Devon Pov
"As kamu gak papa kan?" kini gue kembali bertanya, setelah Mommy, Daddy dan Lovely meninggalkan gue katanya sih mau ngasih privasi buat kita diskusi. Karena Mommy juga akan memberi tahukan segalanya sama Bunda Ratna.
"Please As, bicara sama aku kamu kenapa?" gue bertanya sekali lagi dengan kedua tangan gue membingakai wajahnya yang saat ini menampilkan wajah cemas, seakan-akan dia sedang memikirkan dunia dan seisinya.
Dan sedetik kemudian aku melihat dia menggelengkan kepalanya pelan.
"Ak...aku ga...gak bisa bayangin kalok aku nan...nantinya bakalan hamil." Gue ngelihat matanya kembali berkaca-kaca, gue tahu sedari tadi dia menahan tangis.
"Sshhhttt...kan aku ada, jadi kamu gak perlu takut apalagi bingung." gue coba menenangkan dia, gue sebenarnya juga masih ragu dengan diri gue sendiri.
Bukannya apa-apa, tapi selama hidup gue gue jarang banget deket sama anak kecil, mungkin kedekatan gue sama anak kecil sama anak om dan tante kalok setiap libur natal kerumah.
Kalok sama bayi, gue paling cuman berani nyentuh pipi belum pernah gendong.
"Buk...bukkan itu, tapi aku takut Bun...Bunda bakalan kecewa sama aku, aku kan anak sat...satunya Bunda." Dan keluarlah air mata Asia sedari tadi ditahannya. Tangan gue pun dengan perlahan mengusap air mata Asia Yang berlomba-lomba untuk membasahi pipinya.
"Ssstttt... Kamu gak usah khawatir kan aku dari tadi bilang, ada aku disini yang selalu mendampingi kamu jadi kamu gak perlu mikir macem-macem." sekali lagi gue mencoba menenangkan Asia dengan usapan lembut di pipinya dan menghapus airmatanya yang sedari tadi tak mau berhenti.
"Tap...tapi Bunda, ak...aku gak bisa, aku gak bisa kalok misalnya Bunda benci sama aku dan gak mau melihat ku lagi" Asia kembali berkata tentang ketakutan-ketakutannya.
Ya, kadang sifat itulah yang bikin gue sebel sama Asia. Dia selalu menyimpulkan semuanya sendiri dan selalu pikiran negatif lah yang selalu ia simpulkan tentang dirinya.
Padahal gur tahu bahwa Bunda Ratna sangat menyayangi Asia, bagaimana pun keadaan sang anak.
"Hey percaya sama aku, Bunda Ratna orangnya gak seperti itu, seharusnya kamu tahu itu. Kamu kan anak kesayangannya Bunda Ratna."
Gue bisa melihat setitik cahaya cerah memancarkan keoptimisan. Namun, sebelum gue memberikan senyum semangat kepada Asia. Detik itu pancaran mata dan raut wajahnya yang tadi berseri-seri sedetik kemudian semuanya lenyap, digantikan lagi oleh air mata yang sialan membuatku frustasi.
Harus bagaimana lagi aku meyakinkan Asia, bahwa Making Love kita semalam tidak akan mempengaruhi Bunda Ratna.
"As, please kamu dengerin aku. Bunda gak akan memarahi kamu, beliau sayang sama kamu, dan kamu harus percaya Bunda akan menerima keadaan anaknya."
"Tap...tap..."
"Ssttt...percaya sama aku, okey?" Dan aku melihat Asia dengan ragu-ragu menganggukkan kepalanya, walaupun pelan.
"Good girls." dan dengan kata-kata itu gue narik pergelangan tangan Asia, otomatis tubuhnya yang limbung jatuh ke dalam pelukkan gue.
Gue peluk dia seerat mungkin, ini bisa jadi kesempatan gue buat mengikat hidup Asia selama-lamanya sampai maut memisahkan.
Bukan mau sok puitis dan drama, tapi itu semua memang keinginan gue. Gue akui pacar gue dulu memang ada dimana-mana, tapi itu semua hanya untuk main-main.
Karena hati gue sudah berlabuh pada Asia. Ibarat rumah Asia adalah tempatku selalu pulang dan selalu kurindukan. Sedangkan cewek-cewek lain hanyalah rumah singgah.
KAMU SEDANG MEMBACA
sleep with my ex-boyfriend (the secret story series #1)
Romance⚠PRIVATE ACAK⚠ Sebuah kecelakaan yang membuat kisah mereka kembali terjalin. . . . . . sebelumnya aku mau minta maaf karena versi awal aku hapus dikarenakan menurut aku terlalu berantakan mungkin Yang udah baca juga ngerasain. Aku harap kalian bis...