Pilihan

142 21 5
                                        

"Bobyyyyyy!"

"Apa sih Nju?"

"Naomi."

"Kenapa sama Naomi?"

"Tadi kak Frieska cerita sama aku katanya kak Ve didatangin gitu sama Naomi."

"Nah kebetulan Naomi datang."ucap Boby saat melihat naomi muncul dari balik pintu kelasnya.

"Apaan kalian ngomongin gue?"ucap Naomi tanpa merasa bersalah dan langsung menuju bangkunya.

Lalu Boby dan Shania mengikuti Naomi.

"Maksud lu apaan sih Mi?"tanya Shania tanpa basa-basi.

"Apaan apanya?"ucap Naomi sambil menghibaskan rambut indahnya dengan tangannya.

"Semuanya! Mulai dari surat kak Ve sampai kamu datengin kak Ve."ucap Shania menekan Naomi.

"Apa sih masalahnya sama kalian."jawab Naomi enteng.

"Bukannya gitu Mi, tapikan kita mau bikin kak Ve dan Ghaida jadian kenapa kamu halangin?"ucap Boby menjelaskan.

"YA GUE GAK SUKA!"ucap Naomi sambil terperanjat dari tempat diduknya.

"Asal tau aja ya Naomi, Ghaida itu sukanya sama kak Ve bukan sama lu."ucap Shania yang mulai emosi sama tingkah Naomi.

"Ya terus kalian ngapain pake ngelarang-ngelarang gue buat deketin Ghaida! Suka-suka gue dong!"ucap Naomi nyolot.

"Dih dasar, gue gak larang lu kok. Tapi nyadar diri dong jadi cewek. Udah nembak duluan terus ditolak pula. Harga diri lu dimana hah?"ucap Shania mulai nyolot.

Naomi terdiam sejenak.

"Sok tau, Ghaida itu gak nolak gue. Tapi dia gak mau buru-buru buat jawaban. Jadi jangan sok tau kalian ini."ucap Naomi merasa menang.

"Aaarrrggghh! Dasar nenek lampir. Yuk Bob pergi aja."ucap Shania sambil menarik kasar tangan Boby untuk pergi meninggalkan Naomi.

Setelah keluar dari kelasnya.

"Ehh Nju kita mau kemana?"ucap Boby yang masih ditarik oleh Shania.

"Kita akan nemuin Ghaida."

"Ngapain?"

Shania berhenti sejenak dan menatap kearah Boby.

"Astaga Boby, ya buat nanya lagi soal Naomi. Dia lebih milih Naomi atau kak Ve. Biar jelas semuanya."

"Erm.. Okelah. Tapi lepasin kali tangannya diliat murid-murid kan malu."

"Aarrghh.. Iya deh iya. Yuk buruan."

Lalu Shania berjalan menuju kelas 1-A yang diikuti oleh Boby.

"Loh Ghaida kemana kok gak ada dikelasnya Bob?"

"Gak tau tanyain aja sama temennya."

"Eh kalian tau gak Ghaida kemana?"tanya Shanua kepada siapa saja yang mendengar.

Sebagian besar menggelangkan kepala mereka.

"Ghaida tadi aku liat lagi dipespus. Coba cari aja."ucap salah satu dari mereka.

"Oh oke makasih ya."

Shania pun langsung menghampiri Boby lagi dan mengajaknya untuk menuju perpustakaan.

"Boby aku tunggu diluar aja, nah kamu ajak Ghaida keluar. Kan diperpus gak boleh berisik ya mana bisa kita ngobrolin semuanya didalam."

"Okelah, kamu tunggu disini ya bentar."ucap Boby tang langsung masuk ke perpustakaan.

Didalam perpustakaan.

"Ghaida."sapa Boby pelan.

Ghaida menolah lemas kearah Boby. "Apa lagi?"

"Aku sama Shania mau ngomongum sesatu. Keluar dulu yuk."

"Kamu gak liat aku lagi baca buku?"

"Ya liat lah Ghai, lu kira gue buta apa."

Boby mendengus kesal. "Astaga ayo dong Ghai. Penting nih."

"Iya yaudah. Tapi aku nyimpen buku ini dulu nanti nyusul."

Mereka pun berpisah.

"Gimana Bob?"tanya Shania.

"Iya bentar lagi dia bakal keluar, barusan nyimpen dulu buku katanya."

"Hey. Mau ngomongin apa?"ucap Ghaida saat baru muncul dari balik pintu.

"Duduk dulu napa masa ngobrol sambil berdiri gini."

Kemudian mereka duduk dikursi yang ada didepan perpustakaan. Tapi hanya muat dua orang, jadinya Boby mengalah untuk berdiri menyender ketembok.

"Jadi gini ya Ghia. Kak Frieska tadi cerita ke aku. Katanya kemaren itu kak Ve didatengin sama Naomi. Katanya Naomi nyusuh kak kak Ve jauhin kamu gitu."ucap Shania sambil mengangkat punggungnya.

"Yaampun Naomi sampe segitunya. Lagian ngapain juga dia datengin kak Ve yang kayanya gak tau apa-apa soal apapun."

"Kok kamu bisa ngomong gitu Ghai."tanya Shania heran.

"Iya, soalnya aku sudah tau kalau masalah surat itu adalah kelakuan kalian kan?"

Shania langsung menoleh kearah Boby, tapi Boby langsung memalingkan wajahnya dan bersiul seperti tidak mendengar apa-apa.

"Iya Ghai. Tapi kamu juga tau kan kalau kak Ve suka sama kamu. Jadi kita mah hanya mempermudah jalan kalian aja. Hehe"ucap Shania tersipu
malu.

"Iya bener kata Shania. Kita kan GhaiVe defender."timpal Boby.

"Tapikan..."Ghaida menggantung omongannya dan menunduk lesu.

"Tapi kenapa Ghai?"tanya Shania sambil mengangkat satu alisnya.

"Kinal sangat mencintai kak Ve. Terus Naomi juga sepertinya sangat mengingkan aku untuk menjadi pacarnya."

"Astaga, mereka dipikirin. Nih ya Ghai, Kinal udah gak ada terus Naomi. Emang kamu suka sama Naomi? Cinta sama Naomi? Bukannya kalian juga baru kenal?"ucao Boby serius.

"Iya itu semua memang bener. Tapi..."

"Ayolah, jangan bohongi perasaan kamu sendiri. Perjuangkan cinta kamu Ghai!"ucap Shania yakin.

"Erm... Aku masih bingung."

Boby menghampiri Ghaida dan menepuk punggungnya pelan."Dipikir-pikir aja dulu. Tapi gue cuman pesen sama lu Ghai. Pikirin perasaan lu, karena cinta itu tentang perasaan bukan tentang belas kasihan. Ngerti kan?"

"Iya. Yaudah kita balik kekelas masing-masing yuk. Mending fokus dulu deh sama pelajaran selanjutnya jangan pikirin soal cinta-cintaan dulu."

Lalu mereka pun  kembali kekelas mereka masing-masing.

~~~~~

Tetep update walaupun respon dikit :'v

Terimakasih yang masih setia membaca^^

Akan tetep update sampe tamat kok :'v

See you (^o^)/

Why?(Discontinue)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang