Goodbye

152 18 5
                                    

Kinal POV

Semenjak kejadian aku tidak pernah lagi masuk sekolah, bisa dibilang bolos. Tapi, aku tidak peduli. Karena aku akan segera meninggal kota ini bahkan negri ini otomatis aku akan keluar dari sekolah ku sekarang.

Rasa kecewa karena kak Ve sungguh parah. Aku kembali untuk kak Ve. Tapi cara penyambutannya terhadapku sangat menyakitkan. Dia menolakku mentah-mentah, bahkan dia tidak mengharapkan aku kembali. Maka dari itu aku akan kembali kenegri dimana papahku tinggal sekarang dan meneruskan sekolahku disana.

Selamat tinggal sekolahku, selamat tinggal Ghaida temanku dan selamat tinggal kak Ve.

"Tuan, semua urusan kepindahan tuan dari sekolah yang sekarang sudah selesai diurus. Apakah kita akan berangkat sekarang kebandara?"ucap supir pribadiku yang baru saja kembali dari sekolahku.

"Oke kita berangkat sekarang pak."jawabku.

"Baik, tuan. Silahkan."ucap supir ku seraya membukakan pintu mobil.

Sepanjang perjalanan aku terus-menerus menahan air mata ku. Karena aku pikir adalah seseorang yang kuat.

Tapi, ketika pesawat yang kutumpangi akan lepas landas aku sudah tidak tahan dan akhirnya aku menangis. Karena aku berpikir akan benar-benar pergi dan tidak akan pernah kembali ke kehidupan kak Ve yang sama sekali tidak mengharapkan ku.

Goodbye kak Ve. I hope you'll remember me.

~~~~~

Ve POV

Dirumahnya.

Sepertinya aku tidak pernah lagi melihat Kinal disekolah semenjak aku menolaknya.

Baiklah aku akan tanyakan hal ini pada Shania.

Aku pun langsung berjalan menuju kamar Shania. Dan langsung mengetuk pintu.

Toktoktok...

"Shania buka pintunya."pintuku pelan.

"Masuk aja kak gak dikunci kok."teriak Shania dari dalam.

Aku pun membuka pintu dan langsung duduh dipinggiran kasur Shania. Sementara Shania tiduran dikarpet sambil membaca novel.

"Ada apa kak?"ucap Shania yang mulai bangun dari posisinya.

"Gini loh Shan. Kakak tidak pernah liat Kinal lagi loh dari kemaren-kemaren. Kamu tau dia kemana?"tanyaku ragu.

"CIEEE ADA YANG KANGEN NIH!!!"ledek Shania

Pipi ku mulai memerah. "Bukannya gitu Shania. Tapi..."aku menggantung omonganku.

"Tapi apa kak? Emang ada apa kakak sama Kinal?"Shania mengangkat satu alisnya.

"Huft. Ya udah kakak ceritain aja ya sama kamu."

"Oke."ucap Shania bersemangat.

Blablablaaa.... Aku pun mencerita kan tentang hari itu pas aku menolak Kinal untuk menjadi pacarku dan Shania hanya mengangguk-ngangguk saja.

"Ohhhhh.... Kaya gitu. Jadi Kinal pindah sekolah lagi keluar negri gara-gara kak Ve tolak."ucap Shania yang langsung menuduhku.

"Kemungkinan besar sih iya Shan."ucapku merasa bersalah.

"Ya udah sih kak, itu bagus kok. Kakak berani jujur sama perasaan kakak. Kan cinta tidak bisa dipaksakan."ucap Shania serius.

"Cie anak kecil udah tau cinta-cintaan. Hahahaa"aku pun tertawa melihat Shania yang begitu serius.

"Kak ve mah."Shania mendengus kesal.

"Ya udah kakak udah agak plong nih, makasih ya udah mau dengerin curhatan kakak."ucapku yang mulai bergegas pergi dari kamar Shania.

"Iya kak, kalau mau cerita lagi jangan ragu buat cerita ke Shania ya."

Aku pun menutup pintu kamarnya dan pergi kekamarku.

~~~~~

Part ini agak dikit juga kaya kemaren hehee gomen ne 😅

Soalnya, tadi ngetik cerita tamatan gitu.

"You Must Die" DIBACA YA :V

Special Halloween + Ultah Author *kode :v

Happy Reading (^o^)/

Why?(Discontinue)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang