum.
"Aku mau ikut Papa!" teriak Fia. Kini Fia menangis dan masih meronta ronta saat kupeluk. Aku hanya bisa menangis.
..."AAA!" Ternyata hanya mimpi, mimpi yang sungguh mengerikan. Di sebelah gue ada Fia yang masih shok dengan keringat yang bercucuran di sekujur tubuhnya.
"Lo juga mimpi itu?" tanyanya tiba tiba.
"Iya" Jawabku singkat.
Fia meluk gue sambil nangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEKA!
Teen Fiction"Nih kenapa anak deket deket gue gini sih? Kurang temen mas? Males banget, tapi dia ganteng sih. EH engga! Bodo lah, cowo emang gak peka!" -Bella. "Nih cewe jual mahal kali ya? Udah gue kodein juga kaga peka. Bukan anak pramuka kali gabisa baca baca...