14. Decision

1.3K 278 33
                                    



WARNING!!!

FF ini dibuat tidak dimaksudkan untuk menyudutkan salah satu pihak. Semua yang tertulis dalam cerita hanya semata-mata karangan fiksi belaka.



Aku mulai tak waras dengan keadaan ini

Hatiku retak, fisikku melemah dan pikiranku tak terkendali

Takdir macam apa yang mempermainkanku saat ini?

.

.

.

"Berapa lama kau akan berada di sana?" suara gadis itu membuat Taehyung menoleh pelan.

Taehyung tersenyum pelan, ia menatap gadis yang telah berbagi rahim padanya lembut, "Entahlah, tapi aku berusaha untuk kembali secepatnya!"

Jiyeon menghela napas pelan, wajahnya tampak muram dengan pernyataan Taehyung, "Lalu bagaimana denganku jika kau pergi jauh? Memangnya apa misi yang kau dapat?"

"Itu misi rahasia dan bukankah masih ada Jimin yang bisa menjagamu? Jangan terlalu manja!"

Jiyeon berdecak kesal, "Aku tidak manja. Aku hanya akan merindukanmu!"

Taehyung mendekatkan diri lalu memeluk gadis itu erat, "Saudara kembarku yang paling ku sayang. Kau tahu bahwa aku menyayangimu, kan?" Jiyeon mengangguk dalam dekapan Taehyung, "Apapun yang terjadi, jangan pernah berubah. Tetap menjadi Jiyeon yang ceria, tetaplah tersenyum, tetaplah tertawa, tetaplah baik hati. Kau harus menjadi dirimu sendiri."

"Tidak bisakah kau tetap disini, oppa?"

Taehyung melepas pelukannya, ia mengusap pipi Jiyeon yang mengeluarkan benda bening dari pelupuknya, "Jangan menangis. Kau tak akan sendiri karena kita adalah satu. Walaupun aku tak ada disisimu, tapi aku ada dalam hati dan ingatanmu. Aku akan berusaha sebaik mungkin, walau aku tak bisa berjanji"

"Oppa?"

"Baik-baiklah dengan Jimin. Dia satu-satunya lelaki yang kupercayai untuk menjagamu! Dan kau harusnya peka dengan perasaannya, bodoh!"

"Kau mengatakanku bodoh?"

Taehyung tertawa pelan, "Dasar wanita tak peka!"


__One Love Two Dreams Chapter 14 "Decision"__

Hidup layaknya mati, itu mungkin yang aku rasakan saat ini. Tubuhku masih bergerak, jantungku masih berdetak, darahku masih mengaliri setiap pembuluh darahku, tapi... hatiku kosong, batinku lumpuh, perasaanku hancur. Aku tak tahu harus berbuat apa untuk menghilangkan segala rasa sakit yang mendera, rasa yang merapuhkan setiap sendi dari kehidupanku. Semuanya terasa gila, kebahagiaan itu terlalu abstrak, terlalu semu, terlalu samar. Penderitaan yang tak berujung.



Tidak bisakah aku mati saja?

One Love Two Dreams [Jilid I] ✔Where stories live. Discover now