Mulai

45 2 1
                                    

Josua berubah sangat berbeda ketika permainan Turth or Dare pada malam itu. Dia selalu menyempatkan waktunya untuk sekedar memberi kabar. Walaupun tidak ada status yang jelas.

Josua sempat mengutarakan isi hatinya. Josua bilang, dia memiliki rasa yang lebih dari teman. Josua bilang, dia menyukai dan merasa nyaman dengan Gue. Namun ada satu pendapat yang selalu menghantui Gue yaitu: Josua hanya sekedar nyaman. Atau bahkan kasihan karna selama ini Gue berlaku seakan-akan terus mengejar tanpa rasa menyerah. Dia hanya ingin membalas segala kebaikan Gue. Bukan Cinta.

Hal itu yang selalu membuat Gue gak yakin akan setiap kata-kata yang dilontarkannya.
Hingga suatu saat sebuah pertanyaan yang sangat ingin Gue tanyakan ditanyakan olehnya. Josua menanyakan apakah Gue mencintainya atau tidak.
Gue trauma. Pertanyaan itu sama persis seperti pertanyaan yang diberikan Ronal beberapa tahun yang lalu. Gue takut balasan Josua pun sama seperti balasan yang diberikan Ronal.
Gue memutuskan untuk enggan menjawabnya dan memilih untuk bertanya balik kepadanya. Josua menjawab apa yang sama sekali gak gue bayangkan.

"Ya, dengan segenap hatiku. Gua sayang sama lu, Ca."

Gue balas dengan ucapan terimakasih. Ya, hanya itu. Karna ketidakyakinan atas segala yang Josua katakan masih menjadi pikiran utama Gue saat ini.

Hari demi hari terlewati, waktu berlalu sangat cepat. Gue dan Josua masih belum menjadi "apa-apa". Kita seakan-akan saling digantungkan oleh ketidakyakinan. Sama-sama saling menginginkan, namun ada ragu yang menyelinap masuk dalam setiap langkah untuk berjalan bersama.

Banyak laki-laki yang Gue acuhkan hanya karna terlalu fokus pada Josua. Gue bener-bener ninggalin sifat buruk Gue yang chatingan sama banyak cowok. Gue hanya membalas chat Josua, no one else.

Hingga akhirnya, hari itu datang. Bulan sedang sibuk bernyanyi diatas sana dan mentari sedang tertidur lelap. Tak ada apapun yang menjadi saksi pada malam itu. Setelah sekian lama bersama dalam status teman, kini telah datang saatnya untuk mengakhirinya dan memulai hal baru yang semoga saja lebih membahagiakan dari sebelumnya.

Bukan bagaimana cara Josua nembak Gue, tapi bagaimana cara mempertahankan hubungan agar tidak lekas bosan. Itu yang terpenting dan tersulit menurut Gue.

"Jatuh cinta itu mudah, namun mempertahankan agar cinta itu tetap ada seperti semula itulah yang sulit"

****

Udara siang ini sangat panas. Ruang tamu yang biasanya bisa bikin Gue betah berjam-jam disana, kini beda. Matahari terasa berada sejengkal dari kepala Gue. Buset dah.
Gue memilih diam dirumah ketika weekend, karena emang gak ada yang ngajak pergi. Sedih.

Gue pilih icon picture pada laptop yang Gue sandarkan pada bantal dikedua kaki Gue. Ada banyak album foto didalamnya.
Riasan pengantin adat Jawa dengan suasana bahagia tersirat diwajah Mama dan Papa. Kemudian ada foto Mama yang sedang berdiri didepan Tugu Monas dengan menggandeng anak laki-laki disamping kirinya. Namun ada foto gadis mungil dengan wajah polos serta senyum lebar yang dengan sengaja dibuat-buat agar terlihat lesung pipinya mengundang rindu  akan masa kecil Gue yang begitu bahagia. Ya itu Foto gue ketika meniup lilin yang berbentuk angka 7 dengan didampingi Papa &  Mama serta bang Dimas membuat Gue rindu akan pesta ulang tahun. Papa sudah berbeda.

Papa berubah menjadi seperti ini semenjak perusahaan yang digelutinya berhasil. Membuatnya lupa siapa yang menemaninya dari titik nol sampai dia bisa mencapai segala keinginannya seperti saat ini. Mama pun entah bagaimana, beliau tidak bisa meninggalkan segala kesakitan yang menyiksanya. Diduakan dengan seseorang yang sangat dicintai bukanlah perihal sepele. Terlebih bukan hanya sekali, berkali-kali Papa melakukannya. Namun Mama tetap setia mendampingi Papa. Setia menunggu keajaiban bahwa suatu hari nanti Papa akan berubah. Anak yang selalu Mama banggakan pun pergi meninggalkan nya. Ya, Bang Dimas adalah satu-satunya saudara kandung Gue. Dia memutuskan buat cabut dari rumah karna Papa dan Mama yang selalu bertengkar setiap harinya. Pengecut. Dia laki-laki tapi kabur dari masalah yang sedang menimpanya. Meninggalkan seorang wanita yang sangat mencintainya. Bahkan Gue sering iri karna Mama selalu menomorsatukan Bang Dimas. Tapi, dia malah ngecewain Mama. Sejak saat itu Bang Dimas hilang entah kemana. Mama dan Papa sampai mencari nama Dimas Arga Handoyo di  fakultas kedokteran seluruh pulau jawa. Namun tidak pernah ada nama tersebut. Kami sampai meminta bantuan polisi untuk mencarinya, namun sepertinya Bang Dimas memang sengaja bersembunyi.

Tangis Gue pecah karna rindu yang amat dalam. Rindu akan kasih sayang, keharmonisan serta tawa sebuah keluarga. Itu semua gak pernah Gue rasain selama ini. Begitu pedih memikul beban batin yang tiada henti. Diusia Gue yang masih semuda ini Gue harus menyaksikan episode demi episode pertikaian sepasang suami istri yang tidak lain adalah  Orang tua Gue sendiri. Berantakan!

Hingga akhirnya Gue gak lagi percaya sama laki-laki. Ia diciptakan hanya untuk melukai, mengecewakan, dan mengacuhkan. Gue yang awalnya sangat mempercayai Papa, namun akhirnya dikecewakan. Kakak laki-laki Gue pun sama pengegecutnya kayak Papa. Semua lelaki sama.

Although my family was broken, but I believe my dream will be come true. Dan Lewat Mama Gue belajar apa arti cinta sejati yang sesungguhnya. Bertahan dalam kesetiaan adalah patokan utama dalam siatu hubungan.
Makasih, Ma.

Seketika terlintas wajah Josua di ingatan Gue. Menyadarkan bahwa masih ada satu laki-laki yang membuat Gue tersenyum karna kebahagiaan disepanjang hari. Semoga akan tetap seperti ini.

Aku mencintaimu Jo.

****

Alisa membanting tasnya kemeja dengan wajah yang sangat muram. Pagi yang mendung menggambarkan bagaimana isi hatinya. Haha

"Wet wet.. Lu kenapa boss?" Tanya Gue

"Putus lagi Gua, sial."

"Kenapa lagi?"

"Diduain." Jawabnya singkat

"Lo nething kali, emang lo mergokin langsung?"

Alisa membenarkan posisi duduknya, menyilakan kakinya diatas kursi berwarna coklat tua ini.

"Lo bayangin, Gue yang beda kelas aja doi bisa modus sama cewek seenaknya, apalagi lo Ca."

"Maksudnya apaan dah?" Tanya Gue bingung

"Apalagi lo sama Josua yang udah beda sekolah, beda keyakinan, beda jam masuk sekolah. Jarang banget ketemu, cuma lewat chat. Yakin dia gak melenceng?" Tanya Alisa

Gue tarik nafas panjang dan melepaskannya.

"Sa, Gue gak tau rasa sayang Josua ke Gua sebesar apa. Yang Gua tau, Gua sayang sama dia. Masalah dia bener-bener sayang atau enggak sama Gue, itu urusan dia sama hatinya. Terserah dia." Jawab Gue panjang lebar

"Wih sadis bahasa lo Ca. Haha" tawanya

"Lagian Gue disini cuma bisa sayang sama dia. Kalo dia gak sayang yaudah, gak papa." Terus Gue

"Katanya sayang, masa cuma gitu doang lu pasrah?"

"Gue gak bisa maksain orang buat sayang sama Gua, Sa. Apalagi kalo dia gak ngerasa bahagia sama sekali sama Gue. Kalo dia mau cabut, ya Gue bisa apa?"

Alisa hanya tersenyum. Bola matanya berputar-putar layaknya sedang berfikir. Kemudian pergi meninggalkan kelas begitu saja.

My life, my problem.Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ