Part 10

2.9K 105 2
                                    


Devon Pov

"Dev, sebenernya kita mau kemana?" Suara Asia kembali mempertanyakan akan di bawa kemana dia. Tapi sekali lagi gue cuma melemparkan senyum kearah Asia. Meminta sedikit pengertiannya.

Terdengar helaan napas pasrah dari Asia, saat setelah gue tersenyum kearahnya.

"Aku turun disini aja."

Ccciiiiitttttt

Suara ban yang bergesekan dengan jalanan beraspal itu sungguh terdengar mengerikan. Untungnya jalan yang gue lewati sekarang jauh dari kata ramai. Alias sepi.

"Kok gitu?" dengan bodohnya gue mengajukan pertanyaan itu. Ya jelaslah Asia minta turun orang gue juga gak ngasih tau mau ngajak dia kemana.

Tapi ya mau gimana lagi sebagai cowok gue itu egois dan keras kepala. Jadi gue gak akan memberitahu Asia gue bakal bawa dia kemana. Toh nanti dia juga tahu.

"Ya bisa gitulah!! Kamu ngajak aku tapi kamu gak Kasih tau mau kemana!! Bikin kesel tahu gak?!" Jelas Asia, mendengar nada bicara Asia saat ini, gue yakini bahwa dia mulai kesal.

Maaf beb, tapi ini urgent"

"Nanti kamu kan juga tahu."  gue pun tersenyum semanis mungkin.

"Kamu tu selalu gitu. Selalu narik-narik aku buat ikut kamu tapi kamu gak pernah mau ngomong mau kamu bawa kemana aku!!"

Nada suara Asia naik satu oktaf dari biasanya, dan gue tahu dia marah sama gue. Tapi gue cuma diam.

"Emangnya enak digituin, kamu pikir aku apa?! Bisa gak sih sekali aja kamu mikir gimana perasaan aku?!"

"Bahkan sampai sekarang pun kamu gak mau ngejelasin dan minta maaf sama aku!!!"

Jleb

Kata-kata Asia benar-benar mengenai hati gue. Ya, itu semua salah gue. Gue bahkan gak punya inisiatif buat ngejelasin kedia.

"Aku diam bukan berarti aku bisa melupakan semuanya, tapi aku nunggu, nunggu kepastian dari kamu, nunggu maaf dari kamu, kamu mikir gak..." suaranya terdengar sangat pelan tetapi menusuk dan dia bikin gue gak bisa ngomong sama sekali.

Bahkan tubuh gue seakan punya pikiran sendiri, mereka tak ingin bergerak untuk menghapus Air mata yang jatuh dipipinya.

Lo brengsek dan lo memang pantes dapetin itu semua.

Batin gue memaki diri gue sendiri. Dan gue sadar itu gak bisa mengubah segalanya selama gue masih bungkam.

"Please, please don't cry. Sayang air mata kamu buat nangisin cowok brengsek seperti aku."

Asia pun dengan cepat mengalihkan tatapannya yang sedari tadi menatap keluar jendela mobil, kini berhadapan dengan gue.

Wajah memerahnya saat ini tak menunjukkan perasaan menggemaskan setiap gue melihatnya. Tetapi rasa sakit.

"YA!! LO MEMANG BRENGSEK!! LO BRENGSEK!! KARENA SEKIAN LAMA LO CUMA DIAM!! LO GANTUNGIN PERASAAN GUE!! BAJINGAN SIALAN!!" Teriak Asia penuh dengan emosi. Dia pun mencoba mengatur napasnya yang tersenggal-senggal setelah meluapkan emosinya.

"A-aku cuma mau kamu lebih bisa hargain perasaan aku, aku gak minta apa-apa selain itu."

Penjelasan dari Asia itu pun di akhiri dengan suara tangis Asia, suara tangis Asia memang tak sehisteris seperti sinetron yang sering Mommy lihat di acara TV ketika menangis, bukan mau menjelekkan sinetron. Tpi ya mau bagaimana lagi kadang ceritanya terlalu berlebihan dan mempunyai masalah berkepanjangan, apalagi kebanyakan tokoh utamanya selalu disia-siakan.

sleep with my ex-boyfriend (the secret story series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang