LELAH

44 3 0
                                    

Hari terus berlalu. Matahari terus berputar bergantian dengan bulan. Semakij hari lelah justru terus mendampingi. Masalah datang bertubi-tubi tanpa henti. Tugas sebagai anak IPA sudah pasti sangat berat. Terlebih Gue adalah sosok pelajar gampang stres.

Dengan tas besar dipunggung serta tote bag berisi buku-buku tebal penuh rumus menjijikan menjadi taman Gue tiap hari. Penampilan Gue makin ancur. Yang awalnya seragam serba ketat. Sekarang jadi serba gombrang, karna keseringan masuk BK gara-gara ke-gep ketika operasi atribut. Rambut hanya Gue ikat cepol. Gue bener-bener sibuk dengan tugas-tugas kelompok. Argh...

Pagi yang sangat mendung membuat kantin terasa dingin. Gue dan Alisa sedang menyantap bubur untuk menghangatkan sekaligus mengisi perut.
Segerombolan laki-laki kelas 12 memasuki gerbang kantin dan langsung duduk disamping meja yang kami tempati. Alisa memperhatikan gerombolan itu.

"Itu siapa dah?" Tanyanya

"Mana?"

"Itu yang make jaket" ucapnya sambil sedikit menunjuk

"Oh, dia anak pindahan."

"Ganteng njir" ceplosnya

Gue hanya mengangguk seraya setuju dengan pendapat Alisa.

Hari ini adalah hari pengenalan ekskul pada Siswa baru. Gue baru saja diangkat menjadi ketua dalam ektrakurikuler KIR sepekan yang lalu.
Bahan-bahan kimia sudah siap diback stage, saat sedang buffering dengan para anggota, konsentrasi Gue terganggu dengan suara berisik diluar.

"Maaf ya, bisa dipelanin dikit gak itu mulut nya?" Tanya Gue kesal

Ternyata ada sekitar 7 orang laki-laki sedang bersiap-siap untuk mendemokan ekskul Beatbox nya.

"Engga bisa kakak" Ledek Alex, anak kelas 12 itu adalah laki-laki paling setan sejagat raya.

"Ka, pindah kesana ya. Gua lagi ada buffering keganggu sama suara kalian."

"Dih ngatur-ngatur. Jagoan kali." Ucap wanita yang sepertinya dia adalah anggota ekskul ini

"Bukannya gitu, tapi ini kan waktunya mepet. Gua udah disini dari pagi. Lo semua dateng-dateng bikin rusuh." Kesal Gue

"Yaudah-yaudah, kita pindah. Maaf ya.. Hmm Caca" Ucap seorang laki-laki sambil membaca name tag diseragam Gue.

Laki-laki itu tinggi semampai dan mengenakan jaket menutupi name tag seragamnya. Dia adalah siswa pindahan yang tadi pagi Gue omongin sama Alisa dikantin sekolah. Ternyata dia gabung diekskul Beatbox.

"Okay" jawab Gue singkat dan langsung masuk untuk melanjutkan Buffering.

Demo ekskul yang Gue ketuai ini sangat lancar. Banyak siswa baru yang tertarik dan langsung mendaftar menjadi anggota KIR sekolah ini.

Kepala Gue makin penuh. Tugas individu, tugas kelompok, Latihan Paskibra untuk pengibaran dan lomba. Ditambah dengan tanggung jawab sebagai seorang ketua disuatu organisasi yang samasekali nggak pernah Gue pengen. Huft..

"Kamu bikin konsep dan tema untuk Pensi bulanan minggu depan ya. Besok lusa kasih ke Ibu hasilnya." Ucap Bu Anggi, pembina KIR kami.

"Siap bu" jawab Gue sigap.

****

Gue bener-bener lelah hari ini.
Ditambah Josua yang sangat lama membalas pesan Gue. Entah sedang apa dia disana, Gue berusaha untuk berdikir positif.
Bahkan sering kali keinginan Gue untuk sekedar berbicara lewat telpon saja dia tolak. Selalu ada alasan yang diucapkannya. Padahal setiap otak Gue letih, kemudian ada Josua yang ada untuk menemani semua letih itu hilang. Walaupun hanya lewat ponsel.

Namun Josua seperti tidak pernah merasakan rindu dan memperdulikan rindu Gue. Sering kali Gue lontarkan kata "Kangen" padanya, namun tidak pernah sekalipun dia melontarkan kata itu. Seolah-olah hanya Gue yang merasakan rindu, dia tidak.
Gue benar-benar merasa berjuang sendirian.
Josua seperti sangat acuh pada semua yang Gue rasakan.

"Kalo lo jadi Gue, lo bakal bertahan gak?" Tanya Gue pada Alisa

"Gue sih ogah." Jawabnya singkat

"Tapi Gue gak pernah sesayang ini sama cowok Sa. Gak pernah sedikitpun Gue ada niat buat enggak setia. Gak pernah sedikitpun Gue ada niat buat bikin dia sedih disetiap hari nya. Tapi kenapa dia lakuin itu semua ke Gue?"

Alisa mengusap-usap punggung Gue. Mata Gue sudah terasa hangat.

"Gue nggak pernah jadi prioritas dia. Gue nggak pernah jadi sosok yang selalu dia rindukan. Sedangkan disini Gue nggak pernah berhenti buat sekedar mikirin dia." Lanjut Gue dengan sangat tertatih

"Nangis aja Ca, keluarin semua biar lega."

"Nggak. Gue nggak boleh nangis. Cukup Ronal aja yang udah bikin Gue nangis. Gue nggak mau Josua nanggung dosa cuma karna air mata Gue."

"Ca, lo cewek baik" ucap Alisa kemudian memeluk tubuh lemas Gue.

Gue hanya lelah. Gue merasa sudah tidak sekuat dulu saat masih mengejar cinta Josua.
Sikapnya yang selalu acuh memaksa Gue untuk menyerah.
Yang awalnya sedikit-sedikit hingga akhirnya menjadi bukit. Namun mengapa setelah Gue berada diatas bukit, Josua justru memilih menikmati pemandangan tanpa memperdulikan Gue?

"Seolah aku tak pernah jadi bagian besar
Dalam hari-harimu
Seolah janji dan kata-kata yang tlah terucap
Kehilangan arti
Lebih baik kita usai disini
Sebelum cerita indah
Tergantikan pahitnya sakit hati" Terdengar lantunan lagu dari radio sekolah

Gue nggak mau ngelepas Josua.
Gue nggak mau kehilangan Josua.
Dia adalah laki-laki terbaik. Belum tentu ketika Gue melepasnya, Gue bisa menemukan laki-laki yang sepertinya. Sepedih apapun, sesakit apapun Gue akan tetap bertahan.
Kecuali sudah tidak ada lagi Gue dihatinya, barulah Gue akan melepaskan semuanya.

"Jo, aku sayang kamu. Entah sampai kapan rasa ini bertahan, bantu aku agar tetap bisa menyayangimu. Jangan acuh, seperti tidak pernah menganggapku ada. Karna setiap orang pun bisa pergi.
Jangan berubah seiring waktu yang kita lewati. Kamu adalah satu-satunya laki-laki yang aku percayai tidak akan pernah membuatku menangis. Jagalah kepercayaanku. Tetaplah seperti dulu saat kita mengawali semua."

Tulis gue pada selembar kertas kemudian melipatnya.

My life, my problem.Where stories live. Discover now