Chapter 15

250 24 0
                                    

[Lanjutan dari chapter 14 dan masih di hari yang sama]

Happy reading ;)

*****

Aku merasa takut dan gugup.

Takut akan jika dia tidak menerima permintaan maafku.

Gugup karena aku merasa tidak percaya diri.

Aku mencoba untuk mengetuk pintunya.

Dan

Dan

Dan..

Dan tak ku sangka - sangka sosok yang sangat kukenal membuka pintu. Aku sangat deg deg-an.

Aku hanya menatapnya.

Kulihat dia tidak memakai baju, dia hanya memakai boxer. Kurasa dia baru bangun tidur.

"Apa yang kau lakukan disini?"
Ucapnya menguap dan menggaruk - garuk rambutnya yang tidak gatal.

Aku tidak membalas ucapannya, aku langsung memeluknya, air mataku pun terjatuh.

"Aku minta maaf Niall, aku menyesal, dan aku bodoh sangat bodoh!"

"Tak apa, aku sudah melupakannya, kejadian itu sudah seminggu yang lalu. Dan kau juga sudah berkata jujur padaku. Janganlah menangis. Kau ingat aku tak suka jika kau menangis, aku benci itu"

Aku hanya terkekeh mendengar ucapannya itu. Akupun melepaskan pelukannnya dan mencoba menghapus air mataku.

"Terima kasih Niall"
Ucapku tersenyum padanya.

"Kau tidak akan memelukku lagi?"

Mendengar perkataannya, aku langsung memeluknya erat, tak ingin melepaskannya.

"Aku sangat merindukanmu, Niall"

"Me too, babe"

Diapun membalas pelukanku.

"Masuklah"

Niall mempersilahkanku masuk, dan menuju ke sebuah sofa besar.

"Aku akan membuatkan mu minum dulu"

"Baiklah. Tapi air putih saja"

Diapun menuju ke dapur, hingga akhirnya dia datang dengan membawa segelas air putih, dan snack.

"Minumlah"

"Terima kasih Niall"

Diapun juga memakan snack nya itu.

"Niall..."
Lanjutku lagi.

"Ya?"

"Waktuku tinggal 3 minggu lagi disini"

"Apa?"
Ucapnya memberhentikan aktivitas makanannya itu.

"Yeah"

"Apa kau tak bisa menundanya dulu?"

"A..aku.. aku tidak bisa Niall. Aku harus menepati janjiku dan bertemu dengan mereka"

"Baiklah, kalau itu kemauan Mom-mu"

"Apa kau tak akan marah padaku?"

"Aku tak akan marah padamu"

"Aku pasti akan sangat merindukanmu"

"Aku juga"

Akupun mulai berdiri dan aku juga mengajak Niall untuk berdiri.

"Janganlah bersedih hati, jika aku pergi"

"Aku tidak akan"

"Pinky promise?"
Aku menyodorkan jari kelingkingku padanya.

"Yeah"
Jari kelingking nya pun membalas jari kelingking ku.

Diapun langsung mencium puncuk kepalaku, dan aku membalasnya dengan pelukan, kurasakan dia membalas pelukanku, sangat hangat.

"Apa kau ingin melakukannya?"

"Kau bisa saja"
Ucapku tertawa padanya.

Tiba - tiba Niall menggendong ku dan membawa ku menuju kamar.

"Kau siap?"

Niall langsung mendorongku ke tempat tidur dan mulai melakukannya.

"Kau harus melepaskan pakaianmu sendiri, atau aku yang akan melepaskannya?"

"Kau saja"
Ucapku terkekeh padanya.

Niall pun mulai membuka pakaianku. Hingga akhirnya tubuhku naked biar sehelai pun tak ada. Dia juga membuka celananya hingga tidak ada selembar kain di tubuhnya.

Dia mulai menjilat bibirku halus, lidahnya menyusuri gigiku kemudian dia mulai menggigit bibir bawahku lembut.

Lalu mulutnya mulai menjilat leherku dan menciumnya. Desahanku mulai terdengar.

"Ahh..."

Kemudian lidahnya menyusuri tubuhku, dan menjilat payudara ku dan tangannya mulai memainkan putingku. Perutku juga dijilatinya.

"Ahh.."

Aku menikmati gairah yang diberikan oleh Niall, semakin panas kurasakan.

"Ah.. ahh.."

"Buatlah desahan untukku, kencangkan lah desahanmu"

Niall pun menghentikan aksinya itu. Lalu menggosokkan penis nya dengan vagina ku, naik turun. Membuat desahanku semakin kencang.

"Ahhh...."

"Kau suka itu?"
Ucapnya disela - sela aksi ku dan Niall.

Lama.

Niall menghentikan aksinya dengan ku.

"Ini saatnya Megan, kau harus melakukannya"

"Apa itu?"

"Jilat batangku"

"Aku tak bisa"

"Kau harus"

Aku mencoba untuk menjilatnya dan menutup mataku, dan itu hanya sebentar. Desahan Niall semakin kencang.

WTF! Punyanya is so big!

*****

Hihi. Akhirnya mereka baikan yeay. ;)

A.M. [n.h]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang