Cobaan Datang.

34 2 0
                                    

Ada beberapa nama siswa yang tertara dengan jelas dipapan mading sekolah. Mereka adalah siswa yang terpilih masuk Universitar Negeri melaluli jalur SMPTN. Tertara nama Aji dibaris ke tujuh.
Aji memang siswa berprestasi, terlebih lagi dia adalah ketua organisasi ekskul Pramuka disekolah. Namanya semakin dilirik para guru. Halah, pencitraan.

"Ca, ada nyokap lo dikantor." Ucap Gugun, ketua kelas Gue

"Serius lo?"

"Iya, demi semua Tuhan deh" candanya

"Yeh oon, yaudah makasih ya" singkat Gue dan segera menuju kantor sekolah.

Entah kenapa Mama kesekolah. Padahal hari ini ada pesanan catering disebuah gedung besar didaerah jakarta selatan.

"Assalamualaikum" Ucap Gue sambil membuka pintu kantor.

Terlihat Mama sedang berbicara dengan guru BK. Gue bertanya-tanya, apa salah yang Gue perbuat hingga Mama dipanggil menghadap guru BK?

"Waalaikumsalam, sini Ca" Jawab Bu Diana

Gue balas dengan senyuman dan segera duduk disamping Mama.

"Ma, ngapain?" Tanya Gue

Mama tidak menjawab. Wajahnya kosong, entah apa yang terjadi, namun nama Papa langsung terlintas di otak Gue.

"Kamu beresin tas kamu, terus pulang sama Ibu kamu ya, Ca" Jelas Bu Diana

Tanpa banyak tanya lagi, Gue segera menuju kelas.

"Mau kemana lu?" Tanya Alisa

"Cabut bentar." Jawab Gue singkat

"Ma, ada apa?" Tanya Gue ketika berada didalam taxi

Mama masih diam, menatap mata Gue dalam tanpa sepatah kata apapun. Terlihat senyuman yang dipaksakan dibibirnya. Argh, kenapa lagi ini!

****

Gue diam mematung didepan pintu yang sudah terbuka lebar. Mata Gue menatap seluruh isi ruang tamu yang sudah tidak berbentuk lagi. Pecahan kaca berserakan. Gue lihat garasi, ada mobil Papa. Seketika itu Gue langsung menuju kamar Papa.
Lelaki paruh baya itu sedang duduk dengan memegang sebatang rokok ditangan kanannya. Matanya yang tadi terfokuskan pada jendela, kini menatap Gue tajam.

"Apa lagi ini?!" Tanya Gue dengan nada tinggi
"Kenapa setiap Papa pulang selalu ada keributan?"

"Kamu masih kecil, nggak tau apa-apa!" Bentaknya

"Aku dari kecil terbiasa dengan keadaan yang sepertin ini. Papa nggak pernah mikirin gimana keadaan psikis aku setiap kali liat Mama nangis, liat pertengkaran yang nggak pernah ada titik temu nya. Disini Papa yang nggak ngerti.." Isak Gue

"Maafin Papa, Ca" ucapnya setelah sekian detik terdiam mematung karna perkataan Gue

"Halah!" Berontak Gue meninggalkan Papa

Gue masuk kamar dan menumpahkan seluruh tangis yang udah nggak tau harus bagaimana lagi membendungnya.

"Ini yang nantinya bakal jadi trauma buat Gue percaya lagi sama laki-laki."

"Argh!" Gue lempar tas yang sedari tadi masih menempel dipunggung

****

"Ca, Aji pacaran sama Nyla ya?" Tanya Alisa

"Gatau." Jawab Gue singkat

"Kayaknya sih iya deh. tiap hari tau nggak Gue ngeliat itu orang ngejemput Nyla." Cerita Alisa penuh antusias

"Yaudah sih, wajarlah kan pacarnya"

"Tapi lu nggak kayak gitu Ca" ketus nya

Sontak membuat mata Gue berpaling menatap tajam Alisa

"Ampun-ampun. Hehe" jawabnya sambil menyatukan kedua tangannya
"Lagian Kenapa nggak sama Aji aja sih, Ca?" Tanyanya
"Padahal dulu dia ngejar-ngejar lu, tapi lu nya bloon."

"Ya kan Gue nggak mau."

"Seenggaknya lu liat lah mana yang banyak usahanya. Aji apa Josua?"

"Lu tuh demen banget ngebanding-bandingin orang. Heran!"

"Kenyataan boss."

Tiiin..
Bunyi suara klakson mobil menghentikan perdebatan Gue dan Alisa, lalu sang supir membuka kaca pintu mobil yang dibagian kirinya terdapat wanita berambut panjang sepinggang.
"Duluan ya Ca" ucap laki-laki yang dulu sempat memanggil Gue 'Sayang' itu.

••
~TROW BACK~
"Ca,"

"Ha?"

"Lu mau nggak jadi pacar Gua?"

Gue terkejut, Aji jauh-jauh dari kota nya menuju rumah Gue, lalu mengatakan hal itu.

"Apasih, jayus bego" jawab Gue sewot

"Gua serius anjing"

Gua menatap matanya, ya menang terpancar keseriusan disana.
Gua mengangguk dan kemudian hujan tak terasa dingin lagi saat Aji memeluk tubuh Gue.
••

'Hujan boleh datang, tapi tolong jangan pernah bawa kenangan!'

Malam ini hujan, dingin. Seperti sikapnya selama ini.
Entah apa yang membuat Gue terus bertahan. Walau pada kenyataannya, bahagia belum juga Gue rasakan.
Namun inilah yang sebenernya Cinta. Tak bisa melepaskan, namun sulit untuk bertahan. Syukuri  apapun yang sudah diberikan Tuhan adalah satu-satunya jalan terbaik untuk menikmati semua skenario hidup ini.

Josua bilang dia ingin bermain game sebentar. Sekitar setengah jam laki-laki yang selalu Gue ingat sebelum tidur ini belum juga membalas pesan Gue.

Ditinggal tidur, ditinggal main game, lama ngereplay pesan. Itu semua jadi habit bagi Josua.
Makin kesini, rasa ragu timbul. Apa Josua masih mencintai Gue seperti awal kita bersama dulu? Apa Gue masih menjadi satu-satunya dihatinya?
Arghh.. Itu semua hanya Josua yang tau jawabannya. Dan kalaupun Gue tanya, gue masih ragu akan jawbannya.

Tiba-tiba Gue teringat pada Annita Hendrasti, teman satu sekolah nya ini terlihat sangat dekat dengan Josua. Hampir semua postingan Josua tertinggal komentar dari wanita berambut bondol itu.
Gue nggak tau siapa dan bagaimana dia, Gue hanya tahu Josua dekat dengannya. Ketika Gue tanya, Josua hanya menjawab:
'Cuma temen, susah senang bareng. Ngga mungkin suka.'
Halah Jo, kita yang dulunya musuh aja bisa saling suka. Apalagi yang mau diajak susah seneng bareng?.

Kata Josua, Annita udah punya pacar. Tapi belakangan ini mereka hampir putus karna ada orang ketiga dipihak laki-lakinya. Rasya kalo nggak salah nama pacarnya. Katanya, Rasya kepergok ngedate sama perempuan lain oleh Annita. Tapi Annita masih mertahanin hubungan mereka hingga saat ini.

Kalo sampai Annita berniat untuk merusak hubungan Gue sama Josua, beh parah.
Dia kan tau gimana sakitnya didatangi orang ketiga.
Dia kan sama-sama perempuan, Masa iya nggak mikir gimana rasanya jadi Gue?
Ah, semua tergantung pada Josua.

My life, my problem.Where stories live. Discover now